Sabtu, 07 Maret 2015

memulai home education

"Tekhnik Memulai Home Education"

Disarikan oleh:bunda Irene, dr Group Home Education Berbasis Potensi dan Akhlak Nasional
3 Desember 2014

Subject Matter Expert (SME):
Bunda Septi Peni Wulandani (founder IIP sekaligus praktisi HE sejak 1996)

------------------------------

Assalamu'alaikum wr.wb. ayah bunda yg dirahmati Allah s.w.t

Alhamdulillah, kali ini kita dapat bertemu kembali, untuk belajar bersama-sama membangun pribadi-pribadi yang indah masa depannya. Pada pertemuan  yang lalu, kita telah membahas mengenai bagaimana memulai melakukan home education. Tema kali ini adalah menyambung tema sebelumnya, yaitu membahas teknik untuk memulai home education.

Sebelumnya kita pahami dulu Home Education (HE) adalah kewajiban syar'i kita sbg orangtua.
Bahkan menurut saya justru jadi ilmu wajib bagi para calon ibu dan calon bapak.

Home Education itu dimulai dari satu pemahaman para fasilitator utamanya yaitu kita sebagai orangtuanya.
Beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk memulainya, adalah:

1. Berdiskusi secara rutin antara anda dan pasangan tentang konsep HE. Tentukan jadwal khusus untuk anda bersungguh-sungguh membahas hal ini.

--> Ada pertanyaan dari seorang bunda, dimana hampir kebanyakan para ayah waktunya tersita utk bekerja.
Bagaimana agar para ayah bisa optimal dalam menerapkan HE bersama?
* Nah, ini adalah tantangan yg jamak dialami setiap keluarga, maka tugas kita mengubahnya menjadi tidak biasa di grup ini.
Kuncinya "komunikasi"

2. Langkah jitu adalah mengajak para ayah masuk di grup ini. Kemudian lanjutkan dengan minta investasi waktu para ayah untuk mendiskusikan  ttg pendidikan anak. Laksanakan "family strategic planning" setiap satu tahun sekali. Kemudian di breakdown dg family meeting setiap sepekan sekali. Kuncinya adalah "ayah, ketika anda bisa professional melakukan pekerjaan kantor, maka mulailah dengan sangat professional di perusahaan yg dititipkan Bos Besar kita di pundakmu, karena ini pertanggungjawaban dunia akherat.

--> HE secara otomatis membutuhkan kuantitas waktu yang lebih intens, maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana hal ini bisa dilakukan oleh orang tua yg single parent?
* Siapa bilang single parent tidak bisa mendidik anak dengan baik? Provokatif ya judulnya ��
Saya (bunda Septi, pen.) blm berpengalaman untuk single parent ini, tetapi saya sejak 8 th dididik oleh seorang ibu yang single parent. Beliau selalu menyempatkan ngobrol dengan kami setiap hari, di sela-sela kesibukannya bekerja. Menularkan value dengan baik. Kemudian beliau mencarikan mentor kami saat aqil baligh kebanyakan adalah sosok ayah. Untuk keseimbangan katanya, karena kami tidak punya ayah.
Di saat ibu libur bekerja pasti kami diajak jalan-jalan keliling kota. Meski hanya jalan kaki, tapi rasañya bahagia. Jadi sebenarnya yang terpenting kehadiran fisik kita harus berbarengan dengan kehadiran ruh, hati dan pikiran.
Karena banyak orangtua yang lengkap tapi anaknya merasa tidak punya orangtua. Secara fisik kita hadir, tapi pikiran dan hati kita entah kemana.

3. Seringlah belajar bersama dengan pasangan kita tentang HE, baik dengan silaturahim, ikut seminar, bedah buku dll kemudian segera tentukan apa hal-hal baik yg bisa segera kita terapkan di keluarga kita.

--> HE secara ideal bisa dilakukan dengan saling support suami dan istri.
Didalam penerapan HE ini, adakalanya keluarga dalam satu rumah tidak hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Tapi ada nenek, kakek, atau tante. Bagaimana kita menyikapinya?
* Para bunda sayang, perkuat terlebih dahulu konsep pendidikan anak yg disepakati antara suami dan istri. Menurut pengalaman saya 19 th mendidik anak-anak, selama kita kuat maka om, tante, nenek akan diam. Tetapi bila kita tampak tidak yakin, maka orang lain akan ikut campur tangan.
Kuncinya selama Allah dan Rasulnya tidak murka, silakan terus jalan dengan keyakinan anda.

4. Berpeganglah teguh pada Al Quran dan Hadist sebagai acuan utama kita mendidik anak. Yang lain hanya jadikan referensi, jangan justru membuat anda bingung.
Belajarlah melihat potensi unik anak-anak kita, kemudian perkuat sisi keunikan tersebut, ingat anak kita adalah "limited edition" hanya kita yang  paham, jangan pasrahkan ke orang lain.

--> Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana cara mengenali keunikan setiap anak, tanpa membandingkan dg anak yang lainnya?
* Para bunda yang penuh semangat, kita dibekali mata dan hati untuk melihat keunikan anak, pergunakan itu, kemudian tambahkan dengan ilmunya. Pertama amati terlebih dahulu apa yg membuat anak bahagia atau enjoy, catat moment-moment  tersebut. Kemudian amati apakah ada pengulangan? Kalau ya apakah dia merasa "easy" menjalankannya?
Setelah itu,  lihat apakah anak mencapai "excellent" dengan jam terbangnya.
Ada tahapan untuk melihat sisi unik anak. Nanti akan kita bahas khusus ya.

5. Mulailah membuat kurikulum untuk anak-anak kita dengan sederhana, mulai dari aktivitas mereka 0-2 th, 2-7 th.

--> Disini kita perlu memperhatikan materi yang akan diberikan pada anak. Tahapan materi yang  pertama harus kita kuatkan adalah :

a) Fitrah keimanan : iman-akhlak-adab-bicara
b) Fitrah belajar : intellectual curiosity-creative imagination-art of discovery and invention- noble attitude
c) Fitrah bakat : perhatikan 4E activities anak (enjoy, easy, excellent, earn)
d) Fitrah perkembangan : ikuti Cara rasul mengembangkan fisik anak, pola hidup beliau,kemandirian beliau dll
Perkuat bonding anda bersama anak2 di usia 0-7 th ini. Perkuat dengan bahasa ibu dan bermain bersama alam.

Jadi sebaiknya jangan terlalu dini memasukkan anak ke lembaga yang bernama "sekolah"
Ketika sudah memasuki usia sekolah perkaya wawasan anak dg berbagai konsep pendidikan. Ingat "sekolah" itu hanya bagian pilihan dari pendidikan, bukan satu-satunya.

6. Konsep utama HE adalah Iqra' dan thalabul 'ilmi. Jadi urusannya adalah belajar atau tidak belajar bukan sekolah atau tidak sekolah.

--> Lalu dimanakah letak irisan antara HS dan HE, apakah HS sama dengan HE?
* HS itu adalah bagian dari HE. Jadi yang wajib kita lakukan adalah HE dimulai dari dalam kandungan, masa pre aqil baligh dan aqil baligh. Ketika masuk usia sekolah, anak mau memilih sekolah/ Home schooling/komunitas sesuai passion anak itu semua pilihan. Kalau anak memilih sekolah, tugas kita untuk mencari partner lembaga yang cocok dengan konsep HE kita di rumah. Bila tidak cocok saatnya kita swicth dengan yg cocok. Jangan dibalik kita yang pasrah pada konsep sekolah dan mengorbankan HE anak.
* Ijazah? Jangan galau, makin lama anak2 makin dilihat kompetensinya. Saya membuktikan untuk 2 anak saya, mereka kuliah di Singapura tidak diminta ijazahnya, dan sekarang ditawari kerja dimana2 tanpa diminta ijazahnya juga.

------------------------------
Demikian ayah bunda, pemaparan dari SME kita hari ini, semoga memberi manfaat dan terus mencari ilmu untuk kebaikan dunia akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar