Jumat, 30 April 2010

Kepergian

Kepergian

 

Maghrib telah usai dilaksanakan, dengan santai dan tenang bercengkrama dengan keluarga di kamar depan. Tawa, canda, berurai. Sesaat kurasakan telepon selular yang bergetar, segera kuraih dan kulihat nama yang muncul pada display layar tersebut, nama Om-ku yang ada di Provinsi Selatan Kalimantan! (Aselinya, beliau adalah om dari istriku, namun setelah saya telah menjadi suami dari istriku, otamatis, beliau adalah om-ku juga, hehehe).

 

Entah kenapa, hati merasakan ada kejanggalan yang menerpa, lebih kepada logika-logika yang merangkai potongan-potongan peristiwa yang  melibatkan om di dalamnya.

 

Panggilan pertama, tidak kuangkat, karena ingin memastikan terlebih dahulu kepada istri, apakah telah menanyakan kembali kabar paman kami yang ada di rumah sakit, yang beberapa waktu lalu kami kunjungi karena tersiar kabar dari paman kalau beliau (paman) harus di operasi karena usus buntu yang sudah parah. Namun belum sempat pertanyaan terlontar, kembali telepon selular bergetar, display kembali menampilkan nama yang sama, dan tetap tidak saya angkat. Ketiga kalinya, melalui telpon seluler cdma, kembali muncul nomor dengan kode daerah Kalimantan Selatan sehingga saya mengangkatnya dengan tetap ada kecamuk dengan berita yang sudah kuprediksi di dalam fikiran.

 

Telpon diangkat, suara di seberang sana berkata "assalamu'alaikum, abahnya Hilmi, kah?"

Serta merta saya jawab "wa'alaikumsalam, iya om, ada apa ya?" suara disana terdengar sedikit berat, tidak seperti biasanya yang terdengar begitu semangat.

Kemudian om berkata "sudah dengar kabar, kah?"

Saya pun menjawab "kabar apa om? Saya tidak mengetahui kabar apapun".

Om pun menyampaikan apa yang sebelumnya telah jadi dugaan saya "Pamanmu telah tiada, sore tadi beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir, sekitar jam 5 sore, jikalau memungkinkan wakililah kami untuk ta'ziah ke tempat beliau...."

Selebihnya, saya hanya dapat meng-iyakan saja permintaan om.

 

Komunikasi pun selesai antara saya dan Om, segera, saya mencoba tabayyun dengan istri, "umi, apakah kemarin ada kembali menelpon, atau menanyakan kabar paman selepas kita menjenguk?"

"tidak, abi", berkata istri, "maaf", ya sudah, mau bagaimana lagi, ini adalah takdir yang telah ditetapkan kepada beliau, kamipun membicarakan kapan harus ta'ziyah....

 

Potongan-potongan gambar tentang paman kembali terlintas, keramahan beliau, senyum beliau, tindak tanduknya, yang selalu menyampaikan kesederhanaan hidup yang bersahaja, yang selalu terlihat bentuk kebahagiaan menjadi gambaran-gambaran di fikiran setelah pembicaraan kami, yang berujung kami akan hadir esok pagi untuk ikut mengiringi pemakaman beliau.

 

Rasanya, Kembali Kami Diingatkan, Bahwasanya Manusia Itu Tidak Kekal, Hidupnya Hanya Sebentar, Lemah Dan Ketika Kembali Padanya, Hanya Amalan Kami Di Dunia Yang Menyertai...

 

Karena Selama Ini Kami Banyak Lalai, Menyadari Kenyataan Kembali, Menggugah Kembali Hati Untuk Kembali... Kembali Sitiqomah Tuk Persiapkan Diri Bertemu Sang Pemilik Jiwa

 

Ampuni Hamba-Mu Ya Allah...

 

 

Balikpapan, 30 April 2010

SS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar