Selasa, 28 April 2015

Apa Itu Home Education

Apa itu Home Education?
Review Hasil Diskusi dalam Grup Home Education Berbasis Potensi dan Ahlak Kalimantan
Hari Jumat Tanggal 6 Februari 2015
Tentang “Apa Itu Home Education”
Narasumber: Ust. Harry Santosa
Disarikan oleh Annisaa Nofita

Apa itu Home Education?

Home Education atau home based education atau pendidikan berbasis rumah adalah amanah dan kesejatian peran dari setiap orangtua yg tak tergantikan oleh siapapun dan tdk bisa didelegasikan kpd siapapun.

HE bukanlah memindahkan persekolahan ke rumah, bukan pula menjejalkan (outside in) berbagai hal kpd anak2 kita  namun membangkitkan dan menumbuhkan (inside out) potensi fitrah2 dalam diri kita dan anak2 kita agar mencapai peran sejati peradabannya dengan semulia2 akhlak.

Rumah2 kita adalah miniatur peradaban, bila potensi fitrah2 baik bisa ditumbuhsuburkan dan dimuliakan di dalam rumah2 kita maka secara kolektif menjadi baik dan mulialah peradaban.

Setiap anak kita setidaknya memiliki 4 potensi fitrah sejak dilahirkan:
1. Potensi fitrah keimanan, setiap bayi yg lahir pernah bersaksi bhw Allah sbg Robb. Maka setiap bayi yg lahir pd galibnya mengenal dan merindukan sosok Robb.
2. Potensi fitrah belajar, setiap bayi yg lahir adalah pembelajar tangguh sejati
3. Potensi fitrah bakat, setiap bayi yg lahir adalah unik, memiliki sifat bawaan yg kelak akan menjadi panggilan hidup dan peran spesifik nya di muka bumi
4. Potensi fitrah perkembangan, setiap bayi sampai aqilbaligh dan sesudahnya, memiliki tahap2 perkembangan yg harus diikuti. Tdk berlaku kaidah makin cepat makin baik.

Ke 4 potensi fitrah ini sebaiknya simultan, seimbang dan terpadu. Kurang salah satunya akan memberikan hasil yang tidak paripurna. Jika pendidikannya benar dan tepat, maka resultansi dari ke 4 fitrah ini adalah insan kamil yang memiliki peran peradaban.

Fitrah bakat tanpa fitrah keimanan akan melahirkan talented professional yang berakhlak buruk, begitupula sebaliknya fitrah keimanan tanpa fitrah bakat akan melahirkan orang2 beriman yg paham agama namun sedikit bermanfaat.

Lihatlah mereka yang berbakat menjadi pemimpin tanpa akhlak maka akan menjadi diktator. Begitupula mereka yang bertauhid tanpa bakat, akan sangat sedikit memberi manfaat.

Fitrah belajar tanpa fitrah keimanan akan melahirkan para sciencetist dan innovator yang berbuat kerusakan di muka bumi, begitupula sebaliknya fitrah keimanan tanpa fitrah belajar akan melahirkan generasi agamis namun mandul dan tidak kreatif.

Fitrah belajar tanpa fitrah bakat akan melahirkan pembelajar yang tidak relevan dengan jatidirinya, begitu pula sebaliknya, fitrah bakat tanpa fitrah belajar akan melahirkan orang berbakat yang tidak innovatif. Berapa banyak kita lihat orang yang bakatnya hanya berhenti sebagai hobby semata.

Semua fitrah personal itu jika tidak ditumbuhkan sesuai fitrah perkembangannya akan membuat generasi yang tidak matang dan tidak utuh menjadi dirinya.
Fitrah belajar dan fitrah bakat yang tumbuh bersamaan dengan fitrah keimanan melahirkan generasi yg inovatif, produktif dan berakhlak mulia.

Mengamati fitrah2 anak kita sesungguhnya dengan sangat mudah dikenali, sesuai tahapan usianya akan terlihat makin menguat jika terjaga dan tumbuh fitrahnya. Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, maka semua potensi fitrah telah terinstal dengan indah sempurna sejak lahir.
Fitrah Keimanan misalnya, kita akan menjumpai setiap bayi menyukai kebenaran, suka diperlakukan lembut, ceria, tulus, ikhlash dstnya.
Fitrah Belajar, misalnya, kita akan menjumpai setiap bayi sangat suka belajar (tentu bukan belajar formal layaknya orangdewasa), suka eksplorasi, suka bertanya dstnya
Fitrah Bakat, misalnya kita akan jumpai anak2 kita punya sifat2 bawaan yg unik.
Nah, fitrah itu ibarat benih dan semua fitrah itu, hanya perlu ditemani dan dibangkitkan, maka jika benar dan tepat menumbuhkamnya, sesuai waktunya, dia akan tumbuh indah sempurna.

Sementara bakat adalah sifat bawaan unik anak2 kita yg nanti terwujud dalam aktifitas2 yg disukai dan dia sangat bergairah menjalankannya. Aktifitas ini akan menjadi perannya kelak di kemudian hari. Misalnya, anak2 yg suka bersih bersih di usia 8 tahun, akan terus begitu sampai usia 88 tahun. Potensi fitrah bakat ini mulai konsisten sejak usia 7, semakin konsisten di usia 10 tahun. Diharapkan setelah usia 10 tahun, sdh mengenal dirinya atau potensi bakatnya dengan baik, karena akan dimulai masa persiapan kemandirian aqilbaligh. Diharapkan ketika aqilbaligh di usia 14 tahun anak kita sdh punya peran spesifiknya sesuai bakatnya. Kenakalan dan kegalauan juga penyimpangan remaja karena umumnya para remaja tdk dibimbing mengenali bakatnya dengan baik sehingga kehilangan eksistensi dan percaya diri.

Maka, perbanyaklah wawasan dan aktifitas yg anak kita sukai di usia 0-6 tahun, masukkan sanggar atau club atau komunitas sesuai bakatnya sejak usia 7 tahun, atas kemauan anak kita, jangan dipaksakan atau obsesi kita pribadi. InsyAllah akan mudah konsisten di usia 10 dan siap menuju tahap pendidikan pre aqilbaligh.

Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah sbg bekal menjalani peran peradabannya. Diantara fitrah itu adalah sifat bawaan (bukan sifat krn kebiasaan), yang kita sebut dengan bakat, misalnya suka mengatur, suka memperbaiki, suka berbicara, suka merawat, suka merenung, suka berkhayal, suka bersih bersih dsbnya. Diantara sifat2 ini ada yang produktif dan ada yang tidak produktif (hindari menyebut baik dan buruk, krn semua diciptakan Allah dan saling melengkapi). Diantara yg produktif ada yang strong (kuat), dan ada yang terbatas. Kita hanya fokus pd sifat2 produktifnya saja secara rileks, konsisten dan terus menerus, lalu anak kitapun akan semakin enjoy, eksis dengan perannya yg sejalan dgn sifatnya, lalu semakin bahagia. Maka semua sifat tidak produktifnya akan tidak relevan lagi, krn yg bersinar dari sifat produktifnya akan menerangi semua sisi lainnya. Misalnya anak yg sangat pendiam atau sangat cengeng  tetapi peneliti hebat atau penulis hebat, maka pendiam dan cengengnya akan sama sekali tidak relevan

Terkait perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam hal membangkitkan fitrahnya maka pada prinsipnya adalah sama, terhadap fitrah iman, fitrah bakat, fitrah belajar, namun ada beberapa yg berbeda dalam pendekatan mengingat perbedaan secara jenis kelamin dan peran umumnya terkait jenis kelamin (bukan peran spesifik terkait bakat), misalnya anak perempuan terkait fitrah kewanitaan atau keibuannya, dan pada anak pria terkait fitrah kepemimpinan sosialnya dan kebapakannya. Misalnya kesadaran akan fitrah keibuan harus dimunculkan selama proses mengembangkan fitrah iman, fitrah bakat dan fitrah belajar temasuk fitrah tahap perkembangannya sesuai usia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar