Kamis, 22 Juli 2010

Hati-Hati_Bawa_Hati

Aduh......,
Susahnya punya hati
Letaknya tersembunyi,
Tapi gerakan tampak sekali

Aduh .....,
Susahnya menjaga hati
makin menahan diri,
makin banyak yang menawan hati


Niat hati lurus dan suci
namun banyak godaan menanti
dilayani kan lupa diri
tak dilayani? teman sendiri


Makanya.......,
Lebih baik punya istri
Kalau tersenyum ada yang menanggapi

Kalau berekspresi ada yang memahami
Sikapnya lembut tak bikin keki
Kadang malah memuji


"Tuhan tak pernah ingkar janji,
Kalau terus menjaga diri,
Akan mendapat pendamping yang lurus hati"


Tapi kalau masih sendiri
Hati hati bawa hati
Kalau sibuk mencari perhatian,
Kapan kamu mengenal gadis yang bisa menjaga pandangan?

Bagusnya sibuk menyiapkan perbekalan (memperbaiki iman)
Tanpa susah-susah membayangkan
Saat saat tak terbayangkan


Ada pun kalau sudah beristri,
Jangan lupa mengingatkan
Kalau ada yang dilalaikan
Tentang perkara yang disyari'atkan

Tapi kalau ia memelihara kewajiban
Ingat-ingatlah untuk memberi perhatian
Jangan menunggu dapat peringatan


sumber http://www.hudzaifah.org

Rabu, 21 Juli 2010

Ending yang Kejam


Tadi malam sebuah novel yang cukup singkat kubaca (hanya hampir selama 2 jam) adalah novel ketiga yang endingnya berhasil membuat pikiranku mengembara entah kemana..
terlalu ganjil.. terlalu kejam..dan seakan membuat pembaca seperti nggak rela kalo endingnya kayak gitu..parahnya..novel itu berdasarkan kisah nyata.. just one word..crazy!!
apaan sih isinya? Surat Cinta Saiful Malook bercerita tentang dua sejoli dengan negara dan budaya berbeda, yang ketemu lewat chatting dan jatuh cinta satu sama lain (sampe sekarang akalku masih nggak nyambung..kok bisa sih cuman ketemuan lewat chatting bisa menjalin cinta yang sangat dalam)
dan setelah sekian lama, tiba2 sang lelaki tidak kunjung ada kabar, setelah sekian tahun mencari, sang cewek berkesempatan pergi ke negara sang cowok, dan ternyata menemukan sang cowok telah mengidap penyakit jiwa, dan tragisnya si cowok ditemukan di jalanan dalam keadaan menyedihkan..
fhuh..sebagai pembaca yang suka akan romantisme..sepertinya nggak rela banget deh ending kayak gitu.. sedihnya..di cover tertera..'berdasarkan kisah nyata'
how..how..
2 novel sebelumnya yang pernah membuatku mendengus kesal adalah Boys In The Pajamas (dengan ending kematian seorang anak yang tanpa sengaja dilakukan oleh perbuatan ayahnya, seorang Nazi yang hanya bermaksud menghabiskan kamu Yahudi)dan Salah satu novel Agatha Cristhie, (endingnya ternyata sang pembunuh sang kakek adalah cucu perempuan yang sangat disayangnya yang baru berumur 8 tahun, masuk akal nggak sih..)  berhasil membuatku berseru "oh..no!!"
emang nggak enak kalo terlalu hanyut dalam novel yang ternyata endingnya bikin senewen.. '_*
(Ummi)

Selasa, 20 Juli 2010

Istri Sholehah



Istri cerdik yang sholeha penyejuk mata

penawar hati pembuka pikiran

dirumah ia istri di jalanan kawan

diwaktu kita buntu dia penunjuk jalan



nasehat kita dijadikan pakaian

silaf kita dia betulkan

penghibur diwaktu kesunyian

terasa ramai bila bersamanya



dia umpama tongkat si buta

bila tiada satu kehilangan

dia ibarat limpahan ilmu

semoga dapat untuk diwariskan



pandangan kita di perteguhkan

menjadikan kita tetap pendirian

ilmu yang diberi dapat disimpan

kita lupa dia mengingatkan…



by.nasyid the zikr

Obrolan Rakyat Kecil



pagi yang dingin..hujan rintik2 masih menyelimuti kota balikpapan dari luar jendela angkot.. didepan seorang supir angkot sedang ngobrol dengan seorang bapak2 penumpang entah siapa, dari gaya bcaranya kutaksir orang yang sangat berpendidikan, namun membumi, terlihat rapi, kontradiktif dengan si supir angkot yang berpenampilan seadaanya, dimulai dari kalimat pembuka supir tersebut
"sekarang cari kerjaan susah e pak.."
lalu meluncurlah kalimat demi kalimat, analisis demi analisis dua orang warga negara yang ternyata sangat peduli dengan Indonesia,
"iya pak, di zaman Soeharto itu, apa-apa murah, beras murah, rakyat makmur, memang kroni2 Soeharto itu kenyang, mereka menguasai segalanya, tetapi petani diperhatikan, rakyat nggak kekurangan beras, lha sekarang, susu aja harganya nggak keruan, gimana nggak sampai ada kurang gizi.."
si bapak penumpang terus melanjutkan opini beliau, didengarkan oleh supir angkot yangs esekali memperhatikan jalan untuk mencari calon penumpang, si supir cuma bisa ikut tersenyum, terlalu sulit mengkuti bapak penumpang.. karena lama2 beliau sudah menjalar ke pembicaraan tentang aset negara, tentang krisis pada Bank, kredit macet yang kuketahui selanjutnya ternyata bapak itu sudah bekerja pada beberapa Bank,sehingga familiar dengan kasus2 tersebut..
tapi yang bisa kami tangkap (termasuk aku yg masih tulalit kalo bicara tentang kasus pemerintah) semakin ke depan sini, masalah negara itu makin banyak, karena kebebasan yang diusung sepertinya sudah kebablasan, justru menggoda hati hati manusia yang kurang iman, untuk memanfaatkan keadaan, sehingga kasus korupsi, narkoba, seks bebas, sudah sampai bosan disidangkan di ruang sidang, terlalu banyak

kemudian bapak penumpang itu membicarakan tentang sistem pendidikan, termasuk cara pengajaran yang diterapkan sekarang, dengan bantuan tangan teknologi, seperti segalanya semakin mudah, semakin ringkas, namun semakin membuat siswa terlalu di'mudah'kan,
beliau juga pernah mengajar, jadi merasakan bagaimana cara mengajar yang biasa diterapkan beliau di zaman dulu, dan sekarang, demi hanya untuk mengkuti teknologi, siswa hanya disuruh menyimpan teori yang sudah diringkas sebelumnya di laptop sang guru, di sebuiah benda kecil bernama flash disk, siswa sekarang lebih akrab dengan flashdisk dibanding dengan asal teori itu sendiri yaitu buku
itu sebabnya siswa banyak yang kurang menganalisis terhadap materi yang diajukan, hanya 'seperti yang dijelaskan sang guru'
jangan heran jika ada soal matematika yang teorinya dibalik, justru siswa jadi kelabakan..(itu opini si penumpang loh..yg pernah ngajar)
tak lama kemudian si penumpang turun dari angkot,
"saya turun disini aja pak..biar olahraga..' sambil tersenyum kepada si supir, dan kemudian mereka menjadi 2 orang asing kembali,
barengan dengan ku yang juga turun disitu, tepat didepan kantorku, aku cuma tersenyum sendiri, bapak2 itu tak tahu kalau sedari tadi aku menguping pembicaraan mereka.
(ummi)

Rabu, 07 Juli 2010

ada orang bertanya

dalam sebuah kesempatan, ada seseorang yang merasa tidak puas dengan apa yang Tuhan lakukan terhadap dirinya, karena merasa dirinya sudah cukup pintar, menjadikan ujub timbul dalam dirinya, kemudian ia pun bertanya pada seorang saudaranya yang kebetulan ikut tarbiyah dan mampu menyikapi sesuatu sebijak dan semenyeluruh mungkin....

ya saudaraku, engkau sedikit banyak mengetahui Islam ini, nah aku ingin bertanya kepadamu, aku harap engkau dapat menjaawabnya, karena beberapa saudara yang kutemui belum mampu memuaskan hatiku atas jawaban mereka...

ya saudaraku, bagaimana kita tahu bahwa Alloh itu ada? bagaimanakah wujudnya?
ya saudaraku, kenapa Allah menciptakan Neraka? bukankah syaitan itu terbuat dari api? dan neraka juga terbuat dari api? apa hal tersebut tidak menguntungkan syaitan?
ya saudaraku, apakah takdir itu benar adanya?

dengan tiga pertanyaan yang telah dilontarkan oleh seseorang tadi, saudaranya melakukan hal yang tidak disangka-sangka padanya
dia menampar pipinya dengan cukup keras sampai terdengar "plak!!"

seseorang yang merasa pintar mengelus pipinya yang memerah dan merintih kesakitan, kemudian bertanya, "kenapa engkau melakukan ini ya saudaraku?"

saudaranyapun menjawab, "ini adalah jawaban atas tiga pertanyaan yang engkau lontarkan kepadaku".

"bagaimana mungkin?"

"pertama, apakah ketika aku menamparmu, engkau merasakan sakit?"
"ya"
"bagaimana wujud rasa sakit itu?" "terlihatkah olehmu?"
"begitu pula dengan wujud Alloh itu, tidak kita lihat secara kasat mata namun kita rasakan keberadaanya"

"kedua, apa yang kugunakan untuk menamparmu?"
"tangan"
"apakah bahan dasar dari tanganku? dan apakah bahan dasar dari pipimu?"
"kulit"
"bukankah bahan dasarnya sama? bukankah engkau merasakan sakit meskipun bahan dasarnya sama? begitu pula dengan syitan kelak di Neraka, pastilah mengalami penderitaan yang sama"

"ketiga, apakah engkau mengetahui akan aku pukul pada hari ini? apakah engkau mengetahui akan merasakan sakit akibat pukulan pada hari ini?"
"tidak"
"ketahuilah olehmu, ini adalah takdir, sesuatu yang tidak kita rencanakan, namun apabila Alloh berkehendak, niscaya pasti terjadi"

"cukupkah ketiga jawaban tadi memenuhi ruang pertanyaanmu?"....

Balikpapan, 7 Juli 2010
Abu Hilmi

seharusnya sudah jauh hari

Ada orang bertanya

Minggu, 04 Juli 2010

Resep Nasi Uduk..duk..duk

sebetulnya seh ini resep yang prakteknya dah minggu lalu, but..entah kenapa baru nge posting hari ini..hehe..pas bikinnya berhasil, wuiihh..suami tiap kali makan muji terus.. mm..enak mi..nyam..nyam
bikinnya agak ribetan dikit sih..soalnya pake dikukus ma diaron dulu, niat awal pengennya langsung cemplungin ke magic jar aza..tapi..naluri mengatakan sepertinya yang ribet2 masaknya tuh biasanya hasil akhirnya lebih enak..hehe

Nasi Uduk

beras secukup nya
daun salam 2 lembar
daun pandan 3 lembar, masing2 diikat simpul
garam secukupnya
ketumbar bubuk secukupnya
santan yang agak kental yah..supaya gurihnya kerasa..^^

cara membuat:
beras yang sudah dicuci dikukus di panci sekitar 30 menit
bahan2 lain dimasukkan kedalam santan, direbus, hingga mendidih
setelah mendidih, masukkan beras yang sudah dikukus, diaduk-aduk hingga santan habis dan meresap kedalam beras
pindahkan kembali beras yang sudah diaron tadi kedalam panci kukus,
kukus beras hingga tanak dan siap dihidangkan

sebenarnya seh kemaren pake ayam goreng yang dibumbuin seperti bumbu opor kental, tapi se' tak ingat2 dulu yah..nti kalo dah inget diposting lagi..^^

Pencari Mutiara

Ada satu cerita menarik yang diceritakan seorang Ustadz saat minggu kemaren..berikut kisahnya
"pada suatu hari seorang manajer menyuruh seorang anak buahnya untuk mencari mutiara di dasar lautan suatu daerah.. seketika sang manajer tersebut bertanya terlebih dahulu
"apa kamu sanggup menyelam kedasar lautan itu, danjika kamu sanggup, aku akan memberi imbalan yang pantas"
mendengar hal itu sang anak buah pun menjawab"ya..saya bersedia"
"baguslah, dan ini perlengkapan menyelam sudah kupersiapkan untukmu..dan ini ada tabung gas yang berisi gas penuh, kurasa sangat cukup untuk persediaan nafas di dalam lautan sana.."
maka sang anak buah menyelam ke dasar lautan dan mempunyai satu misi..mencari mutiara!!
namun alangkah takjubnya saat dia berada di dasar lautan itu, pemandangan indah yang belum pernah dilihatnya di tempat manapun, benar-benar indah..karang laut yang berwarna warni, anak buah itu takjub dan berpaling terlena menikmati keindahan laut, dia mulai mengumpulkan benda2 yang indah disitu, hingga lupa akan tujuan semual,,mencari mutiara!!...

tak sadar dirinya, ternyata gas di tabung gas yang disediakan bos nya hampir habis, hanya cukup untuk perjalanan kembali ke atas, dia mulai panik, dan membuang semua barang2 indah yang penuh di tangannya, dia mulai sadar dan mengumpulkan mutiara, dengan sisa sedikit sekali waktu, dia bergegas keatas, dan tak diduga kakinya tersangkut sebuah karang besar, mutiara yang ada ditangnya berjatuhan dan kembali ke dasar, tepat saat diatas permukaan air, dia bermuram durja, bos nya pun sangat marah.dan sang manajer itu bahakn tidak memberi kesempatan kedua kali yang membuat sang anak buah makin sedih dan terpuruk

hal itu bisa diibaratkan kita, manusia yang diberi bekal Allah SWT waktu, namun kadang kita lalai dan terlena oleh keindahan dunia, dan lupa akan tujuan kita semula.. beribadah pdaNya..bukan hanya ibadah sekedar menggugurkan kewajiban, tetapi ibadah kita dengan sadar karena kita adalah makhluk Allah yang lemah dan hanya bisa mendapat pertolonganNya..

Senin, 28 Juni 2010

Happiness Start From Home

aku membacanya dari status Gtalk seseorang bapak2 muda di kantorku..hmm..bener juga..Aku setuju dengan pendapat itu..terlepas apa itu kata2 murni dari beliau atau cuma contekan.. But.. Yes..Exactly..and..Seharusnya memang kebahagiaan itu harus berawal dari rumah..
Kenapa.. Karena rumah lah tempat kita pertama belajar tentang sesuatu..Entah kita masih berperan sebagai anak, ataupun kita sudah berperan sebagai suami/istri, bahakns ebagai orang tua..
Di

Senin, 14 Juni 2010

untuk hari ini..



aku minta kepada Allah setangkai bunga segar, 
DIA beri kaktus berduri. 
Aku minta kupu2, 
DIA beri ulat bulu. 
Aku sedih dan kecewa. 
Namun, setelah itu kaktus itu berbunga,indah sekali. 
Dan ulat itu menjadi kupu-kupu yang cantik. 
Itulah jalan Allah, indah pada masanya.
Allah tidak memberi apa yang kita harapkan 
tapi DIA memberi apa yang kita perlukan. 
Kadang2 kita sedih,kecewa dan terluka,namun jauh di atas segalanya, 
DIA sedang mengatur yang terbaik dalam kehidupan kita.

Minggu, 06 Juni 2010

Semangat Saling Menasehati

Semangat Saling Menasehati
Ditulis oleh KH. Abdullah Gymnastiar
"Demi masa. Sesungguhya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Ashr : 1-3)

Dalam ayat di atas, tersirat bahwa seseorang akan beruntung kalau ia menggunakan waktunya untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Memang alangkah indahnya bila kehidupan kita sudah disemarakkan dengan semangat saling menasihati. Betapa tidak? Setiap orang butuh keselamatan. Selamat dari kerusakan, kebodohan, kecelakaan, kekurangan, kelalaian, dan kesalahan. Ia tidak mungkin dapat melihat bahaya-bahaya tadi hanya dengan mata dan telinganya sendiri. Ada ribuan mata dan telinga saudaranya yang dapat yang dapat membantu melihat bahaya-bahaya yang mengancam. Pemberitahuan itu adalah nasihat, saran, atau kritik.

Makna dari nasihat adalah ‘menyuruh kebajikan dan melarang kemungkaran’, yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan perbuatan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan mengajaknya untuk tidak melakukan perbuatan yang malah dapat menjauhkan diri dariNya. Dan merupakan tugas setiap muslim baik perempuan maupun laki-laki untuk saling nasihat menasihati seperti dalam firman-Nya : “Dan hendaklah ada dari antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran 4: 104).

Gawatnya, ketika memberikan nasihat kita semangat, ketika memberikan saran semangat, ketika memberikan koreksi semangat, akan tetapi ketika giliran kita dikoreksi justru kita tidak sanggup menerimanya. Oleh karena itu kepada siapapun yang akan memberikan nasihat, syarat utamanya adalah kita harus menjadi orang yang terlatih untuk menerima nasihat, terlatih untuk menerima kritik, dan terlatih untuk menerima koreksi.Sebelum kita sanggup untuk melatih diri kita, sulit sekali kita dapat memberi nasihat yang memiliki kekuatan yang menggugah dan memberi perubahan. Nah, secara sederhana di sini ada beberapa kiat yang dapat kita terapkan dalam menerima nasihat atau kritik agar dapat menjadi sarana pembangunan kemuliaan.

Pertama, rindu kritik dan nasihat. Kita harus memposisikan diri menjadi orang yang rindu dikoreksi, rindu dinasihati, seperti rindunya kita melihat cermin agar penampilan kita selalu bagus. Walaupun wajah yang ada dalam cermin adalah wajah yang itu-itu juga, namun kita tidak pernah keberatan untuk merapikan rambut, manakala cermin memperlihatkan gambar rambut yang acak-acakan. Kita pun tidak pernah marah kepada cermin bila di cermin kita melihat di mata kita ada kotoran. Reaksi kita adalah membuang kotoran itu dan bukan memecahkan cermin. Ketahuilah, orang-orang di sekitar kita adalah cermin yang memberitahukan apa kekurangan kita. Sehingga sepatutnyalah kita bergembira ketika ada yang memperlihatkan kekurangan kita, karena dengan demikian kita menjadi tahu dan dapat segera memperbaiki diri.

Kedua, cari dan tanya. Belajarlah bertanya kepada orang tentang kekurangan-kekurangan kita dan belajar pula untuk mendengar dan menerima kritik. Milikilah teman yang mau jujur mengoreksi, tanya pula kepada istri, suami, anak-anak, karyawan dan lain-lain.

Ketiga, nikmati kritik. Persiapkan diri menghadapi kenyataan bahwa kritik tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Kritik selain mengandung isi juga melibatkan cara. Kadang isinya benar tetapi caranya kurang bijak. Ada yang isinya salah tetapi caranya benar. Ada yang isi maupun caranya salah. Adapula yang isi dan caranya juga benar. Namun tidak ada kerugian sedikitpun bagi kita selama cara kita menyikapinya benar. Dengarkan dengan baik dan jangan memotong apalagi membantah.

Keempat, syukuri. Adanya orang yang peduli dengan memberikan kritik kepada kita merupakan karunia yang patut disyukuri. Jangan lupa mengucapkan terima kasih. Bila kita berubah menjadi lebih baik melalui nasihat seseorang, jangan lupakan ia dalam doa kita dan sebutlah namanya ketika kita menyampaikan nasihat yang sama kepada orang lain. Nikmati kritik itu sebagai karunia Allah, karena seseorang tidak akan mati karena dikritik.

Kelima, perbaiki diri. Lihatlah apakah benar ada kekurangan pada diri kita. Jawaban terbaik ketika dikoreksi bukanlah membela diri tetapi memperbaiki diri. Sibukkan diri dengan mendengar kritik dan iringi dengan memperbaiki diri. Memang orang yang lemah, orang yang sombong, orang-orang yang penuh kebencian, tidak pernah tahan terhadap kritik. Jika ada yang mengkoreksi maka dirinya sibuk untuk membela diri, sibuk untuk berpikir dan sibuk untuk membalas, ketahuilah bahwa orang yang demikian itu tidak akan bisa maju. Lalu bagaimana jika lalu kita dihina terus? Jangan risau! Karena semua orang yang sukses dan mulia itu pasti ada yang menghina. Tidak akan pernah didengki kecuali orang yang berprestasi.

Keenam, balas budi. Sebagai orang yang tahu terima kasih dan menghargai sebuah pemberian, sudah selayaknya kita membalas pemberian kritik itu sebagai pemberian hadiah pula. Kalau tidak mampu memberikan sesuatu yang berharga, paling tidak sebuah ucapan terima kasih yang tulus dan doa yang ikhlas.

Saudaraku, nasihat yang baik yang boleh kita sampaikan adalah nasihat yang benar, mengandung muatan positif dan tentunya penuh makna dan manfaat bagi semua orang yaitu mengajak pada kebajikan dan menjauhi kemunkaran yang berdasarkan Al Quran dan As Sunnah. Dan bukanlah sebaliknya, menganjurkan kemungkaran dan melarang untuk mengerjakan kebajikan. Sebagai catatan, apapun yang kita sampaikan jika itu benar, alangkah baiknya jika cara menyampaikannya pun benar.

Dengan nasihat kita harus membantu yang lupa agar menjadi ingat, membantu yang lalai agar menjadi semangat, yang tergelincir menjadi bangkit kembali, yang berlumur dosa menjadi bertobat, intinya kalau dilandasi niat yang baik akan melahirkan kebaikan juga.

Ingatlah! Yang paling penting dari suatu nasihat, kritik, dan koreksi itu adalah niat yang mendasarinya. Kalau didasari niat ingin menjatuhkan, koreksi itu hanya akan menjadi pisau atau panah beracun.Harusnya nasihat kita itu dilandasi dengan rasa kasih sayang dan persaudaraan.

Kalau niat sudah baik caranya juga harus benar. Nabi Muhammad Saw itu adalah seorang penasihat, tetapi nasihatnya itu betul-betul bil hikmah, semuanya penuh dengan kearifan dan kematangan. Beliau memperbaiki peradaban yang begitu keras dan berat justru dengan kelembutan. Pendek kata, kita butuh nasihat yang tulus dari hati yang penuh kasih sayang dengan kata-kata yang terpilih yang tidak melukai diiringi dengan sikap yang tidak menggurui, tidak mempermalukan, tidak memojokan, sehingga orang berubah bukan karena ditekan oleh kata-kata kita melainkan tersentuh oleh kata-kata kita.

Sahabat-sahabat, marilah kita terus berlatih untuk menyayangi orang lain karena itulah sumber yang utama agar nasihat kita menjadi bijak dan penuh kemuliaan. Dan sebaik-baik nasihat adalah dengan suri tauladan, hancurnya orang-orang yang sibuk memberi nasihat adalah ketika apa yang dia katakan tidak sesuai dengan apa yang dia lakukan. Wallahu a’lam bishawab.

Agar Pernikahan Membawa Berkah

Hari Untuk Bermuhasabah.....



Di saat seseorang melaksanakan aqad pernikahan, maka ia akan mendapatkan banyak ucapan do’a dari para undangan dengan do’a keberkahan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW; “Semoga Allah memberkahimu, dan menetapkan keberkahan atasmu, dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” Do’a ini sarat dengan makna yang mendalam, bahwa pernikahan seharusnya akan mendatangkan banyak keberkahan bagi pelakunya. Namun kenyataannya, kita mendapati banyak fenomena yang menunjukkan tidak adanya keberkahan hidup berumah tangga setelah pernikahan, baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan keluarga du’at (kader dakwah). Wujud ketidakberkahan dalam pernikahan itu bisa dilihat dari berbagai segi, baik yang bersifat materil ataupun non materil.

Munculnya berbagai konflik dalam keluarga tidak jarang berawal dari permasalahan ekonomi. Boleh jadi ekonomi keluarga yang selalu dirasakan kurang kemudian menyebabkan menurunnya semangat beramal/beribadah. Sebaliknya mungkin juga secara materi sesungguhnya sangat mencukupi, akan tetapi melimpahnya harta dan kemewahan tidak membawa kebahagiaan dalam pernikahannya.

Seringkali kita juga menemui kenyataan bahwa seseorang tidak pernah berkembang kapasitasnya walau pun sudah menikah. Padahal seharusnya orang yang sudah menikah kepribadiannya makin sempurna; dari sisi wawasan dan pemahaman makin luas dan mendalam, dari segi fisik makin sehat dan kuat, secara emosi makin matang dan dewasa, trampil dalam berusaha, bersungguh-sungguh dalam bekerja, dan teratur dalam aktifitas kehidupannya sehingga dirasakan manfaat keberadaannya bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya.

Realitas lain juga menunjukkan adanya ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga, sering muncul konflik suami isteri yang berujung dengan perceraian. Juga muncul anak-anak yang terlantar (broken home) tanpa arahan sehingga terperangkap dalam pergaulan bebas dan narkoba. Semua itu menunjukkan tidak adanya keberkahan dalam kehidupan berumah tangga.

Memperhatikan fenomena kegagalan dalam menempuh kehidupan rumah tangga sebagaimana tersebut di atas, sepatutnya kita melakukan introspeksi (muhasabah) terhadap diri kita, apakah kita masih konsisten (istiqomah) dalam memegang teguh rambu-rambu berikut agar tetap mendapatkan keberkahan dalam meniti hidup berumah tangga ?

1. Meluruskan niat/motivasi (Ishlahun Niyat)

Motivasi menikah bukanlah semata untuk memuaskan kebutuhan biologis/fisik. Menikah merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT sebagaimana diungkap dalam Alqur’an (QS. Ar Rum:21), sehingga bernilai sakral dan signifikan. Menikah juga merupakan perintah-Nya (QS. An-Nur:32) yang berarti suatu aktifitas yang bernilai ibadah dan merupakan Sunnah Rasul dalam kehidupan sebagaimana ditegaskan dalam salah satu hadits : ”Barangsiapa yang dimudahkan baginya untuk menikah, lalu ia tidak menikah maka tidaklah ia termasuk golonganku” (HR.At-Thabrani dan Al-Baihaqi). Oleh karena nikah merupakan sunnah Rasul, maka selayaknya proses menuju pernikahan, tata cara (prosesi) pernikahan dan bahkan kehidupan pasca pernikahan harus mencontoh Rasul. Misalnya saat hendak menentukan pasangan hidup hendaknya lebih mengutamakan kriteria ad Dien (agama/akhlaq) sebelum hal-hal lainnya (kecantikan/ketampanan, keturunan, dan harta); dalam prosesi pernikahan (walimatul ‘urusy) hendaknya juga dihindari hal-hal yang berlebihan (mubadzir), tradisi yang menyimpang (khurafat) dan kondisi bercampur baur (ikhtilath). Kemudian dalam kehidupan berumah tangga pasca pernikahan hendaknya berupaya membiasakan diri dengan adab dan akhlaq seperti yang dicontohkan Rasulullah saw.

Menikah merupakan upaya menjaga kehormatan dan kesucian diri, artinya seorang yang telah menikah semestinya lebih terjaga dari perangkap zina dan mampu mengendalikan syahwatnya. Allah SWT akan memberikan pertolong-an kepada mereka yang mengambil langkah ini; “ Tiga golongan yang wajib Aku (Allah) menolongnya, salah satunya adalah orang yang menikah karena ingin menjaga kesucian dirinya.” (HR. Tarmidzi)

Menikah juga merupakan tangga kedua setelah pembentukan pribadi muslim (syahsiyah islamiyah) dalam tahapan amal dakwah, artinya menjadikan keluarga sebagai ladang beramal dalam rangka membentuk keluarga muslim teladan (usrah islami) yang diwarnai akhlak Islam dalam segala aktifitas dan interaksi seluruh anggota keluarga, sehingga mampu menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya keluarga-keluarga muslim pembawa rahmat diharapkan dapat terwujud komunitas dan lingkungan masyarakat yang sejahtera.

2. Sikap saling terbuka (Mushorohah)

Secara fisik suami isteri telah dihalalkan oleh Allah SWT untuk saling terbuka saat jima’ (bersenggama), padahal sebelum menikah hal itu adalah sesuatu yang diharamkan. Maka hakikatnya keterbukaan itu pun harus diwujudkan dalam interaksi kejiwaan (syu’ur), pemikiran (fikrah), dan sikap (mauqif) serta tingkah laku (suluk), sehingga masing-masing dapat secara utuh mengenal hakikat kepribadian suami/isteri-nya dan dapat memupuk sikap saling percaya (tsiqoh) di antara keduanya.

Hal itu dapat dicapai bila suami/isteri saling terbuka dalam segala hal menyangkut perasaan dan keinginan, ide dan pendapat, serta sifat dan kepribadian. Jangan sampai terjadi seorang suami/isteri memendam perasaan tidak enak kepada pasangannya karena prasangka buruk, atau karena kelemahan/kesalahan yang ada pada suami/isteri. Jika hal yang demikian terjadi hal yang demikian, hendaknya suami/isteri segera introspeksi (bermuhasabah) dan mengklarifikasi penyebab masalah atas dasar cinta dan kasih sayang, selanjutnya mencari solusi bersama untuk penyelesaiannya. Namun apabila perasaan tidak enak itu dibiarkan maka dapat menyebabkan interaksi suami/isteri menjadi tidak sehat dan potensial menjadi sumber konflik berkepanjangan.

3. Sikap toleran (Tasamuh)

Dua insan yang berbeda latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan pengalaman hidup bersatu dalam pernikahan, tentunya akan menimbulkan terjadinya perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, memandang suatu permasalahan, cara bersikap/bertindak, juga selera (makanan, pakaian, dsb). Potensi perbedaan tersebut apabila tidak disikapi dengan sikap toleran (tasamuh) dapat menjadi sumber konflik/perdebatan. Oleh karena itu masing-masing suami/isteri harus mengenali dan menyadari kelemahan dan kelebihan pasangannya, kemudian berusaha untuk memperbaiki kelemahan yang ada dan memupuk kelebihannya. Layaknya sebagai pakaian (seperti yang Allah sebutkan dalam QS. Albaqarah:187), maka suami/isteri harus mampu mem-percantik penampilan, artinya berusaha memupuk kebaikan yang ada (capacity building); dan menutup aurat artinya berupaya meminimalisir kelemahan/kekurangan yang ada.

Prinsip “hunna libasullakum wa antum libasullahun (QS. 2:187) antara suami dan isteri harus selalu dipegang, karena pada hakikatnya suami/isteri telah menjadi satu kesatuan yang tidak boleh dipandang secara terpisah. Kebaikan apapun yang ada pada suami merupakan kebaikan bagi isteri, begitu sebaliknya; dan kekurangan/ kelemahan apapun yang ada pada suami merupakan kekurangan/kelemahan bagi isteri, begitu sebaliknya; sehingga muncul rasa tanggung jawab bersama untuk memupuk kebaikan yang ada dan memperbaiki kelemahan yang ada.

Sikap toleran juga menuntut adanya sikap mema’afkan, yang meliputi 3 (tiga) tingkatan, yaitu: (1) Al ‘Afwu yaitu mema’afkan orang jika memang diminta, (2) As-Shofhu yaitu mema’afkan orang lain walaupun tidak diminta, dan (3) Al-Maghfirah yaitu memintakan ampun pada Allah untuk orang lain. Dalam kehidupan rumah tangga, seringkali sikap ini belum menjadi kebiasaan yang melekat, sehingga kesalahan-kesalahan kecil dari pasangan suami/isteri kadangkala menjadi awal konflik yang berlarut-larut. Tentu saja “mema’afkan” bukan berarti “membiarkan” kesalahan terus terjadi, tetapi mema’afkan berarti berusaha untuk memberikan perbaikan dan peningkatan.

4. Komunikasi (Musyawarah)

Tersumbatnya saluran komunikasi suami-isteri atau orang tua-anak dalam kehidupan rumah tangga akan menjadi awal kehidupan rumah tangga yang tidak harmonis. Komunikasi sangat penting, disamping akan meningkatkan jalinan cinta kasih juga menghindari terjadinya kesalahfahaman.

Kesibukan masing-masing jangan sampai membuat komunikasi suami-isteri atau orang tua-anak menjadi terputus. Banyak saat/kesempatan yang bisa dimanfaatkan, sehingga waktu pertemuan yang sedikit bisa memberikan kesan yang baik dan mendalam yaitu dengan cara memberikan perhatian (empati), kesediaan untuk mendengar, dan memberikan respon berupa jawaban atau alternatif solusi. Misalnya saat bersama setelah menunaikan shalat berjama’ah, saat bersama belajar, saat bersama makan malam, saat bersama liburan (rihlah), dan saat-saat lain dalam interaksi keseharian, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan sarana telekomunikasi berupa surat, telephone, email, dsb.

Alqur’an dengan indah menggambarkan bagaimana proses komunikasi itu berlangsung dalam keluarga Ibrahim As sebagaimana dikisahkan dalam QS.As-Shaaffaat:102, yaitu : “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata; Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu, Ia menjawab; Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ibrah yang dapat diambil dalam kisah tersebut adalah adanya komunikasi yang timbal balik antara orang tua-anak, Ibrahim mengutarakan dengan bahasa dialog yaitu meminta pendapat pada Ismail bukan menetapkan keputusan, adanya keyakinan kuat atas kekuasaan Allah, adanya sikap tunduk/patuh atas perintah Allah, dan adanya sikap pasrah dan tawakkal kepada Allah; sehingga perintah yang berat dan tidak logis tersebut dapat terlaksana dengan kehendak Allah yang menggantikan Ismail dengan seekor kibas yang sehat dan besar.

5. Sabar dan Syukur

Allah SWT mengingatkan kita dalam Alqur’an surat At Taghabun ayat 14: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu mema’afkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Peringatan Allah tersebut nyata dalam kehidupan rumah tangga dimana sikap dan tindak tanduk suami/istri dan anak-anak kadangkala menunjukkan sikap seperti seorang musuh, misalnya dalam bentuk menghalangi-halangi langkah dakwah walaupun tidak secara langsung, tuntutan uang belanja yang nilainya di luar kemampuan, menuntut perhatian dan waktu yang lebih, prasangka buruk terhadap suami/isteri, tidak merasa puas dengan pelayanan/nafkah yang diberikan isteri/suami, anak-anak yang aktif dan senang membuat keributan, permintaan anak yang berlebihan, pendidikan dan pergaulan anak, dan sebagainya. Jika hal-hal tersebut tidak dihadapi dengan kesabaran dan keteguhan hati, bukan tidak mungkin akan membawa pada jurang kehancuran rumah tangga.

Dengan kesadaran awal bahwa isteri dan anak-anak dapat berpeluang menjadi musuh, maka sepatutnya kita berbekal diri dengan kesabaran. Merupakan bagian dari kesabaran adalah keridhaan kita menerima kelemahan/kekurangan pasangan suami/isteri yang memang diluar kesang-gupannya. Penerimaan terhadap suami/isteri harus penuh sebagai satu “paket”, dia dengan segala hal yang melekat pada dirinya, adalah dia yang harus kita terima secara utuh, begitupun penerimaan kita kepada anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya. Ibaratnya kesabaran dalam kehidupan rumah tangga merupakan hal yang fundamental (asasi) untuk mencapai keberkahan, sebagaimana ungkapan bijak berikut:“Pernikahan adalah Fakultas Kesabaran dari Universitas Kehidupan”. Mereka yang lulus dari Fakultas Kesabaran akan meraih banyak keberkahan.

Syukur juga merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan berumah tangga. Rasulullah mensinyalir bahwa banyak di antara penghuni neraka adalah kaum wanita, disebabkan mereka tidak bersyukur kepada suaminya.

Mensyukuri rezeki yang diberikan Allah lewat jerih payah suami seberapapun besarnya dan bersyukur atas keadaan suami tanpa perlu membanding-bandingkan dengan suami orang lain, adalah modal mahal dalam meraih keberkahan; begitupun syukur terhadap keberadaan anak-anak dengan segala potensi dan kecenderungannya, adalah modal masa depan yang harus dipersiapkan.

Dalam keluarga harus dihidupkan semangat “memberi” kebaikan, bukan semangat “menuntut” kebaikan, sehingga akan terjadi surplus kebaikan. Inilah wujud tambahnya kenikmatan dari Allah, sebagaimana firmannya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim:7).

Mensyukuri kehadiran keturunan sebagai karunia Allah, harus diwujudkan dalam bentuk mendidik mereka dengan pendidikan Rabbani sehingga menjadi keturunan yang menyejukkan hati. Keturunan yang mampu mengemban misi risalah dien ini untuk masa mendatang, maka jangan pernah bosan untuk selalu memanjatkan do’a:

Ya Rabb kami karuniakanlah kami isteri dan keturunan yang sedap dipandang mata, dan jadikanlah kami pemimpin orang yang bertaqwa.

Ya Rabb kami karuniakanlah kami anak-anak yang sholeh.

Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau keturunan yang baik.

Ya Rabb kami karuniakanlah kami dari sisi Engkau keturunan yang Engkau Ridha-i.

Ya Rabb kami jadikanlah kami dan keturunan kami orang yang mendirikan shalat.

Do’a diatas adalah ungkapan harapan para Nabi dan Rasul tentang sifat-sifat (muwashshofat) ketuturunan (dzurriyaat) yang diinginkan, sebagaimana diabadikan Allah dalam Alqur’an (QS. Al-Furqon:74; QS. Ash-Shaafaat:100 ; QS.Al-Imran:38; QS. Maryam: 5-6; dan QS. Ibrahim:40). Pada intinya keturun-an yang diharapkan adalah keturunan yang sedap dipandang mata (Qurrota a’yun), yaitu keturunan yang memiliki sifat penciptaan jasad yang sempurna (thoyyiba), ruhaniyah yang baik (sholih), diridhai Allah karena misi risalah dien yang diperjuangkannya (wali radhi), dan senantiasa dekat dan bersama Allah (muqiimash-sholat).

Demikianlah hendaknya harapan kita terhadap anak, agar mereka memiliki muwashofaat tersebut, disamping upaya (ikhtiar) kita memilihkan guru/sekolah yang baik, lingkungan yang sehat, makanan yang halal dan baik (thoyyib), fasilitas yang memadai, keteladanan dalam keseharian, dsb; hendaknya kita selalu memanjatkan do’a tersebut.

6. Sikap yang santun dan bijak (Mu’asyarah bil Ma’ruf)

Merawat cinta kasih dalam keluarga ibaratnya seperti merawat tanaman, maka pernikahan dan cinta kasih harus juga dirawat agar tumbuh subur dan indah, diantaranya dengan mu’asyarah bil ma’ruf. Rasulullah saw menyatakan bahwa : “Sebaik-baik orang diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan aku (Rasulullah) adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.” (HR.Thabrani & Tirmidzi)

Sikap yang santun dan bijak dari seluruh anggota keluarga dalam interaksi kehidupan berumah tangga akan menciptakan suasana yang nyaman dan indah. Suasana yang demikian sangat penting untuk perkembangan kejiwaan (maknawiyah) anak-anak dan pengkondisian suasana untuk betah tinggal di rumah.

Ungkapan yang menyatakan “Baiti Jannati” (Rumahku Syurgaku) bukan semata dapat diwujudkan dengan lengkapnya fasilitas dan luasnya rumah tinggal, akan tetapi lebih disebabkan oleh suasana interaktif antara suami-isteri dan orang tua-anak yang penuh santun dan bijaksana, sehingga tercipta kondisi yang penuh keakraban, kedamain, dan cinta kasih.

Sikap yang santun dan bijak merupakan cermin dari kondisi ruhiyah yang mapan. Ketika kondisi ruhiyah seseorang labil maka kecenderungannya ia akan bersikap emosional dan marah-marah, sebab syetan akan sangat mudah mempengaruhinya. Oleh karena itu Rasulullah saw mengingatkan secara berulang-ulang agar jangan marah (Laa tagdlob). Bila muncul amarah karena sebab-sebab pribadi, segeralah menahan diri dengan beristigfar dan mohon perlindungan Allah (ta’awudz billah), bila masih merasa marah hendaknya berwudlu dan mendirikan shalat. Namun bila muncul marah karena sebab orang lain, berusahalah tetap menahan diri dan berilah ma’af, karena Allah menyukai orang yang suka mema’afkan. Ingatlah, bila karena sesuatu hal kita telanjur marah kepada anak/isteri/suami, segeralah minta ma’af dan berbuat baiklah sehingga kesan (atsar) buruk dari marah bisa hilang. Sesungguhnya dampak dari kemarahan sangat tidak baik bagi jiwa, baik orang yang marah maupun bagi orang yang dimarahi.

7. Kuatnya hubungan dengan Allah (Quwwatu shilah billah)

Hubungan yang kuat dengan Allah dapat menghasilkan keteguhan hati (kemapanan ruhiyah), sebagaimana Allah tegaskan dalam QS. Ar-Ra’du:28. “Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang”. Keberhasilan dalam meniti kehidupan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh keteguhan hati/ketenangan jiwa, yang bergantung hanya kepada Allah saja (ta’alluq billah). Tanpa adanya kedekatan hubungan dengan Allah, mustahil seseorang dapat mewujudkan tuntutan-tuntutan besar dalam kehidupan rumah tangga. Rasulullah saw sendiri selalu memanjatkan do’a agar mendapatkan keteguhan hati: “Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika” (wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’ati-Mu).

Keteguhan hati dapat diwujudkan dengan pendekatan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah), sehingga ia merasakan kebersamaan Allah dalam segala aktifitasnya (ma’iyatullah) dan selalu merasa diawasi Allah dalam segenap tindakannya (muraqobatullah). Perasaan tersebut harus dilatih dan ditumbuhkan dalam lingkungan keluarga, melalui pembiasaan keluarga untuk melaksanakan ibadah nafilah secara bertahap dan dimutaba’ah bersama, seperti : tilawah, shalat tahajjud, shaum, infaq, do’a, ma’tsurat, dll. Pembiasaan dalam aktifitas tersebut dapat menjadi sarana menjalin keakraban dan persaudaraan (ukhuwah) seluruh anggota keluarga, dan yang penting dapat menjadi sarana mencapai taqwa dimana Allah swt menjamin orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ath-Thalaaq: 2-3.

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagi-nya jalan keluar (solusi) dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi (keperluan) nya.”

Wujud indahnya keberkahan keluarga

Keberkahan dari Allah akan muncul dalam bentuk kebahagiaan hidup berumah tangga, baik kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan di dunia, boleh jadi tidak selalu identik dengan kehidupan yang mewah dengan rumah dan perabotan yang serba lux. Hati yang selalu tenang (muthma’innah), fikiran dan perasaan yang selalu nyaman adalah bentuk kebahagiaan yang tidak bisa digantikan dengan materi/kemewahan.

Kebahagiaan hati akan semakin lengkap jika memang bisa kita sempurnakan dengan 4 (empat) hal seperti dinyatakan oleh Rasulullah, yaitu : (1) Isteri yang sholihah, (2) Rumah yang luas, (3) Kendaraan yang nyaman, dan (4) Tetangga yang baik.

Kita bisa saja memanfaatkan fasilitas rumah yang luas dan kendaraan yang nyaman tanpa harus memiliki, misalnya di saat-saat rihlah, safar, silaturahmi, atau menempati rumah dan kendaraan dinas. Paling tidak keterbatasan ekonomi yang ada tidak sampai mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, karena pemilik hakiki adalah Allah swt yang telah menyediakan syurga dengan segala kenikmatan yang tak terbatas bagi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa, dan menjadikan segala apa yang ada di dunia ini sebagai cobaan.

Kebahagiaan yang lebih penting adalah kebahagiaan hidup di akhirat, dalam wujud dijauhkannya kita dari api neraka dan dimasukkannya kita dalam syurga. Itulah hakikat sukses hidup di dunia ini, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Imran : 185

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Selanjutnya alangkah indahnya ketika Allah kemudian memanggil dan memerintahkan kita bersama-sama isteri/suami dan anak-anak untuk masuk kedalam syurga; sebagaimana dikhabarkan Allah dengan firman-Nya:

“Masuklah kamu ke dalam syurga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan”. (QS, Az-Zukhruf:70)

“Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan (pertemukan) anak cucu mereka dengan mereka (di syurga), dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS. Ath-Thuur:21).

Inilah keberkahan yang hakiki. []

dakwatuna.com

Rabu, 26 Mei 2010

umi mode kepengen narsis on

Nggak tw hare ne taDi peNgen BanGet DifOt0..

pengen gaya2an kayak cewek di facebook getho..( tp skrg g tw kurang pd, narsisnya berkurang drastis)

lha ternyata pemandangannya kurang tepat..

pantai bagaImaNa???

ah.. dasarR.si Umi..dOyaNnya sAma pantai teruS..

paliNg-palIng juGa besoK bEsoK nGgaK PengEn diFotO lge..

Hehehe...

(angIn NarSis nYa udah iLanG lge)

Kepengen (umi mode kepengen narsis on)

Nggak tw hare ne tadi pengen banget difoto

pengen gaya2an kayak orang2 di facebook getho..( tp skrg g tw kurang pd, narsisnya berkurang drastis)

Kepengen (umi mode kepengen narsis on)

Nggak tw hare ne tadi pengen banget difoto

pengen gaya2an kayak orang2 di facebook getho..( tp skrg g tw kurang pd, narsisnya berkurang drastis)

Kepengen

Nggak tw hare ne tadi pengen banget difoto

pengen gaya2an

Kepengen

Nggak tw hare ne tadi pengen banget difoto

pengen gaya2an

obrolan hari ini..

aku kaku,
apa yang harus kuketikkan di keyboard ini pun aku menjadi buntu
nggak tau..mungkin karena terapi hati yang kuterapkan masih belum berhasil
melamun, itulah yang biasanya dikerjakan orang yang mempunyai hati yang kosong
kadang, karena kita terlalu jauh dari Tuhan, seperti berada di hutan yang rimba, tak tau arah, bingung harus mulai berjalan ke arah mana dan menuju ke arah mana
dan kadang pula, saat kita merasa lelah mencari arah, kaki yang letih ini membuat kita terjebak dengan kata menyerah..
menyerah dengan keadaan, menyerah dengan dosa,
fhuhh.. dan pasti syetan2 pun bersorak gembira, berpesta pora,
dan tak sadar diri menangis, tapi yang tersisa hanya air mata..
walaupun jalan masih tak terarah menuju padaNya..
 .....
 ......
(menunggu lanjutan cerita...)

Balikpapan, 27 Mei 2010

Kamis, 20 Mei 2010

Suatu Waktu

Suatu waktu
kuharap kau mengerti
saat ada goresan yang menyertai
dan aku pun berusaha mengerti
saat goresan itu berbaris rapi disini

suatu waktu
tanpa sengaja kita berjalan mundur
menengok masa lalu
dan menangisi kesalahan
"apa yang telah kuperbuat??"
hingga ingin kembali ke masa itu
mengurai benang yang terlanjur kusut
dan merajut kenangan indah

suatu waktu
terhenyak itu adalah sebuah masa lalu
dan waktu terus berjalan ke depan
diirngi gelak tawa
belai mesra
dan tetes air mata

dan kelak suatu waktu
saat kita beranjak renta
kita hanya saling memandang
dan jika hasrat sudah memudar
hanya ada ikatan batin dan isyarat mata
bahwa kita sudah satu jiwa


Balikpapan 21 mei 2010

Waktu

Waktu
Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.

Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, diatas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.

Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.


Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.


Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?

Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.


Kahlil Gibran

Senin, 17 Mei 2010

sudah lama

Sudah lama

 

Hmm, sepertinya sudah lama ya?

Apanya yang sudah lama?

Sudah lama ngga sakit

Kan biasanya sehat selalu dan penuh dengan energi

 

Iya nih, kenapa ya tiba2 jadi sakit

Ngga tahu ya, mungkin karena kebanyakan kena angin, kena radiasi kompi, ma kena debu dan lainnya

Ya udah, kalau demikian, mendingan sekarang istirahat aja

Toh ini juga akhir pekan, bukan?

Ataupun kalau sedang dikantor, jangan terlalu banyak lari sana-sini

Cukup duduk dan kerjakan sesuai dengan kemampuan

 

Lagipula, sakit kan membantu mengurangi dosa2 kecil yang diperbuat

So, meskipun sakit

Tetaplah berucap syukur

Segera katakan alhamdulillahirobbil aalamiin

 

Ya, benar

alhamdulillahirobbil aalamiin

semoga sakit ini membantu mengurangi dosa-dosa kecil

amiin

 

(ngomong sendiri waktu sakit, hmm, hmm, .... hehe)

 

Balikpapan, 18 Mei 2010

SS

 

Baru sempat kusampaikan sekarang

Senin, 10 Mei 2010

Spiritual Parenting

Biasanya aku dan suami disaat undangan aqiqah selalu menyelipkan kata-kata di bawah ini
"moga menjadi anak yang sholeh dan berguna dan bla..bla..bla.."
dan keknya kebanyak juga gitu yah ucapannya..

tapi ucapan kami berubah setelah acara aqiqah anak pertamaku, secara spontan Murobbiku bilang, "Ammah (bahasa Arab yang berarti Tante) nggak doain kamu yah nak..Ammah doain Abi Umi nya aja supaya jadi orang tua yang sholeh,"
aku tertegun..hmm..benar juga..pendidikan pertama berawal dari rumah kita, dan guru madrasah pertama adalah orang tua,
Anak diibaratkan sebagai sponge yang menyerap air, sangat cepat terserap di pikiran mereka apa yang mereka dengar, mereka lihat dan mereka pelajari,
seperti aku yang

Spiritual Parenting

menanti (dengan harap-harap cemas) Generasi 2020..

kemaren, saat aku bersantai dengan keluarga, ada sebuah iklan di tivi yang meng iklankan tentang pemilihan artis dan group band terfavorit pilihan pemirsa yang (sangat aneh dan disayangkan) disponsori oleh tayangan program anak-anak,
saat itu kami ngobrolin tentang nasib grup band yang menjamur sekarang 10 tahun mendatang apa tambah maju apa tidak, trus aq nyeletuk dengan santainya "mudah2an jangan tambah maju deh bi"..
"mudah2an yang lebih maju justru nasyid bi.."
"ho ya..amiinn" suamiku baru ngeh..hehe

sampai kapan sih generasi pemuda islam disuguhkan dengan lagu-lagu cengeng tersebut??

setiap hari tayangan2 yang berbau musik2 remaja off air dan on air bertaburan di semua tivi swasta, grup band2 baru bermunculan bak jamur di musim hujan, masing2 memperlihatkan karya terbaiknya..(katanya seh)
sebenarny aku tak terlalu peduli tentang penghargaan dari sisi seni atau apalah yang dielu elukan pencinta musik, emang dasarnya nggak peduli sich.. nggak penting!!

yang aku tahu cuma satu, mental pemuda Islam yang semakin menjadi2 (merosotnya) karena di doktrin tentang suguhan2 cinta2 monyet, cinta tanpa harus memiliki, makan pacar teman, atau ttm, atau apalah cerita lagu yang sebenarnya karena sudah jadi tema yang menjamur di grup band menjadikan pemuda sekarang berprilaku berdasarkan kata2 yang setiap hari mereka dendangkan, ckckc..halus sekali teman... mereka (tanpa sadar) menjadikan lagu2 tersebut pembenaran atau malah inspirasi prilaku mereka..gaswat!!
di sisi lain, nasyid semakin tenggelam, nasyid2 yang ada di komputer rumah, sebagian besar adalah koleksi nasyid jadul yang sekarang nasyidernya tidak (atau aku yang kukolnas- kurang koleksi nasyid) kudengar lagi namanya,
hanya segelintir, yap hanya segelintir pemuda Islam yang menggaungkan kebenaran dari sisi lagu, menggaungkan tema tentang akhlak, kecintaan pada ilmu, kepedulian pada Palestina..palagi tentang Pencipta.. alih2 gitu, yang sering kudengar justru gini.."Tuhaaann..satukanlah cintaaa kami berdduuuaa..jreng..jreng.."
doenkk..
makany aku sangat appreciated banget sama orang, entah dia itu nyanyiin pake lagu pop, pake lagu rock, pake jazz, pake nembang, wiss pokoke apalah yang menceritakan tentang keadilan..sejahtera..uppss..(itu mah partai), tentang kepedulian tentang alam, lingkungan,..
hey pemuda Islam, bangkit donk.. buka mata lebar-lebar, kita udah ketinggalan jauh, kita itu punya misi besar, lebih besar dari misi nya CIA yang kalian liat di filem2 barat yang sering kalian tonton itu, masa muda adalah masa yang paling produktif, kalo udah kerja, udah tua, sel2 otak nggak maksimal lagi bro.. yang ada justru gimana caranya ngadepin pensiun, udah pensiun udah deh..selesai..ih garing banget dah..trus dimana perjuangan Umat Islam sebagai umat yang dibanggakan Rasulullah.. wooyy..bangun!!
Dunia Islam digempur habis2an dengan budaya ideologi moralitas dan ide2 pemikiran luar, oke..bandingkan aja..lebih sering mana kita dengerin murottal daripada lagu2 anak band (lokal atow bule), lebih hafal mana kita dengan tokoh2 Islam daripada tokoh film Hollywood, wah..berabe..kalo gini gimane ngajarin anak cucu kita sejarah Rasulullah, waduh.. jangan2 kalo disuruh menceritakan ringkasan sejarah Rasulullah aja masih binun.. (ringkas aja loh..2 halaman cukup..bisa???)
yup..Generasi Islam harus di 'bina' kalau tidak ingin akhirnya 'binasa'
wake up adik2ku.. (termasuk adikku yang dirumah..:))..kalian adalah tumpuan Islam di masa mendatang,  tongkat panji ini akan diserahkan secara estafet kepada kalian, sanggupkah kalian memegang panji itu...??

cukuplah bersantai berjamaah, jangan hanya mati meninggalkan nama, matilah sebagai pejuang Islam yang meninggalkan sejarah...ruh kalian akan diarak arak oleh malaikat dan disambut dengan sukacita oleh para Bidadari di syurga, tidak perlu pengakuan eksistensi itu dari teman2mu yang melenakan, cukuplah pengakuan itu menjadi pengakuan tertinggi oleh Allah SWT, Zat yang menciptakanmu

mari..renungkan kata seorang pemuda yang namanya sudah digoreskan dengan tinta emas di sejarah perjuangan para pemuda Islam..

“Umat harus bangkit. Namun aset umat ini untuk kembali bangkit telah terkuras habis, kecuali satu : itulah pemuda.” Ya, inilah saatnya bagi kita untuk bangkit, untuk senantiasa berada dalam garis keseimbangan antara amal, akal, dan ruhiyah . Pilihan kini berada ditangan kita, untuk menjadi umat pengganti atau yang tergantikan ??


yup..dialah Hasan Al Banna..Wallahu a'lam bis sawab

"sumber: jundi kecilku yang akan beranjak setahun, saat kau bisa berjalan nanti..berjalanlah menuju kebenaran..walaupun itu berliku dan berdarah darah...

Minggu, 09 Mei 2010

Memahami jalan pikiran pasangan

Pahami cara berpikirnya, sebelum membuka jalur komunikasi antara Anda dan pasangan.

Marwan pusing tujuh keliling menghadapi Mirza, istrinya tercinta. Sudah hampir dua minggu Mirza mengeluhkan keadaan kantornya. Mulai dari bosnya yang otoriter hingga teman bekerjanya yang kata Mirza suka menjilat. “Ya sudah, kalau kamu pusing, keluar saja! Toh aku masih bisa membiayai kebutuhanmu,” ucap Marwan dengan enteng. Herannya, Mirza malah semakin uring-uringan mendengar kata-kata Marwan. ‘Apa sih yang diinginkan Mirza?’ keluh Marwan dalam hati.

Pernikahan mereka memang baru menginjak tahun pertama, sehingga tak heran jika Marwan masih bingung menghadapi ulah Mirza. Namun umumnya pria atau wanita tidak memahami cara berpikir pasangannya. Masing-masing menggunakan frame cara berpikirnya sendiri untuk memahami pasangannya. Padahal antara wanita dan pria memiliki cara berpikir yang berbeda. Paling tidak itu yang diutarakan oleh Dr. Terri Orbuch, Ph.D, seorang profesor dari University of Michigan dalam bukunya 5 Simple Steps to Take Your Marriage from Good to Great [Random House, Nov.1, 2009].

Tulisan yang diambil dari hasil studi jangka panjangnya pada perkawinan membocorkan rahasia apa yang harus diketahui oleh pria dan wanita terhadap apa yang dipikirkan pasangannya. Coba simak hasil studinya:
Yang harus dipahami pria tentang cara berpikir wanita dalam suatu hubungan:
Wanita umumnya lebih sensitif pada masalah yang timbul dalam perkawinan dibandingkan pria. Ketika wanita menemui adanya perbedaan pendapat, umumnya pikiran itu bisa menetap cukup lama dalam benaknya, walaupun konflik tersebut sudah reda. Sehingga jangan heran jika ia berulang-ulang mengungkapkan pendapat yang sama dan seolah-olah tidak mau beranjak dari pendapatnya semula, sampai ia benar-benar merasa yakin. Terbalik dengan pria. Jika dianggapnya perbedaan pendapat sudah dapat diatasi, maka pikiran akan hal tersebut akan langsung lenyap dari benaknya.
Pria harus memahami bahwa jika wanita memiliki masalah, mereka hanya ingin berbagi masalah tersebut dan tidak menuntut Anda untuk menyelesaikannya. Wanita hanya ingin didengarkan, dipahami, dan mendapatkan empati dari Anda.
Wanita membangun hubungan lewat pembicaraan. Umumnya ia baru merasa dekat dengan orang lain dengan cara berbicara serta berbagi informasi personal. Membicarakan permasalahan dengan orang yang dekat dengannya merupakan terapi terbaik bagi seorang wanita. Berbeda dengan pria yang membangun hubungan lewat kegiatan yang dilakukan bersama, misalnya berolahraga atau bermain board game.

Sedangkan yang harus dipahami wanita tentang cara berpikir pria dalam suatu hubungan:
Pria membutuhkan afirmasi dari pasangannya. Lewat penegasan yang diberikan oleh pasangannya, pria akan merasa menjadi spesial, dicintai, dan diperhatikan. Wanita juga butuh merasa diperhatikan, namun umumnya wanita sudah mendapatkan afirmasi dari orang-orang di sekelilingnya, misalnya saudaranya, orangtuanya, dan sebagainya. Berbeda dengan pria yang jarang mendapatkan afirmasi dari orang lain.
Pria lebih berorientasi pada aksi. Mereka sulit mengungkapkan perasaannya lewat kata-kata, walau sebetulnya mereka bisa mempelajarinya. Sehingga jika ingin tahu kadar cinta si dia, cobalah perhatikan apa yang telah dilakukannya untuk Anda. Misalnya membuatkan Anda teh di pagi hari, mengisi tangki bensin Anda, dan sebagainya.
Pria tidak suka dikritik. Sehingga jika wanita ingin mengubah suatu kebiasaan atau membicarakan perbaikan dalam suatu hubungan, pria akan salah menginterpretasikan menjadi suatu kritikan, atau merasa ada yang salah dengan perilakunya. Karenanya, elus egonya terlebih dahulu dengan membicarakan hal-hal yang positif tentang dirinya, baru kemudian masuk ke inti permasalahan. Yaitu membicarakan perbaikan dalam suatu hubungan.

sumber: http://alifmagz.com/wp/2010/01/29/memahami-jalan-pikiran-pasangan/

Rabu, 05 Mei 2010

sederhana itu kan tidak selalu harus sederhana

Sederhana kan tidak selalu harus sederhana

 

Kenapa lagi hal ini terlintas dalam benak, pada saat aku berbicara dengan istriku kemarin dalam komunikasi via chatting ya?

Hmm, aku juga bingung..

Saat tulisan ini akan diposting pun, masih saja bingung apa dan kenapa judul ini telah di tuliskan kemarin...

 

Beberapa jam berlalu, istirahat siang kulaksanakan , pulang kerumah dengan istriku tuk temui anak kami yang diasuh oleh Mama, maaf ya sayang...

Dalam perjalanan kembali ke tempat kerja, kami berdua kembali melalui jalan-jalan yang sehari-hari kami lalui pada saat akan kembali ke kantor setelah istirahat siang.

 

Ada satu titik di salah satu pinggiran jalan yang selalu menjadi perhatian tatkala melaluinya, pinggiran jalan sebelum perempatan yang memiliki beberapa pedagang (hehe, sebagian di deretan ini memang diisi oleh penjual, mulai dari pedagang baju, bengkel, spare part kendaraan bermotor, bakso, es campur, playstation, rental game, minyak tanah, toko kelontong, penjual pulsa dan lain-lain....), nah salah satu dari beberapa pedagang ini, ada pedagang yang tidak memiliki wadah (baca : rumah) berdagang, namun hanya menggunakan sedikit halaman di bagian depan sebuah toko kelontong, diatas jembatan kecil yang menyambungkan trotoar dengan wilayah rumah yang di bawahnya mengalir air parit.

 

Pedagang inilah yang selalu menjadi pusat perhatian bagiku, karena pedagang ini cukup unik.

Beliau adalah seorang penjual rujak, yang usianya mungkin sama dengan atau lebih dibandingkan dengan bapak, sekitar 50 tahun ke atas, mungkin.

Tidak seperti pedagang rujak pada umumnya, yang berjualan rujak dengan gerobak dorong, gerobak gendongan, namun gendongan ini hanya sebagai jalan perpindahan saja dari rumah beliau ke lokasi tempat beliau berjualan, karena beliau berjualan secara menetap di titik yang saya sebutkan tadi.

 

Salah satu yang paling menarik, apabila kita melihat titik berjualan beliau, yang pertama kali melihatnya, pasti akan bertanya "ada apa, ya? Kok ramai sekali", mulanya aku hanya berfikir kalau itu hanya kebetulan saja, namun setelah berkali-kali melaluinya tatkala menuju ke rumah, aku pun yakin kalau hal itu bukan kebetulan, cieeh...

Penasaran dengan hal tersebut, kucoba hentikan kendaraan pada suatu waktu untuk mencoba rujak buatan beliau, "rujak yang selalu ramai pembeli ", fikirku.

Bersama istri kemudian kami membeli  dua bungkus rujak, karena tidak tahu harganya, maka kami bertanya berapa harganya, kami tercengang! Karena harga yang di sampaikan bapak penjual rujak adalah setengah dari harga yang biasa kami tebus untuk membeli sebungkus rujak. Wah murah nih!

 

Aku pun mengamati, bapak penjual yang dengan lihainya membuka wadah jualannya, mengambil beberapa potong buah, memotong , mewadahinya dengan plastik dan kemudian mencampurkan sambal yang terdiri dari gula merah yang di ulek dengan cabai.... hmm, lidah serasa basah.

Dua bungkus tersedia dihadapan kami, dengan porsi yang hampir dua kali penjual biasa, wah sudah banyak, murah pula, bener-bener rekomendasi nih, hehehe.

 

Di kantor,  rujak itu saya makan dengan lahapnya, dan setelahnya selain kepedasan bercampur kekenyangan dikarenakan porsinya, saya sangat puas karena rujaknya enak, anda mau?

 

 

 

Lha? Terus apa hubungannya dengan judul yang saya tulis diatas ya? Maaf karena kemana-mana jadinya, namun memang hal inilah yang saya dapat bilang "sederhana kan tidak selalu harus sederhana", kenapa demikian? Sepertinya kurang nyambung ya antara rujak dengan kesederhanaan.

 

Nyambung lah (minimal menurut saya pribadi), jadi dengan tampilan rujak yang sederhana, namun menghasilkan perasaan yang tidak sederhana,

kesederhanaan rujak ini mampu menjangkau masyarakat bawah dengan harga murah, isinya yang banyak memenuhi kebutuhan buah harian, dan rasanya sama dengan rujak yang lain (yang lebih mahal).

Entah apa disengaja atau tidak oleh penjualnya, dan dengan motivasi apa di balik dijualnya rujak sederhana ini, yang jelas kesederhanaan rujak ini menimbulkan hal yang tidak sederhana, minimal bagi diri saya pribadi....

 

Ohya, sampai lupa  menyampaikan, rujak ini kenapa sederhana?

Karena rujak ini hanya terdiri dari buah Kates dan nenas  yang mudah diperoleh, mudah diolah dan mudah diterima oleh pembelinya...

 

Ada-ada saja!

 

Balikpapan, 5 Mei 2010

SS

Selasa, 04 Mei 2010

Sepasang Mata itu Selalu Mengikutimu



Mata itu selalu ada untuk mengikutimu
menyaksikan setiap langkahmu
Sepasang Mata itu milik sesosok bayangan
Bayangan yang ada disekitar kau berpijak

Hati-hatilah
mata itu tak pernah lepas memandangmu
dimanapun kau bersembunyi
mata itu pasti kan menemukanmu

mata itu menyalak dengan niat jahatmu
dan tersenyum dengan setitik kebaikanmu..

Mata itu tak pernah lepas memandangmu
lihatlah sekelilingmu
pandanglah ia dengan nuranimu
saksikan dengan kacamata imanmu
psti kau kan melihatnya
ia memegang sesuatu di tangannya


buku hidupmu...


Balikpapan 5 Mei 2010

Senin, 03 Mei 2010

ketidak beradaan kadang mengganggu

Ketidakberadaan kadang mengganggu

 

Mungkin kesan tiada jelas akan muncul, sedikit maupun banyak, tersirat atau tersurat, dihati atau diucap, hmmm....

Namun, kenapa tetap saja ketidakberadaan tetap saja terjadi, kenapa?

Bukankah kita semua tahu dan faham, mengerti dan menyadari bahkan ucapan hati kecil kita yang kadang berkabut karena tertutup nafsu dan keinginan pun, sangat sadar akan adanya keterbatasan yang kita miliki, ya, sadar dan tahu

Namun terkadang, disadari ataupun tidak disadari, bahkan, kita pun sering melakukannya, kita yang membuat batasan itu secara alami sebagai bentuk penolakan diri terhadap ketidaksukaan atau ketidaknyamanan pada suatu hal

Alhasil, kadangkala keterlibatan kita tidak maksimal, ketidakhadiran tanpa adanya kejelasan, melepaskan diripun, tanpa tata krama yang seharusnya dapat ditunjukan

Kenapa ya, hal seperti ini terus terjadi dan terulang?

Apakah karena mutu nilai di negeri ini semakin terkikis?

Ataukah karena kurangnya antibodi yang dimiliki?

Ataukah sang virus yang merajalela begitu kuatnya, sampai-sampai siapapun yang terinfeksi, tidak menyadari keadaan yang dimiliki?

Atau mungkin ini bentuk pemberontakan terhadap nurani terhadap kebaikan akan nilai?

Entahlah...

Aku hanya mengamati saja, sementara,

Sembari menanggapi sebisa yang kumampu

Sembari menasehati setahu yang kuanggap lebih tepat

Semampu.. ku.

Terus terang, kadang-kadang aku,

Juga melampaui nilai tersebut

Benarlah kalau dikata, "tidak ada yang sempurna"

Sangat tepat, dan sangat benar

Kalau kesempurnaan itu hanyalah milik SANG MAHA SEMPURNA

Allahuakbar... Allahuakbar... Allahuakbar... (walau terucap lirih, percikannya tetap membakar hati)

 

Balikpapan, 3 Mei 2010 (sewajibnya kutelah posting 2 Mei 2010)

SS

Minggu, 02 Mei 2010

Untuk Adik Remajaku ( Cerita Cinta Aktivis Dakwah)

Ketika ikhwah Jatuh Cinta - Akhwat berbicara


Artikel yang menurut saya lumayan bagus. Meski temanya klasik tapi menarik untuk dibaca karena dari sudut pandang akhwat dan bisa jadi renungan kita. Yah.. selama ini kan akhwat cenderung diam kalo udah masuk ke wilayah cinta. Di saat makin banyaknya aktivis-aktivis dakwah yang sudah kebablasan dalam hal cinta. Menjajakan cinta atas nama dakwah. (afwan Sebenarnya rada sarkas juga sih pemilihan katanya, tapi mesti gimana lagi penggambarannya? susah klo mo pake istilah laen, lagian kita sering nggak ngeh kalo penyebutannya terlalu biasa).

Soalnya kebanyakan (saya nggak bilang semua lho…,) aktivis dakwah sering TP TP sama lawan jenisnya. Itu bisa dilihat ketika dia sering TP TP lewat fasihnya kata-kata, luasnya ilmu, lewat indahnya untaian nasihat, lewat merdunya suara, dkk. Yang jelas motivasinya secara tidak disadari melenceng jadinya, sayang banget khan? Mungkin dan sangat bisa jadi kita pengumbar nafsu. Wah gimana donk?! Maunya show amal dengan fatwa-fatwa agama ke orang lain, eh gak taunya nyari muka, aduuuh sayang banget yak?! Maunya sih kasih comment di FS dengan taushiyah,nggak taunya??? Biar dianggep paling mantep ruhiyahnya.

Hohoho… ini kenyataan lho.. saya sering iseng2 chek comment2 FS “aktivis dakwah”.. yaahh.. lihat aja dari fotonya.. biasanya siy yang ikhwan kalo nggak tampang sholehnya yang dipajang yaa.. gambar mujahid Palestine, atau orang pake sorban (kafiyeh) dengan muka sebagian ditutup. Liat dari gambarnya siy waah.. subhanallah… Militan negh kayaknya! profilenya juga.. mulai dari puisi tentang dakwah, aktiivitasnya dakwahnya yang segambreng, sampe kata-kata mutiara yang bisa bangkitin ghiroh! Tapi pas liat commentnya… hihi… rata2 yang ngisi akhwat.. dengan kata-kata romantis pula..Beberapa contohnya,

“syukron akhi atas tausyiahnya. . jangan bosen-bosen ingetin ana yah…”


(hihi.. nggak ada akhwat yang ingetin anti ya ukh…?)

“Salam.. Lama nggak silaturahim, .. gimana kabarnya? Sekarang kegiatannya apa?”

(penting gitu? Siapa eloe?!)

“Add ana aja akh.. biar nambah ukhuwah… ini alamatnya……, atau kalo mau chating ini alamat YM ana…” (hadooohh… MR-nya nggak marah tuh ukh?!)

Hehe.. masih banyak lagi dah yang laennya.. di FS akhwat juga nggak jauh beda.. biasanya dengan foto kartun bergambar akhwat, kemudian ngeliat profilenya yang lebih mirip biodata untuk taaruf, sampe puisi-puisi cinta.. (haddooohh…) comment2nya pun nggak kalah vulgar dengan yang di atas… cuma bedanya yang ngirimin ya ikhwan… hohoho…. pernah saya iseng sekali2 comment ke akhwat tsb.. “hihihi… gile bener…!!! ikhwan semua tuh yang comment ukh! Mesra-mesra pula lagi! Kenapa nggak sekalian aja ajak taaruf… terus temen2 akhwatnya mana tuh ukh… lagi marahan yah? Sebenernya siapa yang salah ya? Hohoho…”

Ya Allah… begitu halusnya… hingga kita tak menyadarinya. Jangan-jangan saya dan kita mungkin sudah terjebak dalam permainan setan ini?! lambat laun karena tidak sadar, akhirnya kita telah jadi korban.

Tanpa bermaksud menuduh siapapun, tulisan ini tentunya tidak harus membuat kita berhenti terpaku tuk meneruskan berbuat kebaikan, saling menasehati, bertausyiah, berfastabiqul khoirot. Karena berhenti dan sesuatu harus bersandar pada Allah SWT. Namun sangatlah bijak, jika kita mau berhenti sejenak menengok ke dalam relung hati kita yang paling dalam, sudah luruskah niat kita? adakah benih karat yang mencoba menggerogoti? Kenapa tausyiah kita hanya kepada lawan jenis? Padahal masih banyak saudara2 kita sesama jenis yang butuh nasihat kita. Niat & keikhlasan seutuhnya adalah urusan makhluk dengan sang Kholik langsung, manusia lain manapun tidak mampu menilainya. Jika belum lurus, mari kita sama-sama luruskan. Jika merasa berat meluruskannya, mari sama-sama berdo’a semoga Allah memberikan kekuatan lebih dan senantiasa menjauhkan kita dari keterpedayaan. Selamat membaca artikel singkat di bawah ini.



Ketika Ikhwah Harus Jatuh Cinta

Akhwat Berbicara…

Frens fillah…izinkan ane bercerita. Dalam kisah ini ane memakai sudut pandang orang pertama tunggal (aku, saya, ane, gue, whatever!), alurnya bolak-balik (alias semau ane). Ending terserah ente. Dan settingnya di sebuah medan bernama medan dakwah. Di sana penuh dengan cobaan, ujian, onak, duri, aral melintang sampai romantisme perjuangan.

Mengapa romantisme? Karena ane rasa di stasiun-stasiun perjalanan, di setiap sendi kehidupan, di setiap makhluk yang bernyawa (terutama manusia), yang di dalamnya ada segumpal daging yang disebut hati, di hati itu ada rasa. Rasa itu berwujud cinta. Cinta itu fitrah! Cinta itu anugerah! Yang jika benar menempatkannya, akan berakhir bahagia. Dan jika salah penempatannya, maka akan berujung malapetaka.

Yah.. cinta. Tak pernah bosan untuk dibahas. Sesuatu yang diulang, dan akan terus berulang. Dari zaman nenek moyang (bapak Adam dan Ibunda Hawa) sampai akhir zaman. Manusia yang tengah merasakannya bisa lupa waktu, lupa diri, lupa makan, bahkan lupa ingatan! (ck..ck..the power of love). Afwan, ane bukan seorang pujangga apalagi pakar cinta. Tapi (katanya) kekuatan cintalah yang menjadikan seseorang mendadak puitis, mendadak kreatif, mendadak inovatif, mendadak solutif, dan mendadak dangdut (lho?! He..he..af1 jiddan). Ane akan coba fokus. Ane gak akan membahas tentang cinta. Apa itu cinta, untuk siapa cinta itu diberikan, dan lain sebagainya. insyaAllah akan ana bahas di lain kesempatan. Dengan topik dan judul yang berbeda tentunya.

Oh ya… Izinkan juga ana bicara dari hati seorang wanita (bukan berarti mewakili kaum hawa keseluruhan) ini murni dari suara hati ane pribadi, so jangan men”generalisasi”kan pada semua akhwat. Kalo mau protes ke ane aja, otre?!)

Fenomena ini mungkin terjadi hampir di setiap medan dakwah. Pokoknya ada aktivis dakwahnya, ADS (Aktivis Dakwah Sekolah) maupun ADK (Aktivis Dakwah Kampus/kampung) . Pemerannya adalah akhwat en ikhwan. Keduanya adalah partner yang saling berkoordinasi dalam dakwah. Banyak sekali artikel dan buku yang telah membahasnya. Seminar, dauroh, sampai kajian liqo-pun membicarakannya. Gimana kalao ikhwah jatuh cinta? Hmmmm…. wajar tuh! Fitrah koq! Normal ih! (oke-oke… peace man!) dari ikhwah yang militan sampai yang meletan, semua berpeluang merasakannya. Yang jelas jatuh cinta ala ikhwah gak sama dengan orang ammah. (af1, maksud ane ikhwah di sini yang tingkat pemahaman keislamannya lebih -sedikit atau banyak- dibandingkan orang ammah/awam). Kalo yang ngakunya ikhwah (ikhwan or akhwat), cara mengelola, memanaj, dan menyikapi, seharusnya, lebih bijak, lebih hati-hati, lebih terkontrol, tanpa harus mengikuti dorongan nafsu dan masih dalam koridor-koridor syar’i (warning! Harap dibedakan dengan ikhwah yang “bermasalah” ato “error”, kasusnya beda lagi).

Selain cara menyikapinya, cobaan dan ujiannya juga beda. Tentunya syaitan pengujinya juga selevel dengan kualitas yang diuji. Sebagai aktivis yang menyeru ke jalan Allah, ber-amar ma’ruf nahi munkar, godaannya lebih berat lagi. Gimana nggak? Wong aktivis dakwah sholatnya tepat waktu dan berjama’ah di masjid, tilawahnya 1 juz perhari, diamnya dzikir, ma’sturat pagi-petang, qiyamullail, rawatib, en dhuha nggak pernah ketinggalan, amalan-amalan sunnah yang lain pun tetap jalan, bacaannya yang berbau islam, hadirnya ke majelis ilmu dan majelis dzikir, hidupnya hanya untuk dakwah dan jihad fisabilillah… ck…ck….syetan cs pada kualahan tuh! Syuro nya jadi lebih giat buat ngatur strategi jitu.

Tapi yang namanya syetan gak akan kehabisan akal (emang syetan punya akal???!!!) dia punya 1001 (bahkan beribu-ribu) cara untuk memasuki celah-celah yang menjadi peluang baginya. For example, dari hasil nguping pembicaraan manusia, syetan dapet bocoran kalo cinta itu datangnya dari mata turun ke hati. Akhirnya ia berusaha menggoda aktivis dakwah dari matanya (pandangannya) , banyak juga sih yang berjatuhan akibat ulahnya ini. Tapi godaan ini gak mempan, gak ngaruh, en ga ngefek bagi aktivis yang ghodul bashar (menjaga pandangan). Kemudian syetan dkk mengambil cara lain. Sms-sms bernada dakwahpun menyebar. Dari paket taujih, bangunin qiyamullail, nanya kabar, lagi ngapain? Udah makan ato belum? Met ultah yaaa (gubrak! Mang siapa lu, siapa gue???!)

Nggak sampe di situ, syaitan juga semakin canggih mengikuti perkembangan IPTEK. Syetan yang udah lulus kuliah di jurusan teknik informatika membuat program-program khusus di internet dan menyebarkan virus-virus aneh ke computer hati para aktivis dakwah. Yang gak punya komputer pribadi penyebaran virusnya bisa lewat flash disk, CD room, kabel data, disket dan lain-lain (nyambung gak seh? Ya disambung-sambungin aja ya!). berbagai fasilitas di dunia maya telah disajikan. Mulai via email, chatting, fs dengan testinya, sampai sebuah situs yang memfasilitasi para netter agar bisa berinteraksi dan memiliki komunitas sambil menampilkan foto dirinya. Semua hadir di tengah kita untuk memudahkan komunikasi. Fasilitas ini pula yang dimanfaatkan aktivis dakwah untuk bersilaturrahmi, sharring pengetahuan, diskusi dakwah, menjalin ukhuwah, dsb. Dst. Ada juga yang niatnya mencari pasangan hidup. (Itu mah kembali ke diri sendiri. Mau pake jalur “swasta” [nyari sendiri] ato jalur “negeri” [lewat murabbi] yang jelas keberkahan harus tetap dijaga. Saran ane, senantiasa luruskan niat! Di awal, di tengah, sampai akhir).

Nah, dari komunikasi dunia maya itu, ada yang memberitahukan identitas diri, ada pula yang tidak, bahkan ada yang menyembunyikannya dengan berbohong. Astaghfirullah… .namanya juga dunia maya, dunia gak jelas! Awalnya mungkin nanya asl, skul-kul-or ker, dmn? Nama? ada fs? Email? Sampai tukeran no HP (waduh koq tahu nih? Pengalaman pribadi ya? Sstt…amniyah ^_^). Nggak cukup sampe di situ, follow-up nya adalah sms-sms taujih dan kata-kata penyemangat. Ada juga yang ngirim berita/artikell islami lewat email. Atau sekadar berbalas testi di friendster. Ada juga yang janjian chatting di YM (Yahoo Messanger) dengan dalih melanjutkan perbincangan yang sempet tertunda di chatting perdana.

Yah…begitulah hubungan itu berlanjut sampai akhirnya ada kata ta’aruf dilontarkan, ada kata khitbah diajukan, dan ujungnya, sebuah pernikahan dilangsungkan. Nggak semua seh yang sukses sampe tahap itu. Sang Sutradara-lah yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasa-Nya. Manusia hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggaman-Nya. Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik ato buruk, mau syurga or neraka., mau sukses ato gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap Allah Yang Maha Menentukan. Lebih tepatnya ketentuan yang diikhtiarkan. Semua tetap dibawah kuasa dan kendali-Nya. Makanya kita disuruh memaksimalkan ikhtiar, rajin-rajin berdo’a, lebih mendekatkan diri pada-Nya, dan berserah diri kepada-Nya (tawakkal). insyaAllah, apa yang menjadi pilihan kita, akan dimudahkan dan diberikan yang terbaik. Allahlah Yang Maha Tahu, so nikmati dan syukuri lah apa yang telah diberi. Semua pasti ada hikmahnya. (Lho koq jadi kemana-mana ya?!).

Afwan sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan kita untuk memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik (matang-matang, masak-masak) sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta’aruf. Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengertilah keadaan kami (akhwat). Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, kami adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti antum, tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antm, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan?

Sekali lagi, berhatihatilah dengan kata ta’aruf. Karena ta’aruf adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat kami terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat kami terlena. Ingin sekali kami memetiknya, ingin sekali kami berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si empunya rumah. Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan semula.

Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan kamipun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.

Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana. Kami tak ingin mengkhianati calon suami kami yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.

Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label “ta’aruf” untuk membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta’aruf yang menjelma menjadi TTM (Ta’aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum buat “coba-coba”. Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.

Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di ujung pernikahan kan? Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin dan mantap untuk menuju Surabaya. Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan, akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya, malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas ridho dan keberkahanNya. (Tuh kan jadi kemana-mana lagi. Tapi gak papa deh. Setidaknya unek-unek ana dah keluar, fiufh lega!)

Di depan tadi kita bahas apaan sih? Oh ya, ketika ikhwah jatuh cinta. Ana ga akan bahas panjang lebar karena ana tau kalian pasti akan bosan membaca celotehan ana yang “njelimet”. Tapi izinkan ana mengutip beberapa bait tulisan yang ada di majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M sebagai perenungan bagi jiwa-jiwa yang merindukan kehadiran sang teman sejati untuk melangkah bersama menuju jannahNya…

sumber : http://auliyaa.blogdetik.com/2009/01/23/ketika-ikhwah-jatuh-cinta-akhwat-berbicara/#comment-1766