Sabtu, 07 Maret 2015

materi HE 1

Renungan Pendidikan #36

Pandanglah anak2 kita, para krucil itu ketika mereka berlarian tertawa tawa, menjerit jerit, kadang bertengkar dstnya. Mereka sangat kreatif membuat rumah seperti kapal pecah, mengacak acak tempat tidur, menarik sprei dan sarung bantal, menjungkirbalikan kursi, menarik taplak meja, menempelkan upilnya di dinding sehingga merangkai mozaik yang "keren" dll.

Mungkin tidak ada perabotan yang masih utuh di rumah kita, tidak ada vas bunga yang bertahan lama, tidak ada dinding yang luput dari coretan kreatifnya, tidak ada perabotan dapur yang tidak lecet dan penyok akibat ulahnya, tidak ada benda yang diam, semua benda benda senantiasa berpindah tempat dan susah dicari dstnya. Tidak ada isi lemari yang bisa tersusun rapih, semua di "aduk aduk" tanpa kecuali.

Anak2 kita yang luarbiasa memusingkan dan kadang menyebalkan itu, sesungguhnya adalah khalifah di muka bumi, yang dititipkan kepada kita, hanya bentuk dan ukurannya yang masih kecil saja. Biarkan mereka tumbuh alamiah, jujur apa adanya di hadapan kita. Merekalah tamu peradaban termulia di rumah kita.

Jangan terburu ingin melihat status sholeh anak anak kita dengan melihatnya duduk manis, patuh, diam di tempat dengan rumah yang kinclong bersih. Mereka yang di bawah usia 7 tahun belum punya tanggungjawab moral, jangan perlakukan sebagai orang dewasa. Setelah usia 7 tahun mereka perlahan akan memahami nilai2 kebenaran sebagai bagian dari fitrah keimanannya. Shabar saja dan rileks.

Jangan khawatir, mereka tidak pernah berniat menghancurkan rumah kedua orangtuanya kok, mereka cuma suka belajar sebagai pertanda fitrah belajarnya tumbuh sehat. Pada saatnya, khalifah ini juga tahu nilai nilai, karena sudah Allah tanamkan di dada mereka. Kita cuma perlu rileks dan ridha, syukur dan shabar. Tidak akan lama. Rumah kita akan sepi dan beku sepeninggal tamu peradaban termulia ini.

Karena sesungguhnya para khalifah mini yang suka kita pelototi, marahi mungkin cubiti, atau tanpa sengaja mengamati jeritan2 stres kita akibat ketidakshabaran kita, ketergesaan kita dstnya, adalah ciptaanNya yang disetting sebagai makhluk paling mulia di muka bumi.

Khalifah berukuran mini ini akan menjadi besar kelak, lalu seperti apa khalifah yang lahir dari rumah kita? Khalifah yang menumpahkan darah dan berbuat kerusakan? Atau Khalifah yang menebar rahmat dan perbaikan?

Semua tergantung lisan, mata, telinga, hati dan tangan serta kaki kita, orangtuanya. Fitrah mereka sudah Islam, sudah lurus hanya perlu ditumbuhkan dan dirawat saja. Jangan coba2 merubah fitrahnya, maka mereka akan menyimpang dari takdir perannya, dari panggilan hidupnya.

Sungguh tersimpan dalam renyah tawa dan rengekan tak jelas itu, peran2 peradaban yang sudah ditakdirkan Allah padanya. Tidak ada peran buruk yang Allah takdirkan bagi manusia, kecuali manusia merubahnya. Maka sentuhlah dengan lembut, belailah dengan sholawat, haluskan akhlak kita di hadapan mereka, jangan lukai jiwanya karena akan membuat luka peran peradabannyanya kelak.

Peran peran yang memuliakan manusia dan alam berangkat dari fitrah2 yang dimuliakan tumbuhnya. Sungguh sukses mereka yang memuliakannya.

Kitalah yang diamanahi merawat fitrah anak anak kita, tidak perlu dilebihi dan jangan dikurangi sedikitpun. Jangan gegabah, ingat bahwa mereka, adalah khalifah di muka bumi, hanya bentuknya dan ukurannya masih kecil saja.

Maka rawatlah fitrahnya, karena fitrahnya seperti benih yang perlu dirawat dengan telaten, penuh dekapan cinta, konsistensi yang berangkat dari keshabaran dan optimisme yang berangkat dari kebersyukuran atas potensi fitrah sehingga benih itu akan tumbuh besar bagai pohon yang baik (kaa syajarotu thoyyibah), dimana dahan yang menaungi serta buah yang lezat dari pohon itu adalah peran peradabannya

Sederhana merawatnya  karena semuanya sudah terinstal, namun jika nafsu dan obsesi kita dominan maka urusannya bisa runyam dan fatal. Kalau sudah paham maka hati2lah, pastikan kita selalu bersamanya sampai menjelang aqilbalighnya.

Ingatlah selalu bahwa Allah tidak akan memanggil mereka yang mampu, tetapi Allah akan memampukan mereka yang terpanggil. Maka, temanilah anak2 kita untuk memenuhi panggilan Tuhannya, yaitu peran peradaban spesifik sesuai fitrahnya, maka Allah akan memampukan mereka.

Janganlah menjejalkan kemampuan yang bukan panggilan hidupnya, maka Allah tidak akan pernah memampukannya memikul syariah dan peran peradabannya kelak. Penuhilah juga panggilan Allah kepada kita untuk mendidik mereka, maka yakinlah Allah akan memampukan kita.

Salam Pendidikan Peradaban
#pendidkanberbasispotensi
#pendidikanberbasisfittah dan akhlak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar