Rabu, 24 Juni 2015

PERAN ISTRI DALAM ISLAM

💐💐 PERANMU, SURGAMU 💐💐

👩 Ustz. Poppy Yuditya
🏯 Kuliah Akademi Orangtua Parenting Nabawiyah
Sabtu 20 Juni 2015

⭐ Peran muslimah
Berapa jumlah perempuan disebut dlm Al Qur'an? Semua tercakup dr zaman Nabi Adam sampai akhir zaman. Ternyata hanya 20 yg disebut secara dzahir. Dari 20 tsb ternyata Allah hanya menyebut 1 nama saja, yakni Maryam. 19 lainnya tak disebutkan.

Mengapa?
Krn akhlaqnya paling sempurna dan bisa jd hanya Maryam yg terbebas dari aib.
Ini bukan berarti yg lain tidak mulia, namun Allah jaga aib mereka.

⭐ Perempuan dlm Al Qur'an :
1⃣ Belum menikah
Maryam, Ratu Balqis, 2 perempuan yg bertemu Nabi Musa, sdr perempuan nabi Musa,
2⃣ Sdh menikah
Hawa, istri Nuh, istri Luth, Sarah, Hajar, Zulaikha, Asiyah, Istri Imron, istri Zakaria, Hafsah, Aisyah, Zainab, istri abu Lahab, Khaulah binti Tsa'labah
3⃣ Ibu
Hawa, Sarah, ibunda musa, istri imron, istri Zakaria, Maryam

⭐ seringkali qt berpikir bahwa kita bs mendapatkan surga krn mendidik anak. Bgmn kalau kita blm punya anak?

Hipotesis ini tdk selalu tepat. Lihat perbandingannya : dalam Al Qur'an yang terbanyak dibahas adalah peran istri, yakni sebanyak 54%. Muslimah sbg pribadi 19% dan sbg ibu 27%.
Peran istri menempati porsi paling besar peran perempuan yang disebutkan Allah dalam Al Qur'an.

⭐ maka kita tersadar kembali akan makna hadits ini...
“Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad)

⭐ Kita berjuang keras utk menjadi ibu terbaik bagi anak2... Namun, simak hadits ini..

" … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita.
Para shahabat pun bertanya: “Wahai Rasulullah, Mengapa (demikian)?”
Beliau menjawab: “Karena kekufuran mereka.” Kemudian mereka bertanya lagi: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka kufur (durhaka) terhadap suami-suami mereka, kufur (ingkar) terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ”
(HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)

⭐ meski kita sering gondok dan kesal pd suami..tapi ingat2 bahwa ini smua utk keridhoan Allah.

Wanita surga tdk berpikir siapa yang salah..ia hanya berkata seperti dlm hadits berikut,

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?”
Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!”
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”
(HR. Ath Thabarani dalam Al Ausath dan Ash Shaghir. Lihat Ash Shahihah)

⭐ sangat jarang malaikat melaknat manusia, kecuali untuk urusan "kasur". Beware...❗

⭐ seberat apapun..setiap peran yang ditetapkan Allah adalah untuk kebaikan kita. Tidak ringan, tetapi ada kebaikan jangka panjang yg Allah berikan.

⭐ jika anak2 melawan pd kita, tidak menurut dsb, jangan berpikir "anak ini harus diapakan".
1. Tanya dulu pd diri sendiri, apakah sdh melakukan atau belum. Misal kita bingung bgmn agar anak mau menghafal Qur'an. Sebelumnya, apakah kita sdh menghafal juga?
2. Cek, bagaimana ketaatan kita pada suami
3. Periksa, bagaimana sholatmu? Bagaimana doamu?

Kesuksesan mendidik anak bukan krn teori parenting, tips2 mendidik anak dsb. Tapi krn Allah ridho.
So yg harus menjadi concern kita adlh bgmn membuat Allah ridho. Krn jika Allah ridho, Ia memberi segala yang kita inginkan.

⭐ Standar perempuan shalihah itu seperti perempuan2 shalihah yg tersebut dalam Al Qur'an.

⭐ kerangka taat dan menunaikan kewajiban/kebaikan pd suami adalah untuk mendapatkan ridho Allah. Apakah setelahnya suami semakin sayang dan cinta, itu hanyalah bonusnya 🎁

💝Penuhi inventory kepala kita dengan profil dan kisah2 istri shalihah.

⭐ Kisah 2 perempuan yang bertemu nabi Musa adlh kisah ttg perempuan bekerja. Mrk bekerja krn menggantikan ayahnya yg sedang sakit. >> wanita harus punya alasan untuk bekerja. Dan jika bekerja, tidak ikhtilat (misal dinas luar dg rekan lawan jenis).

⭐Ratu Balqis : pemimpin Negeri Saba'
➡ meninggalkan kesombongan dan mudah menerima kebenaran

⭐ Ibunda Musa : rela berkorban untuk keselamatan anaknya (Nabi Musa)

⭐ kisah saudara perempuan nabi Musa : mengikuti peti Nabi Musa yang dihanyutkan di sungai Nil
➡ menggambarkan sosok perempuan yg pintar, mampu bernegosiasi dan amanah.

⭐Hawa berkhianat krn membujuk suaminya makan buah khuldi. Namun Hawa masuk surga krn ia bertaubat.
➡ hati2 dengan bisik2 kita pd suami, krn bisa sangat mempengaruhinya.

⭐ Istri Nuh : tidak percaya pd suaminya saat ia membuat perahu, menjelekkan suami di depan anak2nya. Beware❗

⭐ Istri  Luth : melanggar amanah suami. Beware❗

⭐ Sarah : wanita yg sangat berharap punya anak. Jika ada keinginan dlm diri kita untuk tidak memiliki anak (lagi), jangan2 ada yg bermasalah dg fitrah kita.

⭐ Hajar : ibu menyusui, tdk tahu mau kemana saat bersama Nabi Ibrahim, ditinggal sendirian entah dimana, dsb, namun tidak banyak bertanya.
➡ jangan jadi ibu2 rempong 💆
➡ nabi Ibrahim hanya menjawab singkat2 saat Hajar bertanya. Sbg manusia biasa, mungkin Ibrahim mau menjelaskan, tapi beliau sendiri tidak tahu apa jawabannya.
Para suami seringkali semakin bingung dengan pertanyaan2 kita. Yang dilakukan Khadijah saat Nabi bingung adalah menenangkannya, membawanya ke tempat tidur dan menyelimutinya. Bukan memborbardirnya dengan pertanyaan2 😐
▶ Hajar berlari bolak-balik antara Shafa-Marwah, pada posisi yang masih bisa mengawasi bayi Ismail.
Hikmahnya adalah jika ibu bekerja, pastikan pandangan mata tetap dapat terjaga pada anak2 kita. 10 tahun pertama adalah fase sangat penting dalam menumbuhkan tauhid anak.

⭐ Zulaikha : terpesona kerupawanan Nabi Yusuf dan menggodanya
➡ jangan merasa aman dari fitnah selingkuh. tetap jaga diri dan mohon perlindungan Allah.

⭐ Asiyah istri Fir'aun :
➡ kita tidak menanggung dosa suami, namun suami bertanggung jawab atas kita.
Maka permudahlah, permudahlah suami kita.
Jika suami kita zhalim, kita tetap bisa masuk surga. Tapi mungkin saja suami terganjal masuk surga karena kita.

⭐istri Zakaria : istri mandul yg dapat memiliki anak dgn seijin  Allah

⭐ Aisyah : difitnah, lalu minta ijin pada Nabi untuk keluar ke rumah ortunya.
➡ saat mendapat fitnah, kita jangan terburu2 mengklarifikasi karena bisa saja isunya menjadi bola panas. Tenangkan diri dulu.

⭐  istri Abu Lahab : mengompori suami dlm kejahatan
➡ dukunglah suami dlm kebaikan, bukan dlm kejahatan

⭐ Zainab : bercerai krn suami tdk mampu menaikkan dirinya, dan istri tdk menurunkan dirinya, pdhl keduanya adalah org yg sholeh.
➡ pernikahan yg tdk bisa dipaksakan krn sudah diusahakan untuk setara tetap sulit sekali
➡ tinggikan suami di hadapan anak2, jangan pernah menjelekkan

⭐ Istri imron : banyak berdoa selama mengandung agar dikaruniai anak yg sholeh dan menazarkannya untuk Allah

✨ Menarik, rupanya dari semua perempuan yang disebut dalam Qur'an, tdk ada tentang wanita yang sangat menginginkan punya suami. Tidak ada keyakinan bahwa letak kebahagiaan adlh dg memiliki suami. Simak kisah Maryam, Balqis dll. Mereka tetap bahagia meski tidak berpendamping.

✨ jangan habiskan waktu berlebihan untuk pekerjaan2 rumah tangga. Memasak sampai 5 jam, menyetrika terlalu perfect dsb.
Krn kita juga punya kewajiban belajar dan berkarya (tilawah, baca kitab, baca buku dll). Permudah pekerjaan, didik anak2 untuk mandiri.

✨ Gak usah iri sama suami. Berbuat saja yang Lillah, yg terbaik untuk Allah.
Buatlah suami merasa tenteram (QS. Ar rum 21). ▶ note : cek lagi profil istri "setenang malam" dari kajian tafsir bersama ust.Herfi

✨ Kita tdk akan ditanya ttg berapa uang kita untuk membantu suami, tp ditanya ttg rumah suami kita.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, dan WANITA adalah penanggung jawab terhadap RUMAH SUAMINYA dan akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
>> bebas najis/tidak, rapi/tidak dll

⭐ perhatikan PRIORITAS dalam menjalankan peran kita :
1. Ilmu vs Amal
2. Wajib vs Sunnah
3. Quality vs Quantity

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”. (QS. An Nisa : 9)

-end-
✏ diresume oleh : Indra Fathiana

Senin, 22 Juni 2015

Cara penanganan demam pada anak

Cara penanganan demam pada anak :

1. Banyak minum agar keseimbangan cairan dalam tubuh tetap terjaga.

2. Berikan air madu hangat sesering mungkin.

3. Bila tidak nafsu makan, jangan dipaksa makan, tp berikan makanan yang ringan dan mudah dicerna, seperti berbagai jus buah2an yang manis tambah madu.

4. Perhatikan bab jangan sampai sulit dan harus tiap hari, karena biasanya demam diawali bab yang sulit.

5. Bila bab sulit, berikan jus pepaya + melon + madu 3 kali sehari.

6. Jika demam tinggi, berikan kompres dingin pada kening, kepala dan ketiak atau pada sekujur tubuh bila demam sngat tinggi.

7. Badan anak tidak boleh ditutup selimut ketika demam.

8. Memijat pada sekitar kelopak mata bawah dan alis mata akan membantu menurunkan demam pada anak dan mengurangi ketidak nyamanan di sekitar kepala.

9. Bila perlu bikin ramuan terbuat dari (bawang merah dihancurkan dicampur dengan minyak kelapa atau baby oil). Ramuan dioleskan di sekujur tubuh.

10. Obat penurun panas hanya diberikan bila demam tidak terkontrol dengan pemberian ekstra cairan.

Dari buku : Tubuh anda adalah dokter yang terbaik, Dr. Husen A Bajry, M.D., Ph.D.

Selasa, 26 Mei 2015

Tolong jangan bilang anakku “pintar”….

Good Article...

Tolong jangan bilang anakku “pintar”…. (Fixed Mindset Vs Growth Mindset)

Emangnya kenapa? Kata pujian “anak pintar” itu bukannya sebuah tanda penghargaan ya buat si anak? Plus dobel fungsi jadi topik obrolan basa-basi di ruang tunggu dokter, bangku di toko mainan, dan sambil mengawasi anak-anak main di taman? Triple plus di acara arisan keluarga, saat semua ponakan/cucu/kakak-adik lagi berkumpul bersama.

Lalu, ada apa dengan label “pintar” itu?

Beberapa bulan yang lalu, saya diberikan kesempatan untuk bantu menterjemahkan artikel pendidikan untuk sebuah program sekolah. Di antara sekian banyak artikel, satu yang benar-benar membuat saya berhenti, membaca berulang-ulang, dan berpikir kembali adalah artikel mengenai fixed vs. growth mindset.  Kedua kubu tersebut merupakan bahasan penelitian berjangka yang dilakukan oleh Carol Dweck, yg dipublish dalam bukunya yang berjudul Mindset: The New Psychology of Success (2006).

Dweck meneliti efek jenis pujian yang diberikan ke anak-anak:

satu kelompok dipuji “kepintarannya” (“You must be smart at this.”)

dan kelompok yang lain dipuji atas usaha (effort) mereka (“You must have worked really hard.”) setelah setiap anak menyelesaikan serangkaian puzzle non-verbal secara individual.

Puzzle di ronde pertama memang dibuat sedemikian mudah sehingga setiap anak pasti bisa menyelesaikannya dengan baik. Setelah dipuji, anak-anak tersebut diberikan pilihan jenis puzzle buat ronde kedua: satu puzzle yang lebih sulit daripada puzzle di ronde pertama, namun mereka akan belajar banyak dari mencoba menyelesaikan puzzle tsb; dan pilihan puzzle lainnya adalah puzzle yang mudah, serupa dengan yang di ronde pertama. 

Dari kelompok anak-anak yang dipuji atas usaha mereka, 90% anak-anak memilih rangkaian puzzle yang lebih sulit. Mereka yang dipuji atas kepintarannya sebagian besar memilih rangkaian puzzle yang mudah.

Lho, kenapa anak-anak yang dipuji “pintar” malah memilih puzzle yang mudah??

Menurut Dweck, sewaktu kita memuji anak karena kepintarannya, kita menyiratkan bahwa mereka harus selalu mempertahankan label “anak pintar” tsb, sehingga nggak perlu ambil risiko yang menyebabkan mereka akan berbuat salah alias terlihat “tidak pintar” (“look smart, don’t risk making mistakes.”)

Dalam ronde tes berikutnya, anak-anak itu tidak mempunyai pilihan: mereka semua harus menyelesaikan rangkaian puzzle yang diberikan memang dibuat sulit, 2 tahun di atas usia anak-anak itu. Seperti yang sudah diperkirakan, semua anak gagal menyelesaikannya. Namun, kelompok anak-anak yang dari awal dipuji atas usaha mereka menganggap mereka kurang fokus dan kurang keras upayanya untuk menyelesaikannya. Mereka menjadi sangat terlibat dan berusaha mencoba semua solusi yang dapat mereka pikirkan. Tak banyak dari mereka yang berkomentar bahwa “tes ini adalah yang paling saya sukai”.. kok gitu? Sedangkan kelompok yang dipuji atas kepintarannya menganggap kegagalan mereka sebagai bukti bahwa mereka sebenarnya memang tidak pintar. Tim peneliti mengamati bahwa anak-anak ini berkeringat dan tampak sangat terbebani selama mengerjakan tes.

 

Nah, setelah semua mengalami kegagalan, pada ronde tes terakhir, mereka diberikan tes yang dibuat semudah tes pada ronde pertama. Kelompok yang dipuji atas usaha mereka mengalami peningkatan skor hingga 30%. Sedangkan anak-anak yang diberitahu bahwa mereka “anak pintar” malah menurun skornya hingga 20%.

 

sudah curiga bahwa jenis pujian akan memberikan dampak, namun dia tidak menyangka sejauh ini efeknya. Menurutnya, “penekanan pada usaha memberikan anak-anak variabel yang bisa mereka kendalikan, mereka akan menilai bahwa mereka sendirilah yang pegang kendali atas kesuksesan mereka. Sedangkan penekanan pada kecerdasan alami justru mengambil kendali dari tangan anak dan menyebabkan cara berespons yang jelek terhadap sebuah kegagalan.”

Pada wawancara yang dilakukan setelahnya, Dweck menemukan bahwa mereka yang menganggap bahwa kecerdasan alami adalah kunci dari kesuksesan mulai mengecilkan pentingnya upaya yang diberikan. Penalaran mereka adalah “aku kan anak pintar, aku tidak perlu susah-susah berusaha”. Ketika mereka diminta untuk berusaha lebih keras, mereka malah menganggap hal tersebut sebagai bukti bahwa mereka nggak sepintar anggapan mereka. Efek jenis pujian ini terlihat pada penelitian yang dilakukan pada anak-anak pada kelas sosioekonomi yang berbeda-beda, baik pada laki-laki maupun perempuan, bahkan pada anak prasekolah juga menunjukkan adanya pengaruh.

 

Okay. Nafas dulu. Setidaknya, saya setelah baca hasil penelitiannya harus ambil nafas dan bercermin. Anak sulungku sudah sering dipuji “pintar”, alhamdulillah. Tapi memang pada beberapa kesempatan, dia enggan mencoba hal-hal baru (yang menurutnya susah) dan sempat mudah menyerah ketika mengalami hambatan, misalnya dalam upayanya membuat kreasi Lego sendiri (tanpa instruksi) atau saat dia latihan lagu piano yang lebih susah buat lomba. Kalau menggambar bebas, masih suka frustrasi saat “salah” dan minta ganti kertas atau malah ganti kegiatan yang lain. Oh my little boy, I’m so sorry. I didn’t know. Apalagi dia termasuk anak yang introvert dan lebih mudah cemas. Nah, jelas kan kenapa penelitian ini sangat menohok buat saya.

 

Meskipun saya dulu pernah baca artikel yang menyebutkan kenapa lebih baik memuji upaya daripada hasil, namun saya baru kali ini membaca penelitian yang terkait. Dan jadi sadar betul betapa besar efeknya jenis pujian yang kita berikan. Namun demikian, old habits die hard. Especially with the older generation. Gimana caranya saya ngasih tau ke mertua kalau mau muji cucunya tersayang, jangan bilang kalau dia “pinter” melainkan harus memuji upaya kerasnya? Padahal budaya kita sangat sarat dengan “label” pada anak-anak, dengan label “anak pintar” menjadi primadona segala label. Belum lagi kebiasaan membandingkan anak satu dengan anak lainnya, cucu satu dengan cucu lainnya. Oh boy, pe-er nya banyak banget ini.

 

Okay , balik lagi ke konsep growth vs. fixed mindset , jadi intinya anak-anak yang dipuji atas upaya mereka akan memiliki growth mindset, bahwa otak itu adalah sebuah otot, yang makin “dilatih” maka akan semakin kuat dan terampil. Dilatihnya ya dengan tantangan, masalah, dan kesalahan yang harus diperbaiki dan diambil hikmahnya. Sedangkan anak-anak dengan fixed mindset menanggap pintar/tidak pintar itu sudah dari sananya dan nggak bisa diubah. Jadi mereka cenderung menghindari hal-hal yang membuat mereka tidak terlihat pintar dan tidak menyukai tantangan, mementingkan hasil akhirnya.

 

Dweck memberikan beberapa perbedaan fixed vs. growth mindset dalam bukunya:

a.      Fixed mindset (FM)mengkomunikasikan ke anak-anak kalau sifat dan kepribadian mereka adalah permanen, dan kita sedang menilainya. Growth mindset (GM) mengkomunikasikan ke anak-anak kalau mereka adalah seseorang yang sedang tumbuh dan berkembang, dan kita tertarik untuk melihat perkembangan mereka.

b.     Nilai yg bagus akan diatribusikan pada “kamu emang anak yang pintar” pada FM. Sedangkan GM akan mengatakan “Nilai yg bagus!  Kamu telah berusaha keras/menerapkan strategi yang tepat/berlatih dan belajar/tidak menyerah.”

c.      Nilai yang jelek akan diartikan sebagai “kamu memang lemah pada bidang ini” dengan FM. GM akan mengatakan “saya suka upaya yang telah kamu lakukan, tapi yuk kita kerjasama lebih banyak lagi untuk mencari tahu bagian mana yang kamu belum pahami”. “Kita semua punya kecepatan belajar yang berbeda, mungkin kamu butuh waktu yang lebih lama untuk mengerti ini tapi kalau kamu terus berusaha seperti ini, aku yakin kamu akan bisa mengerti.” “Semua orang belajar dengan cara yang berbeda, ayo kita terus berusaha mencari cara yang lebih cocok untuk kamu.”

d.     FM: “wah, kamu cepet banget menyelesaikannya, tanpa salah lagi!” GM: “Ooops, ternyata itu terlalu mudah buat kamu ya. Saya minta maaf sudah membuang waktumu, ayo cari sesuatu yang bisa memberikan pelajaran baru buat kamu.”

e.      FM mementingkan kecerdasan atau bakat dari lahir. GM mementingkan proses belajar dan kegigihan berusaha (perseverance).

f.       FM percaya kalau tes mengukur kemampuan. GM percaya kalau tes mengukur penguasaan materi dan mengindikasikan area untuk pertumbuhan.

g.      Guru dengan FM menjadi defensif mengenai kesalahan yang dia lakukan. Guru dengan GM merenungkan kesalahannya secara terbuka dan mengajak bantuan dari anak-anak lagi supaya bisa menyelesaikan masalahnya.

h.     Guru dengan FM memiliki semua jawaban. Guru dengan GM menunjukkan ke anak-anak bagaimana dia mencari jawaban-jawaban tersebut.

i.        Guru dengan FM menurunkan standar supaya anak-anak bisa merasa pintar. Guru dengan GM mempertahankan standar yang tinggi dan membantu setiap siswa untuk mencapainya.

 

Hosh-hosh, mulai kelihatan kan bedanya? Kami sudah mulai berusaha mengubah cara kami memuji anak-anak, tapi menang butuh waktu dan upaya ekstra untuk mengubah kebiasaan yang sudah lama, apalagi dengan lingkungan teman-teman dan saudara dan orang-orang yang tidak dikenal yang SKSD. Plus, kosa kata “you worked hard… ” itu kalau diterjemahakan ke dalam Bahasa Indonesia itu masih terdengar tidak umum plus panjang, “kamu udah bekerja/berupaya keras ya untuk….”--- masih lebih praktis bilang “anak pinter”, hehehe. Yah, namanya juga sudah membudaya. Belum lagi ada ucapan bahwa kata-kata adalah doa. Akupun sepakat dengan itu. Jadi jangan salah sangka, bukannya nggak boleh memuji, tapi pujilah upaya mereka. Dan penelitian ini khusus berkenaan dengan persepsi terhadap kecerdasan ya, bukan label-label lain seperti sholeh/sholehah, rajin, empatik, penyayang, dsb. Jadi pentingnya perubahan mindset dari fixed menjadi growth supaya anak-anak (dan kita sebagai orang tua juga) nggak terpaku hanya pada hasil. Kalau menurut saya, terlalu terpakunya masyarakat kita pada hasil malah melahirkan upaya-upaya negatif untuk mencapai hasil yang “baik” di mata orang, terlepas caranya. Makanya ada bocoran soal UN, contekan ulangan, lalu stress berlebihan atas sebuah kegagalan. Kalau pada anak sulung saya, ya kelihatan pas dia ngambek nggak mau lanjut latihan sebuah lagu di piano karena “susah”, nggak mau nyoba gambar karena takut “jelek”, dan nggak mau nyoba bikin freestyle build dari Lego karena “susah”.

 

Buat saya, kalau ada yang mengatakan anak-anak “pintar”, maka saya akali dengan langsung menimpali secara halus plus senyum manis dengan komentar atas usahanya anak-anak. Misalnya, tante A, “Wah Little Bug udah pinter main pianonya…”, lalu saya menimpali dengan “Alhamdulillah, Little Bug selama ini rajin latihan dan nggak nyerah kalau belum bisa.” Atau “Little Bug dah pinter ya bacanya” “lalu saya bilang “alhamdulillah, Little Bug tiap hari berusaha baca buku-buku baru dan kalau ada kata-kata yang susah, dia akan berusaha membacanya”. Intinya, nggak pernah lupa untuk memuji usaha/prosesnya. Dan nggak lupa mendoktrin secara berulang tentang otak sebagai otot yang semakin kuat kalau dilatih dengan tantangan. Intinya, menekankan bahwa they are special just the way they are. Bahwa kami bangga karena dia berusaha mencoba meskipun menantang, dan gak menyerah meskipun gagal. Hal-hal seperti itu yang suka tertutup oleh pujian “anak pintar”. Terlebih karena kami homeschool, jadi kelihatan banget gregetnya kalau anak belum bisa maupun kelihatan ketika dia sengaja menghindari sesuatu yang tampak “susah” atau “baru” buat dia, belum lagi kalau ngambek ketika gagal atau hasilnya “nggak perfect”. Jadi ngeh juga, mungkin salah satu alasan kenapa anak-anak Jepang itu begitu rajin adalah karena sejak kecil, pujian setelah melakukan sesuatu umumnya adalah “yoku ganbatta ne” atau “kamu sudah banyak berusaha” dan “otsukaresamadeshita” (terima kasih atas kerja kerasnya), mau apapun hasilnya. 

 

Kita bisa berusaha dan perlahan, insyaaAllah akan lebih positif kepribadian anak-anak kita. Daripada mengeluhkan, mendingan berusaha dan berdoa, semoga Allah bisa membentuk jiwa anak-anak dengan kelembutan-Nya sehingga kelak menjadi anak-anak sholeh/sholehah yang berani menghadapi tantangan demi menghasilkan kebaikan. Semoga artikel ini bisa memberikan sudut pandang yang berbeda buat kita semua.

 

Referensi:

1.       Dweck, Carol. (2006). Mindset: The New Psychology of Success.

2.       Bronson, Po. (2007). How Not To Talk to Your Kids: The Inverse Power of Praise. http://nymag.com/news/features/27840/#

#selftalk

Bagaimana Batasan Nonton Televisi Pada Anak?

Bagaimana Batasan Nonton Televisi Pada Anak?

Ditulis Oleh: Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Founder Komunitas Yuk-Jadi Orangtua Shalih
Fasilitator Pelatihan Orangtua 25 Propinsi, 80 Kota di Indonesia dan Negara
Penulis Buku Best Seller “Sebelum Meminta Anak Shalih, Yuk Jadi Orangtua Shalih”
www.auladi.net

Apakah Anda masih termasuk orangtua yang masih “permisif” dengan televisi? Apakah Anda termasuk orangtua yang masih menganggap wajar anak balita nonton televisi?

Atau pernah mengalami seperti yang orangtua ini alami? “Abah Ihsan, untuk batasan nonton televisi anak, baiknya bagamana ya? Anak saya 9 th, 7th dan 4 th. Di rumah saya menerapkan: hari sekolah boleh nonton 1,5 jam. Batasnya setelah maghrib tv mati walaupun belum 1,5 jam. Sedangkan hari libur 2 jam/hari.

Awalnya tertib. Makin ke sini kacau karena anak saya 4th sakit cacar jadi tidak boleh ke luar rumah terkadang jadwal nontonya jadi berlebih. Sedangkan kakaknya pulang sekolah baru nonton tv, jadinya si 4 tahun ikut nonton lagi. Sekarang juga si 7 dan 9 tahu walaupun sudah 2 jam masih mau nonton dengan alas an pas iklan aku tidak nonton. Aku tutup mata. “

Boleh tak setuju, bagi saya keadaan seperti ini memperlihatkan seolah bagi anak nonton televisi itu “wajib”. Apalagi jika sehari lebih dari 1 jam.  Sudah terlalu sering kita mendengar publikasi dengan dampak negatif televisi untuk anak.

“Googling” aja di internet dengan bahasa inggris atau gabungan bahasa manapun, tentang “tv impact” ada ribuan pembahasan tentang ini. Saya hanya ingin menyebutkan beberapa hal:

Televise dapat membuat anak kecanduan. Karena kecanduan, seperti kecanduan apapun (yang berkaitan dengan teknologi) dapat berdampak kepada banyak hal negative yang sebenarnya dapat kita ketahui secara sederhana dengan memperhatikan perilaku anak-anak kita sehari-hari yang sudah kecanduan tv. Lalu bandingkan dengan anak-anak yang hidup tanpa televisi. 

Anak-anak yang terpapar tv berlebihan, apalagi gadget, game dan playstation, lihat saja perilakunya: sering tidak tenang, impulsive, agresif, mudah resah dan lain-lain. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3881727

Rela anak ini jadi begitu?

Meski televisi bermaksud mengajarkan mana yang baik dan buruk dan seringkali menampilkan bahwa yang baik mengalahkan yang jahat, tapi mengacu pada University of Michigan's Health System: televisi juga menyampaikan pesan pada anak bahwa kekerasan itu normal dan boleh!  (Even "good guys" beating up "bad guys" gives a message that violence is normal and okay. Many children will try to be like their "good guy" heroes in their play.)

Rela anak kita jadi begitu?
Anak belajar banyak dari tv. Jangan dikira mereka tidak mendapat pelajaran hidup.  Apa yang mereka pelajari bergantung apa yang mereka tonton jika berkait dengan televisi (that children learn from watching TV; what they learn depends on what they watch).  Sumber: http://www.centreforliteracy.qc.ca/sites/default/files/parents_tv.pdf 
Rela anak kita jadi begitu?

Anak-anak yang rutin menonton tv berlebihan memiliki peluang untuk terserang kegemukan (obesitas), gangguan perilaku,  gangguan istirahat/tidur,  gangguan belajar,  rangsangan kekerasan dan yang tak kalah hebat berkurangnya waktu bermain anak.  Apa akibat kurang main? Sudah saya bahas panjang lebar dalam tulisan saya yang lain.   Sumber: http://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/childrens-health/in-depth/children-and-tv/art-20047952

Rela anak kita jadi begitu?

Bagiamana jika sebaliknya? Anak-anak tanpa tv wajahnya bisa lebih banyak cerita, lebih sehat, lebih percaya diri (bertentangan dengan prasangka bahwa anak jadi tidak “pede” ketika bergaul dengan teman sebab kurang “update” dengan tayangan tv) dan jauh dari ketakutan-ketakutan yang tidak beralasan (hantu, kekerasan, kejahatan dll yang ditampilkan televise). Sumber disini: http://www.ahaparenting.com/parenting-tools/intelligent-creative-child/tv-compromises-academics

Tidak ingin anak kita begitu?

Atau daripada ribet cari referensi. Tak usah lihat penelitian manapun, buktikan sendiri! Sebab saya sendiri sudah mendapat banyak bukti dari orangtua-orangtua yang mempratikkan PRINSIP 1821, yaitu dari jam 18.00 sampai 21.00 tidak ada tv, laptop, gadget, dan segala peralatan elektronik lain.

Buktikkan, keluarga-keluarga yang jarang nonton tv, mematikan gadget dan laptop pada saat prime time 1821 seperti yang pernah saya bahas, lebih akrab, lebih hangat, lebih dekat, lebih ceria dan lebih banyak menyebabkan saling pengertian, empati antaranggota keluarga.

Jadi ini rekomedasi saya soal batasan tv untuk anak: Pertama, sebaik-baiknya keluarga adalah tanpa televisi. Mustahil? Ini masalah kemauan orangtua sendiri.  Yang saya tahu, bukan hanya saya yang belasan tahun menikah dengan 5 orang anak tanpa tv, sudah banyak orang yang mempraktikkannya. Tidur jadi lebih teratur. Interaksi antaranggota keluarga lebih intens. Akibatnya hubungan antaranggota keluarga pun jadi hangat.

Bagaimana soal hiburan? Lah emangnya bermain bukan hiburan? Bagaimana dengan berita? Ketinggalan dong nanti? Anda periksa, berita di tv lebih banyak yang membuat damai atau berantem? Lebih banyak yang membuat tenang atau resah? Berita lho! Tak usahlah kita ngomong sinetron lebay bin alay! Saya langganan Koran juga belum tentu kebaca semua halaman. Pegang gadget? Apalagi! Jutaan halaman berita bisa dibaca. Tapi jangan sampai malah dialihkan semua ke gadget lho!

Kedua, jika tidak bisa juga lepas sama sekali dari nonton, sedapat mungkin nonton sepekan sekali. Terserah di rumah Anda, tapi di rumah saya memang dari dulu anak boleh nonton kok. Hanya saja saya sudah beli dan persiapkan ratusan video, film yang sudah saya pilih, yang saya anggap aman untuk nonton.

Ketiga, jika tidak bisa juga, nontonlah sehari paling banyak 1 jam.  Ini paling amin. Merujuk AAP (American Academy of Pedriatrics) paling banyak 2 jam sehari. Tidak lebih! https://www.aap.org/en-us/advocacy-and-policy/aap-health-initiatives/pages/media-and-children.aspx. Itu pun hanya berlaku jika tanpa iklan dan tayangan yang sudah terseleksi.

Keempat, untuk anak-anak balita saya sama sekali tidak merekomendasikan untuk bermain layar (istilah saya untuk kesenangan megang gadget dan nonton tv). Ini paling aman. Karena dengan meniadakan bermain layar untuk anak balita akan memberi peluang anak balita bermain nyata lebih banyak yang akan lebih banyak merangsang tumbuh kembangnya. Balita boleh nonton sesekali, tapi tidak untuk dirutinkan.

Anak-anak usia balita tidak berhak ikut nonton.  Jadi saat anak yang lain nonton, anak-anak balita harus diajak melakukan aktivitas lain yang membuat dia tetap “sibuk” tanpa nonton.

Bagaimana jika anak banyak, kan harus dibagi tuh supaya tidak rebutan? Pembagian jangan sampai justru menambah banyak jam nonton tv anak. Anak pertama milih tayangan 1 jam, anak kedua 1 jam. Lah pas anak pertama nonton, anak kedua ikut nonton dan sebaliknya maka yang terjadi masing-masing anak akhirnya nonton 2 jam.  Lah pas anaknya 5 ? Berarti total jendral 5 jam dong?! Ya tidak seharusnya begitu bukan?

Di rumah saya, semua anak yang berhak nonton rutin sepekan sekali harus sudah usia 7 tahun. Nonton film yang sudah dipilihkan atau kalau tidak nonton video dari youtube dengan pendampingan orangtuanya. Saat usia 7 Ini sekaligus dijadikan salah satu keistimewaan karena memang sudah terkena kewajiban belajar sholat.  Karena terbiasa “syuro”, maka mereka sendiri yang menentukan pekan ini, pekan siapa, pekan besok pekan siapa.

Hasil syuro anak saya, pekan 1 milik Salma, pekan 2 milik Syahid, pekan 3 milik Syarifah. Pekan 4 libur!  Saat pekan 1 Salma tidak mau nonton atau tidak bisa nonton, maka anak yang lain tidak boleh nonton juga. Jadi tidak ada istilah dobel nonton.

Setiap 1x nonton maksimum 1,5 jam. Sudah termasuk semuanya dari nyala hingga mati tv. Tidak ada istilah jeda iklan tidak dihitung, saat iklan nutup mata. Tidak ada juga istilah sewaktu ke toilet tidak dihitung. Bernegosiasi dengan wilayah “abu-abu” itu membuat orangtua makin lemah otoritas dihadapan anak.  

Keadaan sakit anak justru harus dimanfaatkan untuk membangun kedekatan lebih dengan anak dengan cara mengambil perhatian dan kasih saying lebih pada anak

Mengembangkan potensi para Ummahat

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Resume Jumat 22 Mei 2015

Assalamualaikum bunda2 pembelajar yang hebat......
Senang bisa bertemu.....nambah saudara.....nambah rezeki.

Narasumber : Saya Irawati Istadi, ibu 6 anak, yg pertama putri sudah menikah dn skrg jadi asisten sy, hingga yg kecil HS 10 th. Dua lagi kakaknya yg HS adalah yg usia setara SMP dan setara SMA....

📝Materi
Sehingga ketika ditanya; Apa beda diri bunda sekarang dg 5 th lalu ? Kita tak bisa jawab.....
Sebab tak ada perkembangan kualitas keilmuan dn potensi kita....

Bunda2 hebat, hidup berkeluarga sering melenakan kita, terlalu sibuk dg anak dg perilakunya yg ajaib, pekerjaan yg overload dan kelelahan yg luar biasa. Lantas tak lagi sempat memikirkn nasib diri sendiri.... lupa dan lalai untuk belajar....

Paling2 nambah gemuk....nambah keriput... atau mungkin nambah anak.... hehe...

Nah, ini harus kita hindari. Sbg manajer keluarga, yg utama adalah kita bisa memanage diri sendiri.
Mengatur waktu yg hanya 24 jam sehari menjadi bermanfaat seperti 36 atau 48 jam sehari, berkat efisiensi waktu dn peningkatan produktifitas yg bisa kita lakukan (sdh pernah zsy bahas di group HSMN lain, bisa dicontek dr sana)

Manage diri berarti mampu menyediakan 'me time' yg efektif dan berkualitas  utk peningkatn kualitas diri.
Silahkn cari kapan me time terbaik buat bunda yg tidak terganggu oleh pekerjaan, anak dan suami.
Gunakan me time itu utk refreshing agar menghilangkn jenuh dn stress dg cara beristirahat atau melakukan hobby2 bunda.
Gunakan jg me time utk peningkatn kualitas. Jika bunda punya cita2 menjadi penghafal quran, mk dg memiliki waktu 30 menit sehari sj, bunda bisa hafal 3-5 baris ayat2 al quran. Jk bunda terus istiqamah, insya Allah bisa menjadi hafidz dalam 4-6 th.
Manage diri jg dengan cara perbaiki karakter diri sehingga seimbang feminin dn maskulinnya, atau diistilahkan androgynous. Ini jg sdh pernah sy bahas di group hsmn lain...contek sj ya bun..
Jika bunda manfaatkn 15 menit setiap hari untjk membaca buku, sudah bisa dapat 10 halaman, bisa 1-2 bab. Sebulan sudah bisa 200-300 halaman, berarti bisa 1-2 buku. Setahun bisa 12 - 15 buku. Subhanallah..!
Nah, terakhir, sbg aplikasi manajmen keluarga dlm kehidupan keseharian, agar seluruh pekerjaan multi talenta bunda bisa terselesaikan, dn bunda bisa efektif mendidik anak dn tetap bisa sisihkn waktu utk me time, maka seluruh pekerjaan rumah tangga saya bagi menjadi 8 departemen, agar lebih mudah bagi kita untuk merencanakannya, menentukan targetnya, dan menetapkan anggarannya.

Berikut copy Paste uraian dr ke8 dept tsb :
Ke-8 dept tsb adalah: dept personalia, dept pendidikan anak, dept spiritual , dept keuangan, dept urusan domestik, dept  property, dept humas,dan dept. SDM.

1. Dept personalia
Adlh tugas kita utk memahami, mengenal dan akhirnya meletakkan masing2 personal anggt keluarga di posisi masing2 sesuai karakternya.
Mengenal dn memahami serta menyesuaikn diri dg sifat2 dn karakter suami sj, kadang butuh waktu bertahun2. Apalagi mengenal masing2 anak sesuai pertumbuhn usianya, belum lg kakek nenek yg tinggal bersama, plus tànte, paman atàu ART kalau ada.
Jk kita menguasai personalia dg baik, keluarga terhindar dr konflik dn lebih kompak jadinya

2. Dept. Pendidikan.
Inilah tugas bunda utk mengenal talenta anak sedini mungkin, lalu membuat road map ke depan berikut tahapan2nya sesuai minat anak tsb, shg kesuksesannya kelak sdh bisa dirancang sedini mungkin.

3. Dept. Spiritual
Yaitu tugas bunda utk menciptakan rumah sbg basis pendidikan SQ terbaik bagi anak, melalui keteladanan, pembiasaan ibadah dn akhlaqul karimah, dn penanaman nilai2 aqidah dlm hidup keseharian.

4. Dept Keuangan
Adlh ketrampilan bunda mengelola keuangan dg qanaah shg bisa mencukupkn kebutuhn dg apa yg diterima dr suami.
Selain itu, jk dibutuhkn pun memiliki ketrampiln entrepreneurship yg bisa membantu ekonomi keluarga.

5. Dept. SDM
Yaitu tugas bunda utk mengembangkan potensi masing2 aggt klg sbg aktualisasi diri, khususnya SDM bunda sendiri yg sering terkalahkn oleh kewajibn2 yg overload. Menyediakn me time setiap hr adlh solusi bagus utk masalah ini...

6. Dept. Property
Adlh pengaturan sarana dn prasarana dlm rumah pun perlu dibuatkn rencana manajemen perawatan, perbaikn jg pembelian, spy rapi. Kalau tidak, kadang perkara engsel pintu rusak sj sampai berbulan2 tak kunjung beres gara2 kelupaan

7. Dept Ur Domestik
Urusan masak, beberes, cuci gosok masuk di sini. Ini tugas berat yg monoton dn menghabiskn banyak waktu bunda. Agr tdk stress menjalaninya, bunda perlu kreatifitas dan butuh ilmu utk mengefektifkn pekerjaan shg pekerjaan ini bisa hemat waktu dn tenaga, spy bisa disaving tenaga bunda utk dept lain yg lebih penting

8. Dept humas
Yaitu peran dn keaktifan yg bunda mainkan di luar rumah, akan memberi dampak positif pd anak, namun tetap ada batasan2 syar'i yg harus dipatuhi, shg tugas humas ini tdk mengganggu tugas utama yg lain.✅

❓Tanya Jawab❓
1⃣ 🙋_Ina_Bpp# Ada hikmah seorang janda dg 2 anak. Lalu dia tinggal bersama orang tuanya. Bagaimanakah mengatur dlm hal kebersamaan pendidikan dg orantuanya?
Bila si ayah meminta 2 anak tsb..bgmn menurut bu Ira. Sedangkan wanita tsb bekerja dan insyaaAllah mampu membiayai 2 anak tsb.
Syukron atas jawabannya.
👉Mendidik anak bersama orangtua, yg utama adalah harus disamakan pola asuhnya. Bunda harus berani mengajak orangtua berunding untuk menetapkan aturan2 pendidikan yg sama buat anak.

Jika ibu seorang janda, anak memang butuh figur ayah yg mungkin bisa dia dapatkn dari kakeknya. Hal ini mungkin tercapai jk anak diambil oleh kakeknya. Ini bisa saja dilakukan, dg catatan sang ibu tetap punya waktu yg cukup untuk bertemu dan menyambungkn hati dg anak tsb.
Tetapi jika ibu terlalu sulit untuk bisa menjenguk dan mengakrabkn diri dg anak, maka lebih baik ibu masih mengasuh sendiri anak tsb, dan sesekali diajak ke rumah kakeknya spy mendapatkn figur ayah.

2⃣ Vita_ balikpapan # Assalamualaikum bunda dinari dan bunda ira yg mau berbagi ilmu dengan kami khususnya saya yang masih susah mengatur waktu.
Apakah boleh sembari kita full hs anak sambil melakukan aktifitas lain misal sambil ngajarin anak sambil masak atw nyuci?
👉 Kegiatan full hs bukan berarti hanya mengajarkan pelajaran di jam2 khusus saja. Tetapi setiap detik dari kehidupan di rumah bisa menjadi pembelajaran bagi anak.
ketika bunda memasak, mencuci, beres2 rumah, libatkn anak2, maka itupun merupakn pembelajarn penting dlm kehidupn mereka.
Libatkn anak langsung dalam menghadapi tantangan yg ada. Setiap ada masalah keluarga, diskusikan apa yg bisa dilakukn anak2 utk membantu menyelesaikan....
Anak2 yang full hs kegiatan hariannya harus penuh warna... buatlah proyek besar setidaknya sepekan sekali. Seperti mengecat dn menghias kamar, membuat buka puasa untuk para santri psantren tahfidz tak jauh dari rumah, merombak kebun dg tanaman2 baru, dsb.....
Silahkan dicoba...✅

3⃣🙋Yuyun Ummu Yazid_Bjm_Maasyaa allaah bunda Ira smga Allaah memberkahi umur bunda utk smkn brmanfaat bg ummat trtama bagi keluarga muslim, td sempat sy cek ke intrnet bukuny, Luar biasa sbg ibu muda hrs byk bljar, diskusi singkat dgrup tntu blm cukup..bukunya bunda ke 11 pula..jika berkenan, kemana sy bs menghubungi utk memesan buku2 karangan bunda?
👉bisa via admin ✅

4⃣Inda_sintang, kalbar_bunda utk berkegiatan bersama ank2 seperti bermain utk ke 6 anak bagaimana bunda me'manage' wktu dan bentuk kegiatannya. Biasanya utk bermain antara kakak dan adk mgk berbeda2 keinginannya. Ank saya dua, saya bwt 2 kegiatan utk kk dan adk sesuai usia. Tp trkadg kk ga jaln krna ingin bermain smbil ditemani sementara utk adk mash harus di arahkan. Adk 19 bulan dan kk 4 tahun.
👉 Sama seperti bunda Inda, sy jg membuat rencana kegiatan harian untuk masing2 anak sesuai kebutuhan perkembangan dan pendidikan masing2,  dn sy juga membuat kegiatan yg akan dilakukan bersama2.
Tapi biasanya hanya sekitar 40 - 60 % yg berjalan sesuai rencana. Selebihnya berkembang mengikuti kondisi. Kadang adik tergiur mengikuti kegiatan kakak, kadang juga tiba2 ada ide kegiatan baru yh bisa merubah rencana, dsb.
Tetapi minimal utk yg 40 % sy wajibkan utk dilaksanakan.
Biasanya 40 % ini menyangkut ibadah sepsrti shalat, mengaji dan hafalan quran. Selain itu jg program belajar yg menjadi passion dan fokus utama anak saat itu.
Jadi cukup fleksibel kok bu. Kadang2 bahkan saya yg punya masalah sehingga jadual anak harus berubah. Tapi pastikan ada kegiatan2 cadangan yg bisa cepat filakukan dn disukai semua anak, sbg antisipasi kalau2 rencana harus berubah sewaktu2✅

5⃣ Mahrita_Kaltim # Tanya bunda:
Bagaimana proporsial antara tugas mendidik & cleaning service😁
👉Bunda Mahrita, tugas mendidik adalah tugas utama bunda, seperti juga tugas melayanj suami. Setelah itu tugas penting lainnya adalah personalia dan mengembangkan potensi SDM seluruh anggota keluarga, menyusul kemudian manajemen spiritual keluarga, humas, barulah     kemudian  properti dan domestik atau cleaning service di prioritas terakhir.
Jadi, jika tugas2 yg lebih utama telah menghabiskn waktu dn tenaga bunda, maka urusan domestik adalah yang paling mungkin untuk didelegasikan kpd orang lain.....✅
6⃣🙋_Siti-Banjarmasin
Seringkali ilmu manajemennya sudah dicatat rapi dan dipelajari, tapi pas menjalani sehari2 lupa lagi dan berlangsung seadanya, bagaimana mengatasi jurang antara teori dan praktik?
👉Betul sekali yg disampaikan bunda Siti menggambarkan sulit dan beratnya proses sebuah perubahan krn lemahnya kontrol. Menjembantani jurang antara teori dg praktek yaitu dg menciptakan sistim kontrol yg baik. bisa dilakukan dg menulis secara detail rencana yg akan dilakukan kmd menempelkannya di tempat yg bisa dilihat oleh banyak orang shg mereka bisa ikut mengontrol jk ada rencana yg tdk terlaksana.
Selain itu tetapkan waktu evaluasi konteol.scr rutin dlm jangka waktu yg tdk terlalu panjang. Misal sebulan sekali dan minta bantuan org lain untuk mengkontrol dan mengkritik kita.
Terakhir bulatkan tekad jgn putus asa segera bangkit✅

Minggu, 17 Mei 2015

Tips Mendidik Anak sehari hari

Resep Mendidik Anak

1— Anak anda suka berbohong?
Solusi: Berikan ia rasa aman, karena anak kecil tidak akan
berbohong kecuali jika ia merasa takut, atau berada di
bawah tekanan. Berikan ia rasa aman, kemudian tanamkan
padanya nilai-nilai kejujuran.

2— Anak anda keras kepala?
Solusi: Jangan melawan sikap keras kepalanya, karena ia
berdasarkan apa yang dilihatnya. Beri dia lebih banyak
cinta dan pelukan.

3— Anak anda hiper-aktif?
Solusi: Sibukkan ia dengan kegiatan kinetik, banyak gerak
yang positif. Kurangi asupan coklat, karena coklat
meningkatkan vitalitas. Berikan ia tanggung jawab.

4— Anak anda sulit makan?
Solusi: Jangan dimarahi. Usahakan memberi makan dengan
cara bermain atau perlombaan. Beri ia buah-buahan yang
warnanya menarik.

5— Anak anda memukul (membully) adiknya?
Solusi: Jangan membanding-bandingkan ia dengan adiknya.
Bagilah cinta anda kepada mereka dengan adil. Jangan
menampakkan rasa cinta anda yang lebih kepada salah
satunya terhadap yang lain.

6— Anak anda kecanduan games elektronik?
Solusi: Dampingi ia hingga ia mengurangi jam bermainnya.
Jangan larang ia secara tiba-tiba. Itu justru membuatnya
lebih kecanduan dari sebelumnya.

7— Anak anda mengucapkan kata-kata kotor?
Solusi: Jangan membentaknya, tetapi peringatkan ia dengan
lembut, jelaskan kepadanya bahwa kebersihan lisan itu
bagian dari kebersihan hati. Kemudian, cobalah cari tahu
dari mana ia mendapatkan kata-kata kotor tersebut. (Agar
bisa lebih diawasi pergaulannya)

8— Anak anda tidak mau sholat?
Solusi: Cintailah ia karena Allah, jelaskan bahwa segala
nikmat, termasuk mainan dan permen yang ia beli dengan
uang adalah nikmat dari Allah juga.

9— Anak anda suka menghisap jarinya, atau menggigit-gigit
kukunya?
Solusi: Anak anda butuh rasa aman, ia sedang merasa
takut akan sesuatu yang mengancamnya, atau rendah diri
karena merasa dibanding-bandingkan.

10— Anak anda mudah marah?
Solusi: Jangan kurang perhatian, jangan membalasnya
dengan amarah juga. Ajarkan ia untuk berwudhu saat
marah. Katakan kepadanya: "Sabar yaa.. Ayo tenang dulu..
Agar kita bisa saling memahami".

Semoga Bermanfaat
# Copas Dari Ust. Azharul Fuad M Resep Mendidik Anak :

11— Anak anda berkepribadian lemah?
Solusi: Beri ia kepercayaan diri dengan memberinya
tanggung jawab. Berikan kepadanya rasa aman, jangan
membuatnya merasa lemah. Masukkan ia ke dalam klub
olahraga, karena di dalamnya ada efek yang baik untuk jiwa
dan raga.

12— Anak anda terbata-bata / cadel saat berbicara?
Solusi: Pujilah ia dan berikan ia keberanian, jangan
ditertawakan apa yang ia katakan. Dan bawalah ia ke
dokter spesialis, agar ia dapat mengucapkan kata-kata
dengan tepat.

13— Anak anda tidak mau mencium tangan anda atau
kepala anda?
Solusi: Berilah contoh dimulai dari diri anda, hingga ia
mengikuti anda dan menjadi kebiasaan.

14— Anak anda mencuri?
Solusi: Jangan katakan bahwa dirinya adalah "pencuri", tapi
nasehati ia empat mata, biarkan dia mengembalikan apa
yang ia ambil, kemudian carilah penyebab/alasan yang
mendorongnya mencuri, dan carilah solusinya, misalkan
dengan memenuhi keinginan/kebutuhannya itu.

15— Anak anda menunjukkan tanda-tanda puber (baligh)?
Solusi: Ajarkan ia tentang thoharoh (cara bersuci),
tingkatkan rasa percaya dirinya. Jangan mengejek
perubahan bentuk fisik dan suaranya. Jelaskan kepadanya
bahwa ia telah menjadi pribadi yang bertanggung jawab
atas apa yang dilakukannya.

16— Anak anda memiliki tanda-tanda ketidakmampuan
dalam belajar?
Solusi: Segera bawa ia ke dokter spesialis (psikolog) yang
pakar dalam hal ini, agar dapat diketahui penyebabnya
sebelum bertambah parah.
17— Anak laki-laki anda mulai menunjukkan tanda-tanda
kewanitaan?
Solusi: Kurangi pergaulannya dengan teman-teman
wanitanya secara bertahap. Ajak ia bermain dengan teman
laki-laki. Bimbing ia agar lebih bersikap macho. Begitu pula
sebaliknya dengan anak perempuan, jika mereka
menunjukkan perilaku maskulin.

18— Anak anda sulit dan menangis saat bangun tidur?
Solusi: Usaplah kepalanya dengan lembut, panggillah ia
dengan nama kesayangannya. Bacakan ayat Kursi dengan
suara pelan, sebagai ganti dari teriakan.

Jumat, 15 Mei 2015

TINGKATAN ILMU DAN PRIORITAS PENDIDIKAN UNTUK ANAK

TINGKATAN ILMU DAN PRIORITAS PENDIDIKAN UNTUK ANAK
1. Tingkat maqam Pertama adalah Al Qur'an dan Sunnah. Ini fondasi pendidikan yang harus pertama kali diterima anak, dan tanpa digangguan informasi lain. Di dalam proses ini, kehebatan fitrah seorang anak, dipertemukan dan ditancapkan secara permanen dengan sumber kebenaran semua ilmu, keterampilan dan profesi, yaitu wahyu Alloh dan Sunnah Rosululloh.
Targetnya: sejak dini, kemudian remaja, hingga dewasa, anak anak kita akan menjadikan wahyu Alloh Al Qur'an dan Sunnah Rosululloh sebagai alat dalam memandang dan menilai segala hal yang dihadapinya sepanjang hayat.

2. Tingkat maqam kedua adalah ilmu-ilmu fardhu 'ain, yaitu semua ilmu yang wajib dimiliki yang akan menjadikan anak trampil dan kuat dalam memahami dan mengamalkan Wahyu Alloh dan Sunnah Rosululloh.
Ilmu-ilmu fardhu 'ain adalah 'aqidah, akhlaq, dasar-dasar fiqh, bahasa Al Qur'an ( bahasa arab), 'ulumul Qur'an, 'ulumul Hadist, sejarah Islam, dan sebagai nya

3. Tingkat maqam ilmu yang ketiga adalah  ilmu kategori fardhu kifayah, jenis ilmu-ilmu yang penting untuk memelihara kemaslahatan masyarakat, tetapi tidak setiap orang harus menguasainya. Kedokteran, ekonomi, administrasi, psikologi, IT, dan sebagai nya

4. Life skills
Keterampilan untuk bertahan hidup, bekal guna memberi sebanyak banyaknya manfaat  untuk orang di sekitarnya, bukan sekedar 'cari nafkah'.
Karena fungsi manusia itu lebih mulia dari sekedar itu yakin menjadi khalifah di muka bumi.

*sumber : ,makalah prof. Syeid M. Naquib Al-Attas dalam Muktamar Pendidikan Islam pertama di Makkah tahun 1977.
Beliau tentara alumni akademi militer Sandhurst, Inggris. Arsitek, ahli bahasa, Seniman dan pemikir Islam.
    -majalah Aulya no 07 tahun VIII Muharam-Shafar1432-

Rabu, 13 Mei 2015

Konsep Pendidikan Fitrah dan Akhlak Pre Aqil Baligh 8-10 tahun

Materi 5
��Konsep pre Aqil Baligh 8-10 thn��

Narsum: Harry Santosa
(Founder MLC sekaligus praktisi HE sejak 1994 ) 

===============================

Malam ini kita akan membahas konsep pendidikan berbasis potensi fitrah dan akhlak, untuk periode pre aqil baligh (usia 8-10 tahun). Tentu tahap 8-10 ini akan lebih mudah kita jalani apabila tahap 0-7, pertumbuhan fitrah keimanan, fitrah bakat, fitrah belajar anak anak kita berkembang secara utuh.

Baik teori psikologi perkembangan anak, maupun perjalanan sirah Nabwiyah, melihat usia 8-10 atau ada juga yg menulis 7-10 merupakan penentu kesiapan tahap latih di usia 11-14 menuju aqil baligh. Secara syariah, fitrah keimanan, ditandai dengan perintah sholat yg dimulai ketika usia 7 tahun, dan batas penyadarannya sampai di usia 10 tahun.

Bila di usia 10 tahun masih belum tumbuh fitrah keimanannya dgn sholat sbg wujud simbolnya maka boleh dipukul. Fase keimanan Rububiyatullah (kholiqon, roziqon, malikan), bergeser meningkat ke Mulkiyatullah (waliyan dan hakiman). Wujudnya adalah perintah sholat. Ketika ego sentrisnya terpuaskan di usia 0-6 tahun, maka di usia 7 tahun mulai melebar kepada sosial dan tanggungjawab moral. Maka di saat yg sama, anak2 harus dibangkitkan fitrah keimanannya pd aspek ketaatan pd hukum (hakiman) dan ketaatan/kecintaan tunggal (waliyan).

Secara fitrah perkembangan, usia 7 tahun, anak2 mulai mengenal nilai2 sosial di sekitarnya. Maka mereka mulai mengenal Allah sebagai pembuat hukum dan Zat yg harus ditaati secara totalitas. Di saat yg sama, pada usia 7 tahun, fitrah belajar dan fitrah bakat juga mulai dibangkitkan dengan beragam aktifitas yg menjadi minat dan passionnya. Pada tahap ini perbanyak aktifitas belajar di masyarakat dan aktifitas yg sesuai kepribadiannya. Agar di usia 10 tahun, ketiga fitrah ini (fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat) sudah matang untuk dilatih secara serius.

Usia 10 adalah batas evaluasi apakah sdh kenal Allah dengan baik (sholat dgn kesadaran) dan kenal diri dengan baik (kutahu yg kumau). Para Pelatih FIFA, juga menjadikan usia 10 tahun sebagai batas dari latihan "bermain main saja walau berbakat" menjadi latihan "teknik dan muscle memory". Di Jerman penjurusan sekolah dimulai ketika kelas 4 SD, atau sekitar usia 10 tahun.

Rasulullah SAW, mulai magang berdagang bersama pamannya ke Syams sekitar usia 10  atau 11 tahun. Abu Bakar ra, mengatakan ada dua hal yang paling utama untuk dikenal, yaitu kenal Allah dan kenal diri. Menurut saya kenal Allah (fitrah keimanan) dan kenal diri (fitrah bakat) sebaiknya sudah selesai di usia 10 tahun.

  ✅✅❓❓ Q & A ❓❓✅✅

1⃣ Mery-Pontianak Kalbar
Assw,ustadz.. Bgmn mngetahui bhw "ssuatu" tsb mrupakn fitrah bakat anak kita? Krn pd usia tsb anak2 kan cenderung msh suka ikut2an lingkungannya. Misal senang brmain bola karena teman2nya jg sprti itu.

Jawaban :
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengetahui fitrah bakat dan minat anak adalah tour de talent, maksudnya kita ajak anak-anak berkeliling melihat aneka aktifitas dan profesi untuk mengenali lebih dalam mana yang paling mereka minati dan sesuai dengan fitrah bakatnya. Bisa juga dengan melakukan kenal diri.

Kenal diri yang dimaksud adalah mengenal sifat bawaan atau bakat. Bakat ini jika dikenali, dikembangkan dgn aktifitas yg sesuai maka akan menjadi peran atau karir.

"Kenal diri" diawali dengan memperbanyak aktifitas dan wawasan dari 0-10 tahun. Kita bantu mengamati dan mencatat mana aktifitas yg dikerjakan dengan 4E, yaitu enjoy (enak) dan easy (enteng) makin lama makin excellent (edun) dan earn (enthuk). Menjelang 7 tahun mulai terlihat jelas, semakin konsisten di usia 10 tahun. Diharapkan jika sdh kenal diri, maka usia 11 bisa mulai dikembangkan serius.

Jadi, saat anak mengikuti temannya, sebagai orang tua kita tetap bisa observasi apakah anak kita mendapatkan 4E di atas.✅

2⃣ Jika pada masa pre aqil sblm usia 8th, pendidikan dr ortu msh krg maksimal, bgmn cara mengejar keterlambatan tsb secara optimal di masa 8 th ke atas usia anak tsb ya ustadz? Naila - Sangatta

Jawaban :
Selama masih di bawah 10 tahun, menurut saya belum terlalu sulit mengkondisikan, kecuali di atas 10 tahun. Memang lebih kompleks memulihkan (recovery) daripada menumbuhkan sesuai tahapan.
Walau mungkin perlu kerja ekstra tapi tidak perlu panik. Solusinya kasus per kasus, dan semangatnya bukan menambal kekurangan namun memulai dari kekuatannya.
Pentahapan ini sekedar framework yg digali dari berbagai sumber baik syariah maupun sains. Intinya tetaplah ketulusan doa dan cinta kedua orangtuanya.✅

3⃣ Assalamualaikum bunda dan pak harry
Saya vita dr balikpapan
Mungkin tidak sesuai dengan tema kita usia 7-10.Sekarang anak saya sekolah di sdn negeri insya allah juni nanti naik kelas 5. Karena bergabung di grup ini sy banyak belajar dan membaca bahwa peranan seorang ayah juga tidak kalah penting dalam menciptakan generasi yang islami.
5tahun ini kami hidup ldr ketemu dengan suami sebulan atw dua bulan sekali dengan frekuensi 5 hari.
Sekitar 1 bulan yg lalu kami memutuskan untuk kumpul lagi biar anak2 tumbuh di keluarga yg utuh, tetapi kendala yg kami hadapi adalah sekolah anak dan orang tua yg kurang setuju kalau saya ikut dengan suami.
akhirnya kami memutuskan untuk hs kan anak pertama kami dengan ilmu yang bisa dibilang minim.
Pertanyaan saya apakah benar apa yg kami putuskan ini ?
Untuk jawabannya saya ucapkan terima kasih

Jawaban :
Jwbn 3 Insya Allah, tidak bisa serta merta kita katakan mutlak salah atau benar nya sekarang.. Jika sudah mengambil keputusan untuk HS maka kita harus menjalankannya seoptimal mungkin.

Terkait ketrbatasan ilmu dan teknis lainnya, ayah bunda bisa berkolaborasi dengan resource yang lain, dari buku2, sumber2 di internet, nyantrik, dan lainnya.

Jangan terlalu pusing dulu dengan kurikulum yang baku.

Kami menyebutnya bukan kurikulum tetapi framework
Framework adalah kerangka kerja kita orangtua dalam mendidik. Pusatnya tetap anak2 kita.
Nah pendidikan berbasis fitrah, yg ditumbuhkan (salah satunya) adalah fitrah belajar nya, orang barat menyebutnya learn how to learn
Misalnya lebih penting anak menyukai buku dgn banyak dibacakan daripada diajarkan membaca sebelum waktunya.
Jika anak sdh suka sama buku dan kisah2 inspiratif maka dia akan bisa membaca dengan sendirinya bahkan menjadi gemar membaca.
Pendidikan kita tujuannya adalah agar anak2 kita terbangun fitrahnya secara alamiah sampai usia 10 tahun, krn jika kesadaran fitrahnya terbangun maka selebihnya anak2 kita sendiri yg akan menjalaninya dgn bergairah setelah usia 10 thun, baik semangat keimanan/akhlak, passion bakat maupun gairah  belajar.
Kita tidak diam saja, membiarkan anak semaunya. Tetapi kita menunjukkan dan membangkitkan imaji2 positifnya, gairahnya, kesadarannya dstnya. Tazkiyatunnafs agar diberikan Qoulan Sadida, ucapan, tindakan yang penuh makna dan berbobot ketika membangkitkan fitrah anak2 kita.✅

4⃣ Assalammualaikum,Kaka Fatih sdh mau 7th,alhamdulillah utk sholat 5 wkt sllu full..tapi sering dia bilang kalo sholat itu karena takut masuk Neraka,krn saya juga sering cerita kalo org yang tdk mau sholat akan msk neraka..apa yang hrs saya lakukan utk merubah pikiran kaka ttg ketakutannya,bhwa Sholat itu juga wujud ketaatan dan Syukur  kita kepada Allah.
Yulia Kandangan.

Jawaban :
Tidak perlu panik ya, tetap rileks. Fitrah keimanan memang seharusnya dibangkitkan dengan membangun imaji positif ttg Allah, ttg Rasulullah saw, ttg Islam, ttg ibadah dstnya. Caranya bisa lewat keteladanan, sikap ortu, kisah2 inspiratif, nasehat yg membuatnya optimis bukan pesimis dsbnya. Karena sdh usia di atas 7 tahun, sesekali dititipkan(home stay) beberapa hari atau 1-2 pekan kpd keluarga yang kita kenal akhlak dan ibadahnya baik. Seringkali anak memerlukan figur lain selain ayah bundanya dalam hal keimanan, pendalaman bakat maupun etos belajar.

Jika sebelumnya sudah terlanjur ada imaji anak tentang neraka, mari terus bangkitkan inspirasi, imaji positif lewat keteladanan ortu, pembudayaan yg menyenangkan, dan komunitas orang2 yg beramal sholeh (bukan berstatus sholeh), serta menggali hikmah2 yg ada di keseharian atau ayat2 di alam semesta.
Tapi jangan krn pemaksaan dan penggegasan yg belum waktunya. Ingatlah bhw setiap anak memiliki fitrah2 yg baik, tdk perlu dijejalkan apa2, hanya perlu ditemani dan dibangkitkan kesadaean2 fitrahnya itu. Tidak juga perlu stimulus yg belum waktunya, anak2 akan suka sholat, suka alQuran, suka pd hal2 baik jika itu menjadi keseharian di rumah dgn ketulusan apa adanya, bukan kekakuan formal yg menegangkan. Seamless saja... alamiah.. yuk tetap rileks dan konsisten, ithminan dan istiqomah... cinta dan tulus bukan obsesif. ✅

5⃣Titip pertanyaan ya..Assalamu'alaikum pak Harry.
Maaf usianya agak lewat yaitu usia15 tahun.
Suatu saat sy memergoki keponakan pria yg sdg mengambil uang dr dompet suami.
Bgmn tindakan yg sesuai sunnah menghadapi hal tsb?
Diperhatikan ayahnya anak tsb kerja lokasi jadi bisa sebulan di lokasi lalu 2 pekan dirumah. Sedang ibunya sibuk dg gadget. Dan terhadap orangtua anak tsb apakah yg hrs disampaikan?
Jazakallah khair.
Ina-Balikpapan

Jawaban :
secara ideal, usia 15 thn adalah sudah mencapai aqilbaligh, sudah mampu memikul semua beban syariah, sudah punya peran spesifik yg merupakan panggilan hidupnya, sudah punya karya2 solutif di masyarakat walau terbatas.
Jika pada usia itu belum menemukan jatidirinya, tidak perlu khawatir. Walau memerlukan effort yang lebih banyak dibanding yang berjalan sesuai tahap perkembangan. bagaimana jika seperti kasus di atas justru melakukan kkesalahan cukup fatal? Inilah mekanisme Taubat, atau mekanisme kembali kepada fitrah, kembali membersihkan fitrah dari debu2 dan penghalangnya.
Mekanisme yang paling efektif, karena mereka sudah dewasa, tentunya bukan seperti anak2 lagi. Bukan pedagogi lagi, tetapi andragogi.
Layaknya orang dewasa, mereka tidak suka diatur dan didikte, walau belum bisa mengatur dirinya sendiri. Mereka umumnya sudah enggan berada dekat dengan orangtuanya, punya geng dan kehidupan sendiri, walau masih numpang makan dan tidur juga minta uang.
Caranya adalah jangan anggap mereka anak2, jadikan mereka partner layaknya teman. Ikuti kekuatan atau minat mereka, beri kesempatan walau salah (lebih beresiko krn sdh dewasa) dan minta mereka mempertanggungjawabkannya. Fokuslah pada kekuatan/kebaikan2nya yang ada,  jangan fokus pd keburukan2nya. Keburukannya lahir karena dia gamang, krn tdk mengenal diri dan tuhannya dengan baik.
Ajak mereka bertemu orang sholeh dan pakar yang sesuai minatnya, buat proyek bisnis atau proyek produktif bersama. Jangan bebaskan mereka utk semaunya karena selama ini mereka yg tdk kenal dirimya dan tuhannya biasanya berbuat semaunya, tetapi bebaskan mereka untuk menjadi dirinya, mengambil perannya. Seorang menasehati, fokuslah kita pada keistimewaan seseorang maka nanti lambat laun, jika keistimewaannya makin membesar maka kelemahannya akan tdk relevan lagi. Umumnya kita sibuk memarahi anak2 remaja (baligh belum aqil), tetapi sadarlah bhw mereka membuat ulah karena kelebihan energi sementara tdk tahu dirinya dan tuhannya (fitrah bakat, fitrah belajar, fitrah iman tdk tumbuh paripurna)

Pada galibnya tanggungjawab mendidik anak2 kita selesai ketika mereka berusia aqilbaligh. Setelah usia itu kita adalah temannya, bukan sembarang teman, tetapi partner dalam bisnis, partner dalam dakwah dstnya. Masalah terbesarnya adalah kita selalu menganggap mereka anak2, sehingga mereka juga mengikuti pola itu, dan ingatlah jika kita tidak merubah pola itu maka anak kita akan terus begitu sampai berkeluarga dan punya anak istri. Mereka akan selalu datang kepada kita dengan curhatan dan rengekan, mereka terperangkap menjadi anak dalam tubuh orang dewasa. Pak Mario Teguh, belum lama menegur seorang penanya yang selalu curhat pada ibunya padahal sdh berusia 37 tahun, "...so kapan mentasnya?", kata beliau.
Pak Rhenald Kasali, melihat hal ini, bhw banyak pemuda yang terus menjadi bocah krn pendidikan yang membocahkan. Dalam perspektif bisnis dan manajemen ini masalah serius, apalagj perspektif bangsa dan negara. Pak Rhenald menyebutnya "bermental passenger". Selalu menjadi penumpang.
Karenanya di MM Program, pak Rhenald meminta semua mahasiswa membuat passport dan visa, 1 mahasiswa 1 negara. Orangtua diminta hanya memberi ongkos pas2an (walau banyak ortu yg ga tegaan dan diam2 membekali credit card dll). Pak Rhenald meminta agar para ortu lebih "tega" memberi kesempatan anak2nya untuk berfikir dan mencari solusi dengan uang saku yang paspasan, selama menjalankan tugas untuk melihat prospek bisnis negeri yang dikunjunginya. Dalam kondisi kepepet, sesorang akan bangkit fitrahnya "the power of kepepet".
Ini adalah upaya membangkitkan fitrah belajar, fitrah bakat, fitrah keimanan dstnya.
Jadi kita tidak ikut campur dalam hal mereka menjalani pilihannya, namun kita ikut campur merekayasa cara dan metode nya bahkan memfasilitasi prosesnya agar mereka bangkit fitrahnya. Mengajak dan melibatkan mereka dalam bisnis keluarga yg sesuai minat mereka adalah ikut campur yang tidak terasa, ini penting dan menarik

Jika kita kenal dengan orang tuanya, kita coba ajak diskusi dan sampaikan ajakan untuk menggali fitrah positif anak seperti tindakan di atas.✅

����������������������

Resumed by :
Tim Kalimantan HE-BPA

Konsep Pendidikan Fitrah dan Akhlak Pre Aqil Baligh 8-10 tahun

Materi 5
��Konsep pre Aqil Baligh 8-10 thn��

Narsum: Harry Santosa
(Founder MLC sekaligus praktisi HE sejak 1994 ) 

===============================

Malam ini kita akan membahas konsep pendidikan berbasis potensi fitrah dan akhlak, untuk periode pre aqil baligh (usia 8-10 tahun). Tentu tahap 8-10 ini akan lebih mudah kita jalani apabila tahap 0-7, pertumbuhan fitrah keimanan, fitrah bakat, fitrah belajar anak anak kita berkembang secara utuh.

Baik teori psikologi perkembangan anak, maupun perjalanan sirah Nabwiyah, melihat usia 8-10 atau ada juga yg menulis 7-10 merupakan penentu kesiapan tahap latih di usia 11-14 menuju aqil baligh. Secara syariah, fitrah keimanan, ditandai dengan perintah sholat yg dimulai ketika usia 7 tahun, dan batas penyadarannya sampai di usia 10 tahun.

Bila di usia 10 tahun masih belum tumbuh fitrah keimanannya dgn sholat sbg wujud simbolnya maka boleh dipukul. Fase keimanan Rububiyatullah (kholiqon, roziqon, malikan), bergeser meningkat ke Mulkiyatullah (waliyan dan hakiman). Wujudnya adalah perintah sholat. Ketika ego sentrisnya terpuaskan di usia 0-6 tahun, maka di usia 7 tahun mulai melebar kepada sosial dan tanggungjawab moral. Maka di saat yg sama, anak2 harus dibangkitkan fitrah keimanannya pd aspek ketaatan pd hukum (hakiman) dan ketaatan/kecintaan tunggal (waliyan).

Secara fitrah perkembangan, usia 7 tahun, anak2 mulai mengenal nilai2 sosial di sekitarnya. Maka mereka mulai mengenal Allah sebagai pembuat hukum dan Zat yg harus ditaati secara totalitas. Di saat yg sama, pada usia 7 tahun, fitrah belajar dan fitrah bakat juga mulai dibangkitkan dengan beragam aktifitas yg menjadi minat dan passionnya. Pada tahap ini perbanyak aktifitas belajar di masyarakat dan aktifitas yg sesuai kepribadiannya. Agar di usia 10 tahun, ketiga fitrah ini (fitrah keimanan, fitrah belajar, fitrah bakat) sudah matang untuk dilatih secara serius.

Usia 10 adalah batas evaluasi apakah sdh kenal Allah dengan baik (sholat dgn kesadaran) dan kenal diri dengan baik (kutahu yg kumau). Para Pelatih FIFA, juga menjadikan usia 10 tahun sebagai batas dari latihan "bermain main saja walau berbakat" menjadi latihan "teknik dan muscle memory". Di Jerman penjurusan sekolah dimulai ketika kelas 4 SD, atau sekitar usia 10 tahun.

Rasulullah SAW, mulai magang berdagang bersama pamannya ke Syams sekitar usia 10  atau 11 tahun. Abu Bakar ra, mengatakan ada dua hal yang paling utama untuk dikenal, yaitu kenal Allah dan kenal diri. Menurut saya kenal Allah (fitrah keimanan) dan kenal diri (fitrah bakat) sebaiknya sudah selesai di usia 10 tahun.

  ✅✅❓❓ Q & A ❓❓✅✅

1⃣ Mery-Pontianak Kalbar
Assw,ustadz.. Bgmn mngetahui bhw "ssuatu" tsb mrupakn fitrah bakat anak kita? Krn pd usia tsb anak2 kan cenderung msh suka ikut2an lingkungannya. Misal senang brmain bola karena teman2nya jg sprti itu.

Jawaban :
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengetahui fitrah bakat dan minat anak adalah tour de talent, maksudnya kita ajak anak-anak berkeliling melihat aneka aktifitas dan profesi untuk mengenali lebih dalam mana yang paling mereka minati dan sesuai dengan fitrah bakatnya. Bisa juga dengan melakukan kenal diri.

Kenal diri yang dimaksud adalah mengenal sifat bawaan atau bakat. Bakat ini jika dikenali, dikembangkan dgn aktifitas yg sesuai maka akan menjadi peran atau karir.

"Kenal diri" diawali dengan memperbanyak aktifitas dan wawasan dari 0-10 tahun. Kita bantu mengamati dan mencatat mana aktifitas yg dikerjakan dengan 4E, yaitu enjoy (enak) dan easy (enteng) makin lama makin excellent (edun) dan earn (enthuk). Menjelang 7 tahun mulai terlihat jelas, semakin konsisten di usia 10 tahun. Diharapkan jika sdh kenal diri, maka usia 11 bisa mulai dikembangkan serius.

Jadi, saat anak mengikuti temannya, sebagai orang tua kita tetap bisa observasi apakah anak kita mendapatkan 4E di atas.✅

2⃣ Jika pada masa pre aqil sblm usia 8th, pendidikan dr ortu msh krg maksimal, bgmn cara mengejar keterlambatan tsb secara optimal di masa 8 th ke atas usia anak tsb ya ustadz? Naila - Sangatta

Jawaban :
Selama masih di bawah 10 tahun, menurut saya belum terlalu sulit mengkondisikan, kecuali di atas 10 tahun. Memang lebih kompleks memulihkan (recovery) daripada menumbuhkan sesuai tahapan.
Walau mungkin perlu kerja ekstra tapi tidak perlu panik. Solusinya kasus per kasus, dan semangatnya bukan menambal kekurangan namun memulai dari kekuatannya.
Pentahapan ini sekedar framework yg digali dari berbagai sumber baik syariah maupun sains. Intinya tetaplah ketulusan doa dan cinta kedua orangtuanya.✅

3⃣ Assalamualaikum bunda dan pak harry
Saya vita dr balikpapan
Mungkin tidak sesuai dengan tema kita usia 7-10.Sekarang anak saya sekolah di sdn negeri insya allah juni nanti naik kelas 5. Karena bergabung di grup ini sy banyak belajar dan membaca bahwa peranan seorang ayah juga tidak kalah penting dalam menciptakan generasi yang islami.
5tahun ini kami hidup ldr ketemu dengan suami sebulan atw dua bulan sekali dengan frekuensi 5 hari.
Sekitar 1 bulan yg lalu kami memutuskan untuk kumpul lagi biar anak2 tumbuh di keluarga yg utuh, tetapi kendala yg kami hadapi adalah sekolah anak dan orang tua yg kurang setuju kalau saya ikut dengan suami.
akhirnya kami memutuskan untuk hs kan anak pertama kami dengan ilmu yang bisa dibilang minim.
Pertanyaan saya apakah benar apa yg kami putuskan ini ?
Untuk jawabannya saya ucapkan terima kasih

Jawaban :
Jwbn 3 Insya Allah, tidak bisa serta merta kita katakan mutlak salah atau benar nya sekarang.. Jika sudah mengambil keputusan untuk HS maka kita harus menjalankannya seoptimal mungkin.

Terkait ketrbatasan ilmu dan teknis lainnya, ayah bunda bisa berkolaborasi dengan resource yang lain, dari buku2, sumber2 di internet, nyantrik, dan lainnya.

Jangan terlalu pusing dulu dengan kurikulum yang baku.

Kami menyebutnya bukan kurikulum tetapi framework
Framework adalah kerangka kerja kita orangtua dalam mendidik. Pusatnya tetap anak2 kita.
Nah pendidikan berbasis fitrah, yg ditumbuhkan (salah satunya) adalah fitrah belajar nya, orang barat menyebutnya learn how to learn
Misalnya lebih penting anak menyukai buku dgn banyak dibacakan daripada diajarkan membaca sebelum waktunya.
Jika anak sdh suka sama buku dan kisah2 inspiratif maka dia akan bisa membaca dengan sendirinya bahkan menjadi gemar membaca.
Pendidikan kita tujuannya adalah agar anak2 kita terbangun fitrahnya secara alamiah sampai usia 10 tahun, krn jika kesadaran fitrahnya terbangun maka selebihnya anak2 kita sendiri yg akan menjalaninya dgn bergairah setelah usia 10 thun, baik semangat keimanan/akhlak, passion bakat maupun gairah  belajar.
Kita tidak diam saja, membiarkan anak semaunya. Tetapi kita menunjukkan dan membangkitkan imaji2 positifnya, gairahnya, kesadarannya dstnya. Tazkiyatunnafs agar diberikan Qoulan Sadida, ucapan, tindakan yang penuh makna dan berbobot ketika membangkitkan fitrah anak2 kita.✅

4⃣ Assalammualaikum,Kaka Fatih sdh mau 7th,alhamdulillah utk sholat 5 wkt sllu full..tapi sering dia bilang kalo sholat itu karena takut masuk Neraka,krn saya juga sering cerita kalo org yang tdk mau sholat akan msk neraka..apa yang hrs saya lakukan utk merubah pikiran kaka ttg ketakutannya,bhwa Sholat itu juga wujud ketaatan dan Syukur  kita kepada Allah.
Yulia Kandangan.

Jawaban :
Tidak perlu panik ya, tetap rileks. Fitrah keimanan memang seharusnya dibangkitkan dengan membangun imaji positif ttg Allah, ttg Rasulullah saw, ttg Islam, ttg ibadah dstnya. Caranya bisa lewat keteladanan, sikap ortu, kisah2 inspiratif, nasehat yg membuatnya optimis bukan pesimis dsbnya. Karena sdh usia di atas 7 tahun, sesekali dititipkan(home stay) beberapa hari atau 1-2 pekan kpd keluarga yang kita kenal akhlak dan ibadahnya baik. Seringkali anak memerlukan figur lain selain ayah bundanya dalam hal keimanan, pendalaman bakat maupun etos belajar.

Jika sebelumnya sudah terlanjur ada imaji anak tentang neraka, mari terus bangkitkan inspirasi, imaji positif lewat keteladanan ortu, pembudayaan yg menyenangkan, dan komunitas orang2 yg beramal sholeh (bukan berstatus sholeh), serta menggali hikmah2 yg ada di keseharian atau ayat2 di alam semesta.
Tapi jangan krn pemaksaan dan penggegasan yg belum waktunya. Ingatlah bhw setiap anak memiliki fitrah2 yg baik, tdk perlu dijejalkan apa2, hanya perlu ditemani dan dibangkitkan kesadaean2 fitrahnya itu. Tidak juga perlu stimulus yg belum waktunya, anak2 akan suka sholat, suka alQuran, suka pd hal2 baik jika itu menjadi keseharian di rumah dgn ketulusan apa adanya, bukan kekakuan formal yg menegangkan. Seamless saja... alamiah.. yuk tetap rileks dan konsisten, ithminan dan istiqomah... cinta dan tulus bukan obsesif. ✅

5⃣Titip pertanyaan ya..Assalamu'alaikum pak Harry.
Maaf usianya agak lewat yaitu usia15 tahun.
Suatu saat sy memergoki keponakan pria yg sdg mengambil uang dr dompet suami.
Bgmn tindakan yg sesuai sunnah menghadapi hal tsb?
Diperhatikan ayahnya anak tsb kerja lokasi jadi bisa sebulan di lokasi lalu 2 pekan dirumah. Sedang ibunya sibuk dg gadget. Dan terhadap orangtua anak tsb apakah yg hrs disampaikan?
Jazakallah khair.
Ina-Balikpapan

Jawaban :
secara ideal, usia 15 thn adalah sudah mencapai aqilbaligh, sudah mampu memikul semua beban syariah, sudah punya peran spesifik yg merupakan panggilan hidupnya, sudah punya karya2 solutif di masyarakat walau terbatas.
Jika pada usia itu belum menemukan jatidirinya, tidak perlu khawatir. Walau memerlukan effort yang lebih banyak dibanding yang berjalan sesuai tahap perkembangan. bagaimana jika seperti kasus di atas justru melakukan kkesalahan cukup fatal? Inilah mekanisme Taubat, atau mekanisme kembali kepada fitrah, kembali membersihkan fitrah dari debu2 dan penghalangnya.
Mekanisme yang paling efektif, karena mereka sudah dewasa, tentunya bukan seperti anak2 lagi. Bukan pedagogi lagi, tetapi andragogi.
Layaknya orang dewasa, mereka tidak suka diatur dan didikte, walau belum bisa mengatur dirinya sendiri. Mereka umumnya sudah enggan berada dekat dengan orangtuanya, punya geng dan kehidupan sendiri, walau masih numpang makan dan tidur juga minta uang.
Caranya adalah jangan anggap mereka anak2, jadikan mereka partner layaknya teman. Ikuti kekuatan atau minat mereka, beri kesempatan walau salah (lebih beresiko krn sdh dewasa) dan minta mereka mempertanggungjawabkannya. Fokuslah pada kekuatan/kebaikan2nya yang ada,  jangan fokus pd keburukan2nya. Keburukannya lahir karena dia gamang, krn tdk mengenal diri dan tuhannya dengan baik.
Ajak mereka bertemu orang sholeh dan pakar yang sesuai minatnya, buat proyek bisnis atau proyek produktif bersama. Jangan bebaskan mereka utk semaunya karena selama ini mereka yg tdk kenal dirimya dan tuhannya biasanya berbuat semaunya, tetapi bebaskan mereka untuk menjadi dirinya, mengambil perannya. Seorang menasehati, fokuslah kita pada keistimewaan seseorang maka nanti lambat laun, jika keistimewaannya makin membesar maka kelemahannya akan tdk relevan lagi. Umumnya kita sibuk memarahi anak2 remaja (baligh belum aqil), tetapi sadarlah bhw mereka membuat ulah karena kelebihan energi sementara tdk tahu dirinya dan tuhannya (fitrah bakat, fitrah belajar, fitrah iman tdk tumbuh paripurna)

Pada galibnya tanggungjawab mendidik anak2 kita selesai ketika mereka berusia aqilbaligh. Setelah usia itu kita adalah temannya, bukan sembarang teman, tetapi partner dalam bisnis, partner dalam dakwah dstnya. Masalah terbesarnya adalah kita selalu menganggap mereka anak2, sehingga mereka juga mengikuti pola itu, dan ingatlah jika kita tidak merubah pola itu maka anak kita akan terus begitu sampai berkeluarga dan punya anak istri. Mereka akan selalu datang kepada kita dengan curhatan dan rengekan, mereka terperangkap menjadi anak dalam tubuh orang dewasa. Pak Mario Teguh, belum lama menegur seorang penanya yang selalu curhat pada ibunya padahal sdh berusia 37 tahun, "...so kapan mentasnya?", kata beliau.
Pak Rhenald Kasali, melihat hal ini, bhw banyak pemuda yang terus menjadi bocah krn pendidikan yang membocahkan. Dalam perspektif bisnis dan manajemen ini masalah serius, apalagj perspektif bangsa dan negara. Pak Rhenald menyebutnya "bermental passenger". Selalu menjadi penumpang.
Karenanya di MM Program, pak Rhenald meminta semua mahasiswa membuat passport dan visa, 1 mahasiswa 1 negara. Orangtua diminta hanya memberi ongkos pas2an (walau banyak ortu yg ga tegaan dan diam2 membekali credit card dll). Pak Rhenald meminta agar para ortu lebih "tega" memberi kesempatan anak2nya untuk berfikir dan mencari solusi dengan uang saku yang paspasan, selama menjalankan tugas untuk melihat prospek bisnis negeri yang dikunjunginya. Dalam kondisi kepepet, sesorang akan bangkit fitrahnya "the power of kepepet".
Ini adalah upaya membangkitkan fitrah belajar, fitrah bakat, fitrah keimanan dstnya.
Jadi kita tidak ikut campur dalam hal mereka menjalani pilihannya, namun kita ikut campur merekayasa cara dan metode nya bahkan memfasilitasi prosesnya agar mereka bangkit fitrahnya. Mengajak dan melibatkan mereka dalam bisnis keluarga yg sesuai minat mereka adalah ikut campur yang tidak terasa, ini penting dan menarik

Jika kita kenal dengan orang tuanya, kita coba ajak diskusi dan sampaikan ajakan untuk menggali fitrah positif anak seperti tindakan di atas.✅

����������������������

Resumed by :
Tim Kalimantan HE-BPA

Matematika Menumbuhkan Iman dan Melekatkan Taqwa pada Allah

����Review Materi Kulwap dari SME Tamu HE BPA Kalimantan, 12 Mei 2015 pukul 20.00 wita����

〰〰〰〰〰〰〰〰〰
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

��Tema : Matematika Menumbuhkan Iman dan Melekatkan Anak pada Allah

��Narasumber : Henny Puspitarini

��������P R O L O G ��������

Pembelajaran/kegiatan yang dilakukan anak sebaiknya bersifat integral dan komprehensif. termasuk ketika anak belajar matematika. semestinya anak juga tershibghah dengan siapa itu Allah dan bagaimana akhlak yang baik di hadapan Allah. berbagai karakter positif yang mengasah fitrah keimanan anak bisa dicelupkan/diberikan melalui ilmu apa saja, termasuk matematika.
Saya pernah bermain dengan sulung saya, ketika itu usianya belum 5 tahun. kita berdua sedang bermain orang-orangan dari kertas dengan jenis kelamin berbeda, ekspresi wajah yang berbeda, dan tinggi yang berbeda. Anak saya berhasil mengelompokkan mana yang perempuan marah, laki-laki tertawa, dsb. bahkan dia pun bisa menyusun orang-orangan menurut tingginya.diskusi berlanjut.
"Nak, orang ini sama orang ini tinggi siapa?"
"Tinggi ini."
"Adakah yang lebih tinggi dari orang ini? (saya menunjuk orang-orangan yang paling tinggi)?"
"Tinggi aku."
"Kalau sama bunda, tinggian mana, kamu atau bunda?"
"Bunda. tapi lebih tinggi pohon daripada bunda."
"Yang lebih tinggi dari pohon apa?"
"Langit."
"Adakah yang lebih tinggi dari langit?"
Anak saya menjawab,"Yang bikin langit, Allah!"

Tinggi rendah adalah tentang matematika, namun dengan dialog yang intens sangat bisa menghadirkan Allah di dalam jiwa anak.
Sense/kepekaan terhadap iman kepada Allah seharusnya hadir dalam setiap kegiatan anak. Misalkan ketika anak bermain tuang-menuang air. Anak mana sih yang tak suka main air? kegiatan tuang menuang selain melatih koordinasi mata dan tangan, menstimulus motorik halus, juga ada unsur matematikanya. Bagaimana banyak air dalam wadah? Berapa gelas anak menuang air ke wadah? Biar sama banyaknya air dalam wadah ini dengan wadah yang itu, kira-kira berapa gelas air ditambahkan?
Biarkan anak menjawab. Orang tua cukup menggali lebih dalam. Bagaimana agar air tidak banyak yang tumpah? Bagian tubuh apa yang paling berperan dalam proses tuang-menuang air agar tidak banyak tumpah? Siapa yang menciptakan anggota tubuh itu? Bagaimana jika air banyak yang tumpah? Sia-sia? Bagaimana kalau hidup tak ada air? Siapa yang menciptakan air? Orang tua juga bisa menambahkan bahwa Allah suka apa yang diberikannya digunakan dengan sebaik-sebaiknya.

Matematika tak melulu hitungan dan rumus. bahkan anak usia 7-12 tahun bisa lebih tumbuh keimanannya dengan belajar matematika. suatu ketika saya pernah melihat seorang guru mengajar matematika kelas 5 SD. tentang posisi titik pada sistem koordinat. sang guru mempraktikkannya dengan peraga yang menarik, melibatkan anak-anak secara langsung.
"Dimana posisi kalian di sistem koordinat itu? Bagaimana posisi kalian dibandingkan dengan titik (0,0)? Jauh atau dekat?"
Anak-anak seluruhnya benar menjawab. Lantas sang guru bertanya lagi,"Bagaimana posisi kalian di hadapan Allah saat ini? Kalian makin dekat Allah atau semakin jauh?"
Anak-anak menunduk. Apa yang bisa membuat anak-anak lebih dekat dengan Allah?

Ehm, indah, bukan? Saya saja merinding ketika itu.
Mendidik anak tak cukup anak bisa ini, bisa itu, pintar matematika ini, pintar matematika itu.Namun, mengasah sisi akhlak dan keimanannya adalah tak bisa dilupakan pula betapa pentingnya. yuk, sinergikan keduanya.

����������������������

        ������Q & A ������

1⃣ Bunda Ina-Bpn

Diusia berapa anak bisa sdh diajarkan matematika?
Faza 7 th suka matematika apakah perlu setiap hari belajar/menjawab soal dg ritme tetap misal jam 5 sore belajar math selama 1/2 jam?
Terima kasih

�� Jawaban :
Sy lbh suka anak bljar mat lgs pada praktek kehidupan. Tak melulu ngerjain soal. Utk anak kinestetik tak suka bukan diaminta ngerjain soal dgn duduk tenang.
Tapi jk anak bunda ina suka dan sepakat dengan ritme spt itu silakan saja.

Anak sejak bayi pun bisa belajar matematika. Ingat, matematika cakupannya sangat luas..

2⃣ Melati - Tapin
Di usia berapa yg tepat mulai mengajarkan matematika? Apakah bisa ber efek negatif seperti terlalu dini mengajarkan calistung?

��Jawaban :
Gak ada efek negatifnya, asal anak memang sudah siap. Kalau hnggak mau atau blm siap ya tidak usah dipaksa. Mmh pasnya usia 7 tahun. Namun,kalau saya pribadi jk anak siap dan selama kurang dr 7 tahun ttp menstimulus sensorik motorik anak dlm mnyajikan matematika,its ok..

Sy pribadi tak pernah mengajari anak sy, skr 5 thn bljr lgs berhitung dgn bnr2 mghitung. Langsung praktek dlm kehidupan, dia malah terlihat logikanya.✅

3⃣ Mahrita
Kita tau, semakin tinggi grade anak2, semakin abstrak lg matematikanya. Setingkap smp, sma/k, akan ada aljabar, kalkulus, diferensial & integral. Bgmn agar kebstrakan ini menjadi sesuatu yg menyenangkan bg anak dan semakin mendekatkannya pd Allah.

��Jawaban :
Makany,sejak usia dini dan jenjang SD ini sebisa mgkn hmatematika sifatny konkrit. Memakai peraga, modeling, yg bs ditangkap indra anak. Biarkan anak memegang, mencium,meraba, dsb. Apakah 5? Tak ckp anak tahu lambang 5. Tp yg terpenting apa makna dibalik 5..bahkan anak usia ini mngenal lambang dan simbol matematika adalah tahap yg terakhir stlh paham makna dr konsepnya✅

4⃣ Naila- Sangatta
1. Adakah standar yg biasa dirujuk utk ortu terkait pemahaman logika matematika anak Bunda Henny? Misalnya seperti tumbuh kembang kan ada indikator tertentu, kalau untuk pembelajaran matematika bgmn ya?
2. Untuk anak yang HS sebaiknya mengikuti ritme belajar sang anak melalui belajar online seperti ixl.com atau tetap hrs merujuk kurikulum nasional ya? Saat ini anak saya selain kadang pas mood belajar via ixl, saya sediakan juga buku matematika gasing utk pembelajaran offline nya, kira2 baiknya bagaimana ya

��Jawaban :
Kalau bicara standar bisa beda-beda. Bahkan tumbuh kembang anak pun bs fleksibel. Kalau baca literatur suka beda-beda. Matematika jg demikian. Ada yg blg kurikulum indonesia itu berat, padhl sy pernah lihat buku2 singapura, jauh lebih berat.
Tapi mmg kalau dtelusuri,ada konsep dasar yg mmg meatinya dikuasai anak. Melalui konsep dasar inilah sy memasukkan nilai keimanan.
Cth konsep dasar adalah anak bisa berhitung lancar sampai hsl 20. Tentu bgmn mlancarkan dan memahamkannya ttp dgn mmerhatikan modalitas bljar anak dan cr yg mnyenangkan.

Pakai gasing, gpp, tp setahu sy gasing jg menuntut anak hrs pham konsep dulu
Bljar matematika pakai buku selama anak nyaman dan ,ngerti konsep, ok. Tp mmg ortu perlu ngecek.kemarin sy ngajar, anak bs mjwb 4x5 brp, tapi contoh penggunaannya gmn mereka g bisa tnyata✅

5⃣ Ummu Mumtaz
Kalau urutan mengajarkan matematika terkait fitrah iman utk anak usia 1 tahun bgmn ya bunda? Boleh saran kegiatan belajar math berkaitan iman utk usia 1-2 thn?

��Jawaban :
Usia anak 1-2 thn, sy cenderung mengajarkan matematika lebih ukepada sense. Dgn anak merasakan entah mencium, merab, dsb td. Misal anak menyentuh kain, kita blg"kainnya lembut ya" nah, Allah juga Maha Lembut. Misalkan lagi mengenalkan panas dingin, kita tambahin aja' air dingin ya, yang mciptakn Allah, matahari panas ya, yg mciptakan Allah'

Anak usia 1-2 thn cenderung lbh banyak mdengar dr kita.kan rata-rata mereka blm bnyak kosakatanya.jd ortu yang menghadirkan banyak cerita

  ����K E S I M P U L A N ����

1. Sebenarny sejak bayi anak hhbelajar matematika, bentuknya memang bukan angka-angka.sebut ketika anak menangis minta ASI, ktk ibunya datang menyusui menyusui bayi seketika diam dan tenang. Logika sederhananya sudah bisa menangkap bahwa ASI ada maka nangis hilang.
2. Cakupan matematika sgt luas. Yang terpenting u anak balita soal sense logika sederhana dan klasifikasi. Menurut saya
3. Hadirkan matematika dgn menarik u anak, apalagi untuk konsep dasar. Gunakan peraga dan modelling atau kejadian sehari2 untuk menanamkanny agar tdk abstrak
4. Beri sentuhn keimanan dan nilai tauhid
Bisa lihat bbrp cthny di blog saya, d www.hennyrini.blogspot.com

⏳����✏��⏳����✏��

��resumed by :
Tim HE BPA Kalimantan

Selasa, 28 April 2015

Tentang Konten Blog

Assalamualaikum, untuk saat ini dan seterusnya konten dari blog ini saya fokuskan ke masalah parenting dan pendidikan anak untuk arsip pribadi saya maupun ayah bunda yang memerlukan, sumber materi di tiap artikel saya peroleh dari hasil diskusi/kulwapp di Home Education-Kalimantan/Nasional, Homeschooling Muslim, dan beberapa sumber yang Insya Allah saya cantumkan di tiap artikel, silahkan di share ke yang memerlukan, moga jadi manfaat dan bisa memicu kita menjadi orangtua yang lebih baik untuk anak..
salam

Anak Bukan Kertas Kosong - Kulwapp dengan Penulis Pak Bukik Setiawan


Senin 20 April 2015
��Tema Diskusi / Judul Buku  : Anak Bukan Kertas Kosong
��Narasumber / Penulis : Bukik Setiawan

Banyak orang tua senang ketika anaknya punya kegemaran, seperti bermusik, mengamati bintang atau bermain matematika, tapi mereka tidak setuju ketika anak memilih sekolah atau berkarir sesuai kegemarannya itu.

Respon orang tua itu wajar karena memang belum ada panduan yang menghubungkan antara kegemaran di masa kecil dengan karir gemilang di masa dewasa. Tanpa panduan, orang tua cenderung memilih jalan aman: mendorong anaknya mengikuti karir orang tua atau yang sedang jadi tren. Akibatnya, kita melihat banyak orang berkarir tidak sesuai bidang pendidikannya atau tidak sesuai kemampuan terbaiknya

Bagaimana sebenarnya rute dari kegemaran di masa kecil menuju karir gemilang di masa dewasa? Dalam buku Anak Bukan Kertas Kosong, saya menjelaskan tentang siklus perkembangan bakat anak yang terdiri dari empat fase: Eksplorasi, Belajar Mendalam, Arah Karir dan Berkarir.

Pertama, fase eksplorasi, yang dialami anak usia 0 hingga 7 tahun. Tujuan dari fase ini adalah anak mengenali minat dan kecerdasan majemuknya. Ada 3 tugas perkembangan bakat pada fase ini yaitu: 1. Anak mengeksplorasi minat pada seluruh ragam kecerdasan majemuk;
2. Anak mengalami pengalaman eksplorasi yang memadai;
3. Anak mengenali profil kecerdasan majemuk dan minatnya.

Kedua, fase belajar mendalam, sekitar usia 7 tahun hingga 14 tahun. Fase ini terdiri dari 4 tugas perkembangan bakat yaitu
1. Anak menemukan fokus belajarnya.
2. Anak gemar belajar.
3. Anak tekun belajar. dan
4. Anak belajar mendalam.
Bila fase ini dilalui dengan baik maka anak mempunyai kapasitas yang dituntut dalam bidang bakatnya, sekaligus mempunyai kemampuan belajar untuk mengatasi berbagai tantangan baru. Fase belajar mendalam itu biasanya beririsan dengan fase berikutnya yaitu fase arah karir

Fase arah karir, yang dialami anak kurang lebih sejak usia 14 tahun atau bisa juga pada usia yang lebih dini.
Ada tiga tugas perkembangan bakat pada fase ini yaitu
1. Anak menampilkan hasil karyanya.
2. Anak mempelajari ekosistem bakatnya;
3. Menentukan arah karir.
Bila tugas diselesaikan maka anak mampu merumuskan arah karir sesuai bakat dan peluang pada ekosistem bakatnya.

Terakhir, fase berkarir, yang mulai dialami anak sejak sekitar usia 18 tahun. Fase ini terdiri dari dua tugas perkembangan bakat yaitu 1. Anak mendapatkan pengakuan atas bakatnya.
2. Anak belajar berkelanjutan.
Anak akan mampu berkarir sesuai bakatnya, serta belajar berkelanjutan untuk mengembangkan karirnya. Bila anak merasa tidak cocok dengan suatu bakat, maka anak mampu mengulangi siklus perkembangan bakat dengan waktu yang lebih singkat.

Anak Bukan Kertas Kosong. Anak adalah benih kehidupan yang utuh yang telah dibekali dengan kemauan dan kecerdasan majemuk. Tugas pendidik adalah merawat kemauan anak dalam menumbuhkembangkan kecerdasan majemuknya. Dukung dan dampingi anak menjalani setiap fase Siklus perkembangan bakat agar anak mencapai karir gemilang di masa depan. Ingin mempelajari Siklus Perkembangan Bakat? Dapatkan buku Anak Bukan Kertas Kosong di toko buku kesayangan anda. :)

Bukik Setiawan
Fasilitator, Penulis Buku Anak Bukan Kertas Kosong
Development Manager di LLE - Sekolah Cikal
Content Consultant di IniBudi.org dan 24HourParenting.com

1⃣  Ummu Fatih -Banjarmasin
Apakh it brarti bakat adalh ssuatu yg sudh ad pd diri anak sejak lahirx bukan lah sbuah bentukkn dri upaya yg dlakukn dlm jangka waktu yg tidk sdikit? Brarti apakh anak yg misalkn tidk mmliki bakat mnjdi pnulis mka sampe kpn pun tidk akn bs jdi penulis nantinya, walau pun dia mlakukn usaha yg maksimal u/ mwujudkn hal trsebut?

Jawaban:
1. Profil kecerdasan majemuk yang sudah ada sejak lahir. Bakat tidak. Bakat adalah profesi/karya yang dihargai oleh masyarakat. Bakat adalah manifestasi dari kecerdasan majemuk anak.
Setiap anak punya 8 kecerdasan majemuk yg membentuk profil tertentu. Artinya setiap anak bisa jadi penulis. Tp kapasitas dan komposisi kecerdasannya akan berpengaruh pada bagaimana dan gaya tulisannya. ����

2⃣ Paras_Sangatta
Mulai usia berapa anak dapat terlihat bakat&minatnya?! Apakah usia 14thn/bisa kurang dari itu?
&Seberapa pentingkah pendidikan formal pada usia 0-7thn?
Pada usia sebelum 7tahun seperti apa sebaiknya orang tua mendidik anaknya?
Apakah seperti air mengalir aja/harus dijejali segala macam hal?

Jawaban :
2. Profil kecerdasan majemuk (disingkat KM) bisa dikenali pada usia 0-7 tahun. Setelah itu, anak mulai mencari fokus bakat yg akan dikembangkan berdasarkan KM-nya. Usia 14 tahun seharusnya anak malah sudah mempunyak kemampuan yg memadai dalam suatu bakat. Kalau bakat melukis, anak usia 14 tahun harusnya sudah punya portofolio lukisan.
Sebelum usia 7 tahun, dalam konteks pengembangan bakat, orang tua harus memberi kesempatan pada anak melakukan beragam aktivitas sehingga mengenali KM anak.

3⃣ Bunda Naila ~ Sanggatta
Anak saya sejak usia 5th suka coba kegiatan yg banyak temannya (skrg berusia 6th5bulan), sperti karate, renang, english club dll tapi kadang ada yg baru diikuti 3-4 kali ada bbrp yg dia ga suka, kmdn berhenti. Apakah kami sbg org tua lgsg menghentikan saja atau sebaiknya dibujuk dulu hingga minimal bbrp bulan utk tahu potensi yg sesungguhnya? Sebaiknya bagaimana ya pak?

Jawaban :
3. Hindari melibatkan anak dalam aktivitas yg langsung "serius". Beri kesempatan pada anak mencoba. Analoginya gini. Bagaimana kita tahu makanan enak kalau kita gak pernah mencoba. Begitu pula anak dengan KM-nya.

4⃣ Bunda Ina ~ Balikpapan
Saya tertarik digital mengembangkan bakat anak..bisa tolong dijelaskan lebih detail? Untuk usia berapa ya?

Jawaban :
Kalau yg dimaksud adalah aplikasi Takita, sementara ini kami hentikan dulu pengembangannya. Kami memilih utk membangun kesadaran orang tua dulu. ����

5⃣ Mayang ~ Banjarbaru
Selamat malam pak bukik,,
pak, pada tahap ekplorasi bukan kah orang tua tetap harus mengarahkan bkat anak?
Bgaimana kalau seandai ny dalam tahap eksplorasi orang tua hanya memberikan kegiatan anak bdasarkan apa yg d sukai orang tua, apakah itu salah?
terimakasih

Jawaban :
5. Beri kesempatan anak melakukan aktivitas yg mewakili seluruh 8 kecerdasan majemuk. Tugas orang tua bukan mengarahkan, tapi menumbuhkan minat anak. ����

6⃣ Bunda Wenny~ Balikpapan
Bagaimana caranya mengenali 8 kecerdasan majemuk pd diri qta sendiri juga pada anak ya pak? Sampai usia berapa proses perkembangan kecerdasan tsb bisa diketahui? Terimakasih

Jawaban :
6. Stimulasi - Amati - Konfirmasi. Stimulasi anak melakukan beragam aktivitas. Amati aktivitas apa yang melahirkan perilaku seru pada anak dan nilai kecerdasan yg terkandung pada perilaku itu. Konfirmasikan pada anak ttg kecerdasan yg dimilikinya. Idealnya, orang tua mengkonfirmasi KM ke anak pada usia 6-7 tahun. Setelah KM di ketahui, semisal kecerdasan imaji/visual, langkah berikutnya mengenali fokus belajar anak, seperti fotografi, desain, melukis, dll ����

7⃣ Melati - Tapin
Bagaimana dg kasus anak2 yg orangtuanya tidak menyadari kecerdasan majemuk si anak. Langkah apa yg harus di ambil.

Jawaban :
7. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Dalam kasus saya semisal, setelah muter sana-sini akhirnya sadar diri, kecerdasan saya adalah aksara, diri dan logika. Meski telat, saya enjoy ketika memilih karir sesuai KM saya. ����

8⃣ Mei Fita ~ Sanggatta
Sebetulnya kecerdasan majemuk itu yg bagaimana sih Pak? Contoh kongkretnya tolong.. :D
Lalu bagaimana cara yang efektif yg bs dilakukan orang tua untuk mengenali bakat anak tsb? Soalnya sampai detik ini anak saya (3thn 1bln) yg kelihatan baru hobi coret-coret tembok :D Perlukah ortu menyekolahkan ke sanggar lukis, atau mungkin les karate, renang dll, dg dalih, siapa tahu dia berbakat di olah raga? Trims.

Jawaban :
8. KM adl kemampuan mengolah informasi. KM musik berarti anak cerdas mengelola informasi berupa nada dan irama. Contoh: anak saya bisa melakukan ketukan secara beritama sejak kecil, yg saya sendiri sampai setua ini tidak mampu melakukannya ��
Apakah perlu mengirim anak les? Di bawah usia 7 tahun, boleh tp niatnya adalah eksplorasi. Mencoba. Jangan marah bila anak tidak mau menyelesaikannya sampai selesai. ����

Bunda ina :
Saya sangat mengapresiasikan para bapak yg terlibat tumbuh kembang anak yg tdk sekedar fisik.
Mgkn krn pak Bukik berlatar belakang psikologi shg peka dgn hal hal kejiwaan.Yg jadi pertanyaan bgmn jika pasangan tidak peka dg masalah masa perkembangan anak..mgkn dr pembawaan atau latar belakang pendidikan klg batihnya.

Jawaban :
9. Iya itu problemnya. Banyak orang menikah tp tidak siap jadi suami/isteri. Siap jadi suami/isteri, eh tidak siap jadi orang tua.
Pendidikan itu pondasinya di orang tua. Sekolah/kampus hanyalah bangunan, yang akan runtuh bila pondasinya jebol. Jadi, mari menyiapkan diri jadi orang tua, mari membantu teman2 kita utk siap jadi orang tua.
Saya menuliskan sejumlah latihan buat orang tua di buku ABKK. 1. Jadi orang tua yg menumbuhkan. 2. Panduan mengenali KM anak. ��

�� Ria - Pontianak
Bunda masih bisa bertanya? 
Bagaimana contoh aktivitas yang bisa dilakukab dalam tahap eksplorasi pada anak 0-7th.. Apakah seperti bermain sambil belajat juga termasuk pak?

Jawaban :
10. Bermain, semua bentuk permainan. Kalau kami mampu beli, kami belikan. Kalau tidak, kami bawa anak ke arena permainan.
Istilah bermain sambil belajar itu tendensinya orang tua. Anak bermain itu pasti belajar secara alami. Contoh: anak saya sekarang 9 tahun sudah bisa bermain piano. Prosesnya sejak kecil. Kami belikan banyak mainan, ketika terarah ke musik, kami belikan alat musik mainan. Semakin besar semakin serius sehingga kami menawarkan les, kami bikin kesepakatan. ����

1⃣1⃣ Naila ~ Sanggatta
Agar peran org tua bs menjadi coach yg baik bagi anak, apakah ada pelatihan khususnya? Atau perlukan kita ajak anak ke konselor pendidikan jika org tua sndiri msh bingung memetakan potensi anak?

Jawaban :
11. Ada pelatihannya tp saya belum sempat melakukannya. Tp materi pelatihan ada pada buku ABKK kok. Boleh ke konselor atau mengikuti tes, tp konfirmasikan dengan hasil pengamatan orang tua. Bila sesuai, maka hasil tes itu valid. ����

CLOSING
Kita mesti banyak belajar. Dampingi sang anak dimana kekuatan dan kemauan lalu motivasi agar bisa berkarya dan menjadi manfaat. untuk lebih lanjut bisa diskusi di grup FB Pengembangan Bakat ANak. Jadi komunitas belajar mandiri.


by Tim Home Education - Kalimantan